webnovel

Mystery

Aku masih terduduk di atas ranjang tanpa berniat untuk turun. Padahal, sedari tadi perutku sudah berbunyi dan meminta agar diisi sesuatu. Tapi aku bahkan kesulitan untuk hanya sekedar bergerak saja. Tubuhku juga lengket dan perlu dibersihkan. Dasar pria itu sama sekali tak bertanggung jawab dan hanya tahunya melakukan hal itu saja daripada memehatikan keadaanku.

"Memangnya dia pikir aku vampri yang tidak perlu makan?" rutukku kesal dan tak lama-

'CEKLEK!'

Pintu terbuka dan menampilkan pria itu, ya jelas siapa lagi kalau bukan pemilik mansion ini, David Atkinson dengan sebuah nampan dan berjalan ke arahku. Tunggu! Dia membawakan aku sarapan? Yang benar saja! Baru saja aku merutukinya dan dia langsung datang dengan makanan lalu kini dia duduk di sebelahku. Wajah dingin itu terseyum tipis lalu meletakkan tampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas susu di sebelahku.

"Maaf, aku tadi sedang membuatkannya. Apa mau aku suapi?" tanyanya tapi aku hanya menggeleng sebagai balasan. Aku langsung meraih bubur itu dan menyantapnya dengan cepat untuk menghilangkan rasa laparku. Harus aku akui, bubur ini enak dan membuatku lahap memakannya hingga habis. Hanya dalam waktu lima menti, bubur itu sudah habis dan aku langsung meminum susu yang dia bawa dengan cepat.

'Aku kenyang!' pikirku tanpa berpikir untuk berterima kasih kepada dia yang sudah membawakan semua ini. Toh juga, ini adalah tanggung jawabnya kan?

"Manusia itu rapuh ya? Harus terus makan untuk bertahan hidup," ujarnya membuatku terkejut. Aku melihat ke arahnya sambil menarik selimutku. Aku masih ingat kalau aku masih dalam keadaan polos di balik selimut ini. Aku hanya takut melorot dan dia mendapat pemandangan gratis lagi. Sialan! Matanya terlihat sangat licik dan aku benci.

"Daripada kalian, makhluk yang katanya kuat malah menyerang makhluk lemah dan rapuh untuk kalian hisap darahnya! Kalian jauh lebih menjijikkan!" balasku dengan kata –kata yang tak kalah sinis. Dia menarik seringaiannya lalu mendekatkan dirinya kepadaku. Aish! Kenapa dia mulai lagi sih?

"Kau tidak salah tapi tak sepenuhnya benar juga. Mungkin, itulah yang diesebut dengan aturan alam di mana yang lemah selalu menjadi santapan yang kuat. Oh, iya Aileen? Aku akan mengambilkan pakaian untukmu. Aku sampai lupa kalau pesanannya sudah datang. Tunggu sebentar ya?" Dia berkata dengan sedemikian santai lalu meninggalkan aku begitu saja. Aku memegang dadaku yang sudah berdegup sangat kencang karena takut dengan kemungkinan dia akan melakukan ini dan itu lagi.

"Pasti dia pelakunya! Aku ingat, kalau di kantor menyebar rumor beberapa karyawan yang hilang secara misterius dan tuduhan selalu ditujukan kepada makhluk seperti mereka. Hahh… bodohnya aku dulu yag berpikir mereka sudah bosan bekerja dan pergi tanpa kabar. Pria ini! Dia pasti menculik lalu mungkin memerkosa lalu membunuh. Apa nasibku juga aka demikian?" gumamku merasa ketakutan. Sialan! Tubuhku sampai gemetaran membayangkan kalau akhir hidupku hanya akan berakhir dengan sekonyol itu.

"Tidak, Aileen! Kau tidak akan mati!" Pria itu tiba –tiba sudah ada di hadapanku dengan seenak jidatnya. Dia tersenyum sambil meletakkan beberapa gaun di ranjangku mungkin untuk aku pilih. Dia datang dan pergi sesukanya sekali sampai aku tak bisa berkata apa –apa.

"Kamu mau mandi kan? Aku butuh pakaian untuk diganti juga. Dan para pelayan sudah menaruh beberapa dalaman di lemari. Dan soal yang kau katakan tadi, jangan takut! Kau tidak akan mati! Karena kau adalah sumber kekuatanku," katanya diakhiri dengan bisikan di kalimat akhir.

Aku? Kekuatan? Sungguh sangat tidak dipahami makna dari perkataan pria sakit jiwa ini. Aku terus memikirkan maksudnya, tapi tiba –tiba aku merasa tubuhku melayang, ah! Dia mengangkatku lalu berjalan ke arah sebuah pintu dan membukanya. Aku masih terkejut karena dia membawaku ke kamar mandi. Dengan lembut, dia meletakkan aku di atas bath up dan kemudian dia mengisinya dengan air hangat.

"Ka –kau silakan keluar!" suruhku tapi dia menggeleng.

"Aileen, maafkan aku. Tapi kamu sama sekali tak punya hak untuk memerintahku di sini," balasnya lalu duduk di pinggir bath up untuk menemaniku. Tunggu? Pria ini mau melihatku mandi? Dasar pria brengsek tak tahu malu! Belum puas ternyata yang semalam hingga dia harus terus melihatku yang selalu tidak mengenakan apapun di hadapannya.

Aku memerhatikannya lalu menarik napasku. Aku harus tenang! Perlahan, aku mulai mengambil sabun cair dan mengusapkannya di seluruh tubuhku. Harus aku akui, aku suka dengan suasana mewah di kamar mandi ini. Oh, hanya orang munafik yang tidak suka! Sepanjang hidupku, baru kali ini aku bisa mendapat kesempatan untuk mandi bak seorang ratu. Dan sabun yang dia sediakan benar –benar tercium sangat luar biasa segar.

"Kau suka? Aku menyiapkan sabun itu buatmu dan ternyata memang cocok!" katanya dengan suara berat lalu semakin mendekatkan dirinya kepadaku. Wajah itu, seringaian itu semakin jelas dan membuatku tak berhenti terbelalak. Dia semakin mendekat dan menciumi leherku. Aku bodohnya, aku dam dan menikmati apa yang dia lakukan kepadaku. Aku malah bergerak dan seakan memberinya kesempatan untuk menjamahku.

"Aileen! Kenapa aku tidak bisa berhenti menahan gairahku terhadapmu?" bisiknya tepat di telingaku. Aku tidak tahu, dasar bodoh! Kenapa malah bertanya padaku? Kau yang melakukannya, bukan aku!

"Eumphh!" Aku langsung menutup mulut untuk menahan desahanku saah tangannya sudah bermain dengan tubuhku yang terendam di dalam bath up.

Dia menyeringai karena aku menahan suaraku. Tapi tangan itu tak berhenti di satu tempat saja dan malah turun ke bawah. Dengan segera, aku merapatkan kakiku supaya dia tak punya kesempatan. Sayang sekali, dia malah seakan memaksa untuk menembus apa yang kusembunyikan dengan salah satu jarinya. Jarinya masuk seakan ingin melonggarkan apa yang sudah aku tutup rapat darinya.

"Hentikan!" teriakku lalu mendorongnya hingga terajatuh juga di dalam bath up. Dia dengan kemeja putih dan celana hitam panjangnya harus basah karena masuk ke dalam bath up.

"Aku kesakitan!" ujarku sambil membuang muka dan melipatkan kedua tanganku untuk menutupi dadaku darinya. Aku juga melipat kakiku untuk menjauh darinya. Dia tersenyum dan kemudian menarikku ke dalam pelukannya.

"Ah, aku terlalu terburu –buru ya? Maafkan aku Aileen!" bisiknya dengan nada lembut sambil mengecup daun telingaku.

"Pergi bekerja sana! Kau adalah bos di perusahaan, kenapa malah bermain denganku di sini?! Karena kau, aku tak bisa bekerja dan ini untuk pertama kalinya aku absen di kantor!" Kuutarakan segala rasa kesalku kepadanya. Dia kemudian melepas pelukannya dan menatap wajahku dengan lembut. Tidak! Kenapa aku selalu jatuh dalam pesona pria tampan yang gila ini? Aku tidak mau!

"Tenang saja! Kamu tidak perlu melakukan pekerjaan membosankan itu lagi dan hiduplah dengan tenang di sini denganku! Kau tahu, selama ini aku selalu mengikutimu dan kini sudah mendapatkanmu! Aku ingin kau terus di sini dan memastikan sendiri kalau kau tetap menjadi milikku dan tidak berpaling kepada yang lain." Dia menjelaskan segalanya dengan panjang lebar sekalian mengakui klau dia adalah pelaku penguntitan yang sangat menakutkan itu.

"Kau bicara seakan ada yang mau kepada perempuan biasa sepertiku. Kau sudah merusakku dan aku juga sama sekali tak berharap banyak darimu…" kataku sebagai pelampiasan kekesalanku. Bahkan, aku menggigit bibirku sendiri untuk menahan air mata karena kekesalan yang luar biasa kepadanya.

"…setelah kau, pria lain juga akan merendahkan aku kan? Menjamah tubuhku dengan sesuka hatinya lalu meninggalkanku seperti keset kaki yang sama sekali tak berharga!" sarkasku membuat dia terkejut. Oh, sial! Air mataku tak bisa ditahan lagi dan meluncur begitu saja. Dia kembali mendekat dan kurasakan sebuah kehangatan dari dirinya di wajahku. Sial! Dia malah menjilat air mataku lalu menatapku dengan sendu. Dia kemudian menyatukan jidat kami dan menatap dalam kepadaku.

"Kau salah, Aileen! Jangan menangis! Kau itu berharga dan banyak yang ingin memilikimu, terlebih lagi makhluk seperti diriku! Kau jangan takut, karena aku tak akan pernah membuangmu karena memang aku sangat membutuhkanmu sepanang hidupku," ujarnya seakan berjanji untuk tidak meninggalkan aku. Aku tak mengerti, tapi entah apa yang istimewa dari gadis biasa yang bahkan penampilannya tidak secantik itu. Apa mungkin, ini ada hubungannya dengan bekas luka yang menghilang dalam waktu singkat itu? Aku jadi ragu sendiri soal kodrat diriku ini entah manusia atau bukan.

"Aku ingin hidup normal dan tak terkurung di dalam sangkar emasmu ini, Tuan David! Aku bisa mati jika kau menahanku di sini," ungkapku dengan berani dan dia langsung memberikan senyuman hangat kepadaku.

"Ah, keras kepala sekali ya? Baiklah, besok setelah kamu lebih baik, kamu boleh bekerja. Tapi, kamu harus datang dan pulang bersamaku ke kantor. Jangan berpikir untuk lari, Aileen!" Dia setuju dengan syarat yang berlaku. Setelah itu, dia beranjak dan kemudian keluar dari bath up. Bisa kulihat bayangan tubuhnya yang tembus pandang karena basah dan menampakkan otot –otot kekarnya. Dia berjalan keluar dari kamar mandi dan meninggalkan aku sendiri. Dan ada apa dengan tubuhku? Aku langsung menegang bukan main dan bagian bawahku terasa agak aneh saat melihat penampilan bajingan itu