“Tante, mau ya jadi mamaku?”
Aku mendesah lelah saat untuk kesekian kalinya, Bella menanyakan pertanyaan yang sama padaku. Namun, belum bisa aku jawab. Bukan nggak bisa sebenarnya, tapi aku bingung mau jawab apa. Soalnya ... apa ya?
Dibilang nggak mau terima, aku udah terlanjur baper sama Bapaknya. Tentu saja itu membuatku otomatis ngarep. Cuma … dibilang mau pun ... aku ... gimana ya? Jujur aku belum siap menikah. Apalagi langsung punya anak. Parahnya anaknya macem Bella lagi. Semakin ragu aku.
Bukan karena aku benci si Bella atau nggak mau terima kehadiran dia. Aku cuma takut nggak bisa jadi ibu yang baik buat dia. Itulah sebabnya, aku masih belum bisa memutuskan apapun.
“Bell? Jangan mulai deh. Tidur sono! Tante capek nih. Bacain kamu dongeng hampir tiga buku, eh ... kamunya malah nggak mau tidur. Tante juga udah ngantuk tau,” keluhku menghindari obrolan yang sensitif ini.
“Kenapa Tante nggak mau jadi Mamanya Bella, sih?”