webnovel

10. Penakluk

"Ularnya semakin lama semakin banyak," ucap Su Zanghi yang membantu Lan Yunxi menghadapi serangan ular-ular yang semakin ganas. Kabut putih juga bertebaran di udara yang membuat Lan Yunxi dan Su Zanghi kesulitan melihat.

Lan Yunxi menendang ular-ular yang ingin menggigitnya. Satu ular terbang bersiap mematuk punggung Lan Yunxi, tetapi kalah cepat dengan Su Zanghi yang langsung menebas kepala ular itu. Ular itu langsung jatuh ke tanah.

"Sebagian ular tidak memiliki darah," ujar Lan Yunxi saat menebas kepala ular, tapi tidak ada darah yang muncul dari sana.

Su Zanghi memejamkan matanya sejenak, pria itu mengeluarkan mantra penglihatan untuk menerobos kabut yang sangat tebal.

Lan Yunxi pun demikian, pria itu mengeluarkan mantranya untuk menyingkirkan kabut yang sangat mengganggu. Lan Yunxi menyingkirkan kabut yang sangat pekat. Tatkala kabut itu sudah hilang, ular-ular yang tadi mati kini lenyap dari tanah seketika. Ular-ular itu tidak ada satu pun yang tersisa. Lan Yunxi dan Su Zanghi menolehkan kepalanya menatap sekelilingnya. Namun nihil, tidak ada ular sama sekali.

"Ular itu sudah dikendalikan," ujar Lan Yunxi.

"Siapa?" tanya Su Zanghi.

"Xing Zaolin," jawab Lan Yunxi ketika melihat sisa sihir di sekitar mereka.

"Keluar!" titah Su Zanghi menarik pedangnya lagi yang tadi sempat ia selipkan.

Su Zanghi menatap ke sekelilingnya. Suara desisan keras mulai terdengar. Lan Yunxi menarik Su Zanghi agar mendekat ke arahnya. Mata Lan Yunxi masih setia menatap sekelilingnya dengan awas.

"Suaranya dari utara," kata Su Zanghi. Lan Yunxi dan Su Zanghi segera berlari mengikuti suara itu. Semakin lama suara itu semakin jelas. Embusan napas juga terdengar sangat berat. Hingga langkah kaki Su Zanghi dan Lan Yunxi sampai di sebuah penginapan yang berada di paling ujung.

Lan Yunxi ingin membuka satu rumah yang tampak reyot, tapi sebelum itu terjadi, rumah itu sudah hancur seketika. Sebuah ular besar berwarna hitam muncul dari sana, menyemburkan api dari dalam mulutnya. Lan Yunxi dan Su Zanghi segera menghindar dengan terbang. Lan Yunxi dan Su Zanghi melemparkan pedangnya ke ular itu. Ular itu bisa melawan dengan mengibas-kibaskan ekornya. Bibirnya terus menyemburkan api ke arah Lan Yunxi dan Su Zanghi.

"Xing Zaolin," desis Lan Yunxi dengan marah.

Lan Yunxi memegang pedangnya lagi, pria itu berusaha menepis semburan api dari ular raksaksa itu.

Su Zanghi menuju ke badan ular, pria itu berdiri di badan ular dan menancapkan pedangnya di sana. Suara gauman kencang terdengar seiring tanah yang berguncang dengan hebat.

Suara jeritan-jeritan ketakutan dari warga yang berada di aula besar pun terdengar. Ular tidak bisa memasui area yang sudah dikunci oleh Su Zanghi, tapi mereka mencemaskan keadaan Su Zanghi dan Lan Yunxi yang melawan banyaknya ular.

Su Zanghi mengkoyak badan ular itu, ular itu mengaung dengan kencang. Ekor yang tadi terus menyerang mereka dengan membabi buta kini melemas seketika. Lan Yunxi tidak menyia-nyiakan kesempatan, pria itu menarik jarum dari bajunya. Lan Yunxi meniup jarum itu, seketika jarum kecil terlempar tepat mengenai mata ular. Suara gauman lagi-lagi terdengar sangat nyaring. Ular itu kesakitan karena kehilangan penglihatannya. Namun ternyata hanya sesaat saja ular itu lemas, karena kesakitan membuat kekuatan ular semakin bertambah. Ular itu mengibaskan ekornya dengan kencang. Su Zanghi yang masih berada di tubuh ular segera terbang seraya menarik pedangnya.

Lan Yunxi melempar dua pedangnya untuk memenggal kepala ular, tetapi pedang Lan Yunxi kembali saat ekor ular itu menebas pedang Lan Yunxi. Pertarungan semakin sengit saat sama-sama kuat. Sudah cukup lama mereka bertarung, tapi belum ada tanda-tanda salah satu dari mereka akan menang.

Lan Yunxi memundurkan tubuhnya saat ular itu semakin ganas. Begitu pun dengan Su Zanghi yang memilih mundur sejenak.

"Kekuatan gabungan dari Xing Zaolin dan Xing Jiyin," ucap Lan Yunxi.

Tiba-tiba ular itu terpental jatuh saat cahaya putih terus menyerangnya. Lan Yunxi dan Su Zanghi menengadahkan kepalanya. Mata mereka membulat sempurna saat melihat seorang perempuan tengah terbang di udara sembari melempar kertas-kertas yang berubah menjadi cahaya putih dan tepat mengenai kepala ular. Ular itu mendesis kencang seolah kesakitan.

Feifei melemparkan kertas-kertas bertuliskan mantra pada ular itu. Perempuan itu juga dengan cekatan mendekati ular yang semakin lama semakin lemas.

"Feifei," panggil Lan Yunxi. Lan Yunxi ingin mencegah Feifei, tapi tangannya dicekal Su Zanghi.

"Feifei, minggir!" teriak Kai Wenning membuat Feifei menyingkir. Kai Wenning melesakkan anak panahnya tepat mengenai kepala ular. Ular itu mati seketika.

Feifei jatuh ke tanah dengan kaki yang masih bisa menyangga tubuhnya. Namun, bibirnya langsung mengeluarkan darah segar.

"Feifei," panggil Lan Yunxi segera menahan tubuh Feifei. Feifei tampak lemas dengan darah yang keluar dari bibirnya.

Mengeluarkan mantra penakluk membuat efek di tubuh Feifei melemas, bahkan bisa sampai kehilangan kesadaran. Itu sebabnya Feifei hampir tidak pernah mengeluarkan mantra itu kalau ia tidak benar-benar terdesak. Lan Yunxi memeluk tubuh Feifei dari samping, pria itu menyeka darah yang ada di bibir Feifei.

"Kenapa kamu kemari?" tanya Lan Yunxi.

"Maafkan kami, guru. Tadi sekilas aku melihat guru keluar dari padepokan, dan keamanan mengatakan guru akan ke desa untuk membereskan ular. Aku menyusul guru karena ingin membantu," oceh Kai Wenning.

"Lalu kenapa Feifei ikut?" tanya Lan Yunxi dengan tajam.

"Aku yang memaksa ikut," jawab Feifei.

"Ini sama sekali tidak ada urusannya denganmu. Kembalilah ke padepokan, aku dan Guru Su akan membereskan ini," ucap Lan Yunxi.

Feifei menggelengkan kepalanya, perempuan itu melepas tangan Lan Yunxi yang ada di pundaknya. Feifei menatap ular yang sudah mati, ular itu hampir sama dengan ular yang ia bunuh beberapa hari lalu. Bedanya ular kali ini lebih ganas.

Asap hitam keluar dari ular itu, asap yang semakin lama semakin membesar. Lan Yunxi, Su Zanghi, Feifei dan Kai Wenning sedikit memundurkan tubuh mereka. Sesekali Lan Yunxi akan melirik Feifei, ia tidak menyangka Feifei mempunyai mantra penakluk. Lan Yunxi merasa dejavu dengan mantra itu.

"Xing Zaolin, beraninya hanya mengandalkan hewan-hewan tidak bersalah itu," desis Lan Yunxi.

Seorang pria tertawa terbahak-bahak di antara kumpulan asap yang menari-nari di udara. Pria yang berpakaian serba hitam itu tertawa menatap empat orang yang sudah berhasil membunuh ularnya.

"Lan Yunxi, Su Zanghi, kita bertemu lagi," ucap pria itu.

"Xing Jiyin," desis Su Zanghi. Gabungan kekuatan antara Xing Zaolin dan Xing Jiyin terlihat jelas, tapi Su Zanghi tidak menyangka kalau pengendalinya adalah Xing Jiyin.

"Kamu sudah berhasil membunuh ular-ularku, Su Zanghi," kata Xing Jiyin.

Feifei merasa tidak asing dengan pria di hadapannya, perempuan itu menarik rambutnya untuk menutupi wajahnya. Tidak hanya itu, Feifei juga bersembunyi di balik tubuh Lan Yunxi. Lan Yunxi melirik Feifei sekilas.

"Apa maumu Xing Jiyin?" tanya Lan Yunxi.

"Guru Lan, jangan terburu-buru. Mari kita berbincang," ujar Xing Jiyin yang terdengar sangat menyebalkan. Xing Jiyin memijakkan kakinya di tanah dan berdiri tepat di hadapan Lan Yunxi,

"Katakan!" desis Lan Yunxi.

"Setelah sekian lama, akhirnya aku merasakan mantra penakluk ini. Terakhir kali mantra itu digunakan menaklukkanku oleh Wei Lian Zai," ucap Xing Jiyin.

"Xing Jiyin!" teriak Lan Yunxi menarik pedangnya. Lan Yunxi berlari mengacungkan pedangnya pada Xing Jiyin. Xing Jiyin memundurkan tubuhnya. Semakin ia mundur, semakin Lan Yunxi mendekatkan dirinya. Ujung pedang Lan Yunxi hanya berjarak tidak lebih dari dua senti dengan leher Xing Jiyin.