Zalfa terdiam, dia merasa ada yang salah dengan suara yang baru saja didengarnya, karena dia benar-benar merasa hafal dengan suara Dewan ataupun Figo, mereka juga jarang sekali menggunakan kata saya jika bukan sedang meeting dengan klien. Perlahan Zalfa membuka mata, wajahnya langsung memerah. Antara malu dan bahagia.
"Abang!" Teriak Zalfa, kemudian memeluk laki-laki yang ada di hadapannya itu.
Terbukti sekali, Zalfa sangat merindukan Delvis. Sudah dia tahan-tahan agar tidak menghubungi Delvis, karena takut lelaki itu terganggu, saat sedang bersama keluarganya. Tapi ternyata Delvis datang ke sini, menghampirinya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com