webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Horror
Zu wenig Bewertungen
56 Chs

Sesuatu di dalam tubuhnya

Theodor diam mematung. Kepalanya terasa berat tetapi tubuhnya terasa seringan kapas. Pemuda itu tiba-tiba ambruk dari atas tempat duduknya.

Bruk!

Kenatt berhasil menangkap kepala Theo dengan kedua tangannya agar tidak terbentur lantai kayu. Hisashi mendekat dan menyentuh ubun-ubun Theodor.

"Anak ini" decak Theodor sambil menggelengkan kepala prihatin.

"Ada apa dengannya?" Ferghus ikut berjongkok di samping Hisashi.

"Kita harus membawanya pulang segera. Ada sesuatu di dalam tubuhnya yang harus segera dibuang. Felix sedang bertarung di alam bawah sadar Theo. Kita harus menolong Felix agar dapat memenangkan pertarungan ini" sahut Hisashi, memberi perintah Ferghus dan yang lainnya menggotong Theodor masuk ke dalam mobil.

"Chichi tahu kan? kita semua melewati jembatan kayu untuk bisa memasuki tempat ini? Akan sangat berbahaya bagi Theodor kalau kita memaksakan diri menyeberangi jembatan" Ferghus menolak.

"Lagi pula mengapa kita harus kembali kerumahnya disaat Theo dalam keadaan seperti ini? Kita bisa memberi pertolongan secepatnya di tempat ini kan?" Ferghus berusaha menahan Hisashi.

"Tidak bisa. Theodor harus segera pulang kerumahnya. Ada sesuatu yang Theo sangat butuhkan di rumah itu" Hisashi bersikeras.

"Sebenarnya kalian bisa melewati jalan lain untuk kembali ke pekarangan, untuk mengambil mobil Theo" Kenatt menengahi.

"Kenatt. Bisa kau cari tahu di mana rumah pasangan Sanders?" Hisashi menoleh pada Kenatt dengan tatapan menuntut jawaban cepat.

"Hah?! maksudmu pulang ke rumah orang tua kandungnya?" Kenatt tersentak kaget mendengar Hisashi mengucapkan hal ini tanpa ragu. Hisashi hanya mengangguk mantap.

"Kau belum membicarakan rencana ini padanyakan? Bagaimana jika Theodor tidak ingin kembali ke rumah masa kecilnya? Apa kau tidak berpikir kita terlalu lancang mengorek ruang privasinya?" Kenatt tidak yakin ini ide yang bagus. Lagi pula Kenatt tidak akan mencampuri urusan seseorang jika orang itu tidak mengizinkan.

"Kita tidak punya banyak waktu untuk memikirkan perasaannya. Theodor butuh bantuan segera! jika kita terlambat, Theodor tidak akan bangun dalam waktu yang lama!" suara Hisashi menggelegar kuat.

Jika Hisashi tidak menunjukkan sikap tenangnya lagi, ini pertanda bahwa hal yang berbahaya mungkin saja akan terjadi di waktu tak terduga.

Kenatt, Ferghus dan Riche bersama-sama menggotong Theodor masuk ke dalam mobil.

"Kami sudah menemukan lokasinya" Armian menginformasikan langsung setelah dia mendapatkan apa yang diperintahkan Kenatt padanya.

"Ferghus. Kau menyimpan nomor Lucas? kita membutuhkannya sekarang di rumah pasangan Sanders" Hisashi merebahkan kepala Theodor ke pangkuannya.

"Kami mengikuti kalian dari belakang" sahut Ferghus setelah mendapatkan perintah memanggil Lucas. Dia bergegas menutup pintu mobil yang akan membawa Theodor, Eve, Hisashi dan Ammaru. Lalu berlari memasuki mobilnya.

"Adell, kirim alamat rumah pasangan Sanders ke Lucas. Ingat hanya Lucas yang harus datang" pinta Ferghus memperingatkan poin pentingnya sambil menyalakan mesin mobil.

"Dia akan datang segera" sahut Adell setelah menghubungi Lucas.

Di jok belakang, Riche, Armian dan Anastasya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ferghus tidak akan mengganggu konsentrasi mereka demi menyelamatkan nyawa Theodor.

"Telepon Eve. Aku butuh bicara dengan Hisashi" entah mengapa Ferghus merasa gelisah saat perjalanan dimulai. Mobil yang membawa Theodor tepat di depan mobilnya. Kedua mobil tersebut melaju dengan kecepatan penuh.

"Hallo, Eve. Bisa aku bicara dengan Hisashi?" Adell menghela napas lega setelah panggilannya terjawab. Dia mengubah panggilannya ke mode loud speaker.

"Theo belum sadar. Jika itu pertanyaanmu sekarang" suara Hisashi masih terasa janggal ditelinga Ferghus.

"Aku ingin mengajukan pertanyaan lain Chichi"

"Apa bisa kau simpan saja untuk nanti?"

"Chichi. Beri aku alasan mengapa Theo harus pulang? Bukankah Marcus dalam sekapan Sergei? Apa yang kau cari di sana?"

"Nak, mana dari ketiga pertanyaanmu, yang paling penting menurutmu untukku jawab?"

"Haaah, bukannya aku sok misterius. Masalahnya, sekarang energiku sedang kusalurkan pada Theo. Jadi aku harus menghemat tenaga" suara Hisashi menjelaskan betapa lelahnya dia sekarang.

"Maafkan aku Chichi. Mengapa Theodor harus pulang?" Ferghus tidak tega membuang waktu dan tenaga Hisashi. Jadi dia bertanya lagi dengan singkat.

"Karena hanya Felix satu-satunya jalan kita untuk membangunkan Theodor"

"Apa?! tunggu. Aku semakin tidak mengerti. Theodor tidak pernah memaksakan diri untuk mengingat dirinya sebagai Felix" Ferghus berhenti sejenak menghela napas perlahan sebelum melanjutkan.

" Satu-satunya alasan Theo memanggil kita adalah, karena mimpi buruk yang selalu menghantuinya. Bukankah kita sekarang tahu, bahwa itu bukan mimpi buruk melainkan kilasan masa lalu Theo?"

"Chichi... mengapa kau memaksanya datang ke tempat yang pernah muncul di dalam mimpi buruknya? Bagaimana jika keadaan Theodor malah semakin parah?" protes Ferghus membuat semua penumpang mobilnya menatap tajam ke arahnya.

"Dia harus bisa melawan rasa takutnya. Jika dia terus lari, Sergei dapat memanfaatkan keadaannya melalui Oliver. Kau pilih klien kita ini mati ditangan musuh atau mati setelah berjuang bertahan hidup?" Hisashi meluncurkan kalimat tajam, dan mulai terengah-engah.

"Ferghus. Jangan lanjutkan perdebatan ini lagi. Kau dengar Hisashi mulai terengah-engah? kau sudah menguras lebih banyak energinya" Adell memperingatkan.

"Beristirahatlah" sahut Ferghus pada Hisashi lalu meminta Adell memutuskan sambungan telponnya.

"Kurasa dia mulai diluar kendali" geram Ferghus lalu memukul setir kemudi mobil.

"Honey... jaga bicaramu. Ingatlah bagaimana pun juga, di dalam dirimu ada bagian tubuh dari Putra kandungnya" Adell menepuk lembut bahu Ferghus yang tegang.

Suara ponsel Ferghus berdering di dalam saku celananya. Dia merogoh sakunya lalu menyerahkan ponsel ke tangan Adel.

"Lucas"

"Angkat saja" Ferghus mengizinkan Adell menerima panggil.

"Mengapa Theodor sulit dihubungi?" suara Lucas terdengar panik.

"Dia sedang tidak sadarkan diri. Ada masalah?" Ferghus menjawab setenang mungkin.

"Jangan lanjutkan perjalanan! berhenti sekarang! hentikan mereka!" Lucas justru berteriak seperti orang gila.

Ferghus menekan klakson beberapa kali. Lalu membuat kode melalui flasher mobil agar berkedip-kedip. Kenatt menoleh ke kaca spion mobil Theodor begitu mendengar mobil di belakang mengeluarkan suara berisik. Bahkan menyalakan flasher mobil.

Kenatt segera memelankan laju kendaraannya dan bergerak menepi dan berhenti. Mobil di belakang ikut menepi dan semua orang di dalam mobil Ferghus keluar mendekati mobil Theodor.

"Mengapa kau menyuruhku menepi?" Kenatt bisa melihat betapa pucatnya wajah semua orang di depan matanya.

"Lucas menyelamatkan kita semua" kata Ferghus hampir terdengar seperti gumaman.

"Lihatlah sekitar kita dan coba periksa pemandangan apa di depan mobil yang kau naiki" desis Ferghus. Kali ini lututnya terasa lemas tanpa daya. Pemuda itu menjatuhkan dirinya di atas bebatuan.

Kenatt terkejut. Bukankah mereka tadinya di jalanan besar? tetapi mengapa sekarang mereka justru berada di tengah-tengah bukit? dan tepat lima jengkal dari mobil Theo berhenti, terhampar jurang yang curam.

"Ya Tuhan... hampir saja nyawa kita melayang" kata Kenatt sambil mengusap tengkuknya yang mendadak terasa sangat dingin.

"Ayo kita segera pergi dari sini" Kenatt membuka pintu mobil Theo namun sebelum dia benar-benar masuk ke dalam mobil, Ferghus mencengkeram pergelangan tangannya.

"Ada yang mencoba memainkan ilusi. Lucas berpesan agar kita tidak gegabah dalam bertindak di situasi sekarang" Ferghus bersungguh-sungguh memperingatkan.

"Apa yang harus kita lakukan? sekarang?" erang Kenatt frustrasi.

"Tunggu. Lucas sedang mencari bantuan. Kita hanya bisa duduk manis sekarang"

"Waktunya semakin sempit. Ini terlalu berbahaya untuk Theodor" potong Hisasho yang pada akhirnya ikut turun dari mobil.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang. Kita bisa celaka kalau memaksa keluar dari tempat ini" Ferghus mencoba menjelaskan.

Hisashi akan membantah tetapi begitu dia memandang ke seluruh penjuru arah, dia baru mengerti alasan Ferghus menghentikan mobil mereka tadi.

"Di dalam mobil barusan yang kulihat... sangat berbeda" gumam Hisashi lemas.