webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Horror
Zu wenig Bewertungen
56 Chs

Tamu Tak Di Undang 1

"Kau bisa menjelaskan pada mereka bahwa kami, tidak pernah berbohong pada mereka. Katakan peristiwa apa saja, yang hanya kau, dan mereka yang tahu." Bisik Nauctha pada boneka kelinci yang berada di dekapannya.

"Hatiku bilang mereka tidak perlu tahu tentangku sekarang. Tolong kita pergi saja" jawab Diandra sendu di dalam boneka.

"Kami bisa membuktikan pada kalian berdua jika kami tidak mengada-ada" kata Theo pada kedua orang tua Diandra, mengabaikan permintaan Diandra. Theo menghubungi seseorang melalui sebuah video call.

"Theo apa yang kau lakukan? Nyawa mereka dalam bahaya jika mereka tahu keberadaanku!" protes boneka kelinci memicingkan matanya, sambil menoleh pada Theodor.

Melihat reaksi boneka dalam dekapan Nauctha, kedua orang tua Diandra ketakutan setengah mati. Mereka mundur teratur. Theodor tak memedulikan reaksi tersebut berhubung Nauctha sudah berinisiatif menenangkan orang tua Diandra. Theodor mengerutkan kening begitu melihat layar ponselnya tiba-tiba mati dengan sendirinya.

Tidak hanya itu, usaha Nauctha dalam menenangkan kedua orang tua Diandra tidak membuahkan hasil bahkan mereka menutup sekaligus mengunci pintu rumah mereka rapat-rapat.

"Kau, bisa kembali pada keluargamu. tetapi apa yang kau lakukan bodoh?!" maki Theodor pada boneka layaknya orang gila.

"Aku sudah katakan. Lebih baik mereka tidak tahu keberadaanku!! Nyawa mereka, bisa dalam bahaya sepertiku!!" jawab Diandra keluar dari boneka, lalu muncul di depan Theo dengan berderaian air mata.

"Aku baru tahu alasannya setelah melihat mereka di depan mataku. Lebih baik kita cari benda penting itu. Antarkan aku ke Winter Water Park" tambah Diandra. Nauctha dan Theodor akhirnya mengabulkan permintaan Diandra.

Tepat di depan pintu gerbang Winter Water Park, Nauctha dan Theodor berdiri memerhatikan keadaan sekeliling. Hampir saja ada penjaga keamanan memergoki mereka di sana, tetapi berkat bantuan Diandra, yang menciptakan kabut putih tebal di seluruh area Winter Water Park, sekaligus menggunakan kekuatannya untuk membuka pintu gerbang. Sepasang pasangan muda tersebut bisa masuk dengan mudah.

"Kau ingat tempat terakhirmu, membawa benda penting itu di mana? Kau tidak tahu apa yang sedang kamu cari. Benda seperti apa, bentuk dan warnanya?" Theo mengikuti ke mana Diandra menuntun mereka. Lagi-lagi ke tempat pertama kali mereka semua bertemu.

"Ya, sekarang aku ingat itu...sebuah berkas penting di dalam map. Warnanya....warnanya...., hijau muda" jawab Diandra cepat setelah berusaha keras mengingat benda macam apa yang sedang dia cari mati-matian.

"Diandra. Bisakah kau mengubah warna air itu seperti semula? Meski kami pernah melihat itu sebelumnya, itu..., bukanlah hal menyenangkan untuk kami lihat" potong Nauctha mengingat pertemuan pertamanya dengan Diandra yang sangat menyeramkan waktu itu.

"Aku tidak bisa melakukannya. Itu bukan aku yang melakukannya. Dan aku mendatangi kalian karena ingin meminta tolong. Karena ada hantu lain yang menakutkan! Dia...dia berusaha keras untuk menghalangiku meminta tolong pada manusia mana pun" jawab Diandra gemetaran. Entah mengapa, tangan Theo bergerak untuk menenangkan Diandra dan...sesuatu yang sebelumnya tidak terjadi kini terjadi. Tangan Theo dapat menyentuh bahu Diandra.

Nauctha yang melihat langsung terbengong-bengong. Bukan hanya itu saja, ingatan Diandra akan tempat itu pun perlahan mulai terungkap meskipun, belum mengungkapkan segalanya.

Sergei Hudson seorang Dokter ahli Virus gila, yang menangani penelitian tentang Virus di rumah sakit Louis Castelo. Dia, dipecat dengan tidak hormat karena ketahuan mengembangkan bahkan, memodifikasi berbagai Virus, bukannya mengembangkan Vaksin sesuai kontraknya dengan Rumah Sakit.

Parahnya lagi, dia menggunakan bawahannya untuk menguji coba Virus ciptaannya. Sayangnya, Theo tidak dapat melihat seperti apa wajah Dokter gila tersebut karena dalam penglihatan Diandra, Sergei sedang memunggunginya. Theo mencoba menceritakan setiap apa yang dilihatnya pada Nauctha dan Diandra.

"Diandra!! Theo!! Lihat!! Apa kalian melihat objek yang sama denganku? Itu..., sebuah map bukan?!" pekik Nauctha melihat sebuah keranjang kecil, berisikan map berwarna hijau muda terombang-ambing ombak buatan.

"Ya, hal penting itu ada di sana sekarang!" teriak Diandra berbinar-binar. Mereka bertiga berlari mendekat ke area wahana Red Water Park yang hanya bisa dilihat Theo dan kawan-kawannya saja.

"Tunggu berhenti!!" seru Theo memerhatikan air laut buatan itu beriak-riak.

"Diandra. Kau bilang bukan kau yang membuat Red Water Park ini menjadi merah darah? Bahkan bukan kau, yang mengganti airnya menjadi lautan darah?" tanya Theo sekali lagi melirik ke arah Diandra.

"mengapa kau mempermasalahkan hal yang tidak penting kita bahas saat ini? Kita harus tahu apa isi dari map tersebut" protes Diandra kesal.

"Ini jebakan" tambah Theo sebelum Diandra dan Nauctha kembali melangkahkan kaki, memasuki lautan darah tersebut.

"Apa?"

"Tidak ada kegiatan ditempat ini di malam hari. Jadi mengapa laut buatan ini masih beroperasi? Apa kalian bisa menjelaskan alasan yang masuk akal untukku?" balas Theo pada keduanya.

"tetapi..., di sana ada berkas penting. Ayolah...," mohon Diandra.

"Kau sudah bersusah payah kabur dari hantu lain itu bukan? Bagaimana jika setelah kau berhasil mengambil, ternyata itu hanya umpan untuk menangkapmu lagi?" kata Theo serius. Diandra tidak peduli dia terbang begitu saja untuk mengambil map tersebut. Gempa bumi besar membuat tubuh kedua anak manusia yang ada di bibir pantai buatan terlontar masuk ke dalam Red Water Park.

Blup

Bluuuurp...

Bluuuurp...

Theo berjuang menggapai salah satu anggota tubuh Nauctha yang hampir saja masuk ke dalam dasar laut buatan. Untungnya, Theo berhasil menggapai tangan Gadisnya itu, memeluknya erat. dia berenang ke permukaan air, tetapi ombak besar menggulung keduanya bersamaan.

Sraaaaaash!!

Byuuuuuuur!!

Blup blup....

Mereka tak sadarkan diri!!

Glodak!!

Glodak!!

Suara berisik itu dapat tertangkap pendengaran Nauctha dan Theo. Membuat kesadaran mereka, berangsur-asur pulih. Mereka berkedip perlahan mencium aroma khas rumah sakit. Mata mereka melebar, menyadari di mana mereka berada saat ini. Keduanya duduk, mencoba mengedarkan pandangan keseluruh penjuru arah.

"Ini...di rumah sakit mana? Aku tidak pernah melihat rumah sakit ini sebelumnya," gumam Nauctha di dengar langsung oleh Theo dan Pria itu sulit membedakan antara Nauctha sedang bertanya padanya, atau...hanya sekadar berbicara pada diri sendiri?

"Sama. Aku juga tidak tahu ini rumah sakit mana. Mari kita cari tahu, mengapa tiba-tiba kita berada di sini, dan bukan di sekitar Motel." Jawab Theo, berdiri sambil mengulurkan tangan pada Kekasihnya.

"Diandra!!" teriak Nauctha membuat Theo panik seketika.

"Apa yang sedang kau lakukan?! Menarik perhatian seluruh penghuni tempat ini? Jangan lupa kita sekarang dapat berinteraksi dengan mereka" umpat Theo pelan di telinga Nauctha sambil menutup mulut Gadis tersebut.

"Kalian siapa? Ada kepentingan apa? mengapa kalian berbuat keributan di rumah sakit ini?" tiba-tiba dua orang penjaga keamanan rumah sakit menghadang mereka.

"maaf. Baru saja Istri saya kehilangan Putri kecil kami. Karena itu kondisi mentalnya agak terganggu. Sekali lagi maaf" kata Theo mengubah raut wajah kagetnya dengan wajah berduka cita sekaligus memelas.

"Jaga Istri Anda Tuan. Banyak pasien butuh ketenangan di sini" tegur sang penjaga keamanan mulai melunak.

"Baik. Sekali lagi maaf" jawab Theo memberi hormat dengan satu tangan.

"Kau, sedang menyumpahiku benar-benar tidak waras?" amuk Nauctha berbisik pelan sambil mencubit gemas lengan Theodor.

"Aku mencari aman tahu? Auch, sakit" keluh Theo sambil mengusap lengan untuk meredakan rasa perih bekas cubitan Nauctha.

"Ayo kita jalan kita harus mencari tahu di mana kita sekarang" tambah Theo menggandeng tangan Nauctha. Tepat di sudut lorong yang merupakan penghubung antara lorong pintu masuk dengan lorong menuju UGD, Theo langsung teringat dengan kepingan ingatan Diandra pertama kali.

"Ini... Rumah sakit tempat Diandra dan Dokter Marcus bekerja" desis Theo membuat Nauctha membelalakkan mata sambil menatap Theo horor.

"Jadi ini rumah sakit Louis Castelo?! Diandra Suster di sini, dan Marcus Dokter?" pekik Nauctha pelan di balas anggukan Theo.

"Apa Diandra yang mengirim kita kemari? tetapi di mana dia?" tambah Nauctha menoleh ke kanan, ke kiri, depan dan belakang.

"Bukankah itu Diandra? Dia menggunakan seragam Suster dan disampingnya?" tunjuk Nauctha ke depan. Mereka melihat Diandra dan seorang Dokter membawa Pasien menuju ke arah mereka.

"Dokter Marcus" jawab Theo memerhatikan kedua orang yang kini tak jauh dari mereka. Ada banyak pejalan kaki saat Diandra, Theo dan Nauctha berpapasan.

Mata Diandra dan Theo bertatapan tajam, sekaligus tak terkatakan. Perhatian sang Suster beralih ketika Dokter Marcus mengajaknya berbicara sekaligus memasuki UGD.

"Ini kenangan ketika Diandra masih hidup. tetapi jelas, bukanlah milik Diandra" kata Theo menggapai kedua bahu Nauctha seyakin mungkin.

"Bukan miliknya? Lalu milik siapa?"

"Hantu yang mengejar-ngejar Diandra. Sepertinya dia sedang menargetkan serangan pada kita kali ini. Kita harus sangat berhati-hati. Secepatnya kita harus kembali" jawab Theo menggeret tangan Nauctha menuju pintu keluar.

Ziiiiiiiing!!

Hening. Lampu sepanjang koridor, mati seluruhnya. Gelap gulita bahkan Theo dapat merasakan telapak tangan Nauctha mulai gemetaran. Gadis itu merapat padanya kali ini.

Blup

Blup

Blup

Telinga mereka, mendengar suara air mendidih. Mereka berdua merasakan daerah punggung dingin bukan main. Hey, tangan mereka! Kedua tangan dan kaki mereka terikat!!

Perlahan...mereka membuka mata dan melihat seorang Dokter, bukan!! Sebuah tengkorak berbaju Dokter sedang berada di dalam lab, dengan mereka berdua sebagai sandera!! Mengetahui Nauctha dan Theodor sadarkan diri, si hantu tengkorak menoleh sambil terkekeh keji. Seakan, jika bola matanya masih menempel di antara dua bulatan besar bolong itu, sedang menatap mereka dengan tatapan lapar...

Clap...

Clap....

Nauctha menahan jeritannya ketika sang tengkorak bergerak cepat, kearahnya sambil memainkan gunting di kerangka jemari tangannya. Theo mulai ketakutan tentang apa yang akan dilakukan hantu kejam itu pada kekasihnya. tetapi tiba-tiba sesuatu terasa menekan kuat-kuat di dada keduanya. Kegelapan...kembali...melanda mereka berdua.

"Hoek!! Hah hah hah" mereka bereaksi!! Setelah 30 menit berlalu, akhirnya usaha tim penyelamat mampu menolong Nauctha dan Theo.

"Syukurlah kalian dapat tertolong. mengapa kalian, bisa berada di sini malam-malam?" tanya pemilik dari Winter Water Park sesabar mungkin.

"Hah hah hah. Terserah Anda mau percaya atau tidak. Ada hantu jahat berkeliaran di tempat ini dan dia, sengaja menyeret kami sampai sini. Coba pikirkan dengan logika Anda Tuan, bagaimana mungkin kami bisa masuk ke sini tanpa ketahuan penjaga keamanan Anda?" tegas Theodor menjelaskan sebab mereka bisa tenggelam di dalam wahana ketika nafasnya masih terengah-engah membutuhkan lebih banyak pasokan udara.

"Itu...bisa saya percaya Tuan. Bahkan di CCTV mereka tidak tampak sama sekali" potong salah satu penjaga keamanan.

"Aku tahu pengalaman buruk ini tidak akan bisa kalian lupakan seumur hidup. tetapi, tempat ini adalah lahan pohon uangku. Jadi mohon dengan sangat, jangan sebarkan berita ini pada semua orang" kata si Pemilik Winter Water Park tanpa memedulikan keadaan korban.

"Meski akan ada korban jiwa setelah ini? Saya pikir Anda adalah orang, yang sangat perhatian kepada orang lain Tuan, tetapi saya sekarang menyadari anggapan itu sangatlah keliru. Permisi jangan khawatir, saya jamin tidak akan ada kabar miring tentang tempat ini sesuai permintaan Anda."