webnovel

TAKE ME WITH YOU TO JANNAH

Syma terpaksa menjadi simpanan pria yang telah memiliki istri demi merebut kembali hak asuh anaknya. Ersad adalah pria yang menawarkan kerja sama itu karena sang istri tidak bisa memberikan kebutuhan biologisnya dikarenakan mengalami koma. Lalu bagaimana nasib syma saat istri pertama ersad telah sadar dan siapakah sebenarnya penghancur rumah tangganya bersama revan? "Aku pernah memiliki suatu impian. Yaitu membangun rumah tangga yang sakinah bersamamu sampai ke Jannah. Sehingga aku berusaha memperjuangkan cita-cita tersebut agar menjadi kenyataan. Aku selalu berusaha memperjuangkan seseorang yang sangat aku sayangi. Tapi ternyata perjuangan itu tidak ada hasilnya? Terkadang hidup ini memberikan kita dua pilihan yang sulit. Pilihan itu adalah memperjuangkan atau melepaskan. Disaat aku sibuk memperjuangkan, terkadang aku sadar, bahwa aku telah memperjuangkan sesuatu yang salah. Alasan itu muncul saat aku merasa apa yang selama ini aku lakukan adalah sia-sia. Bukan tanpa sebab, tapi itulah kenyataannya."

Alawiah_putri18 · Urban
Zu wenig Bewertungen
14 Chs

SIAPA KAU INI SEBENARNYA

Ketika sudah selesai membersihkan dirinya. Ersad terkejut melihat Syma yang ternyata belum juga tidur.

"Kenapa kau belum tidur?"

"Aku masih menunggumu. Aku pikir mungkin kau butuh sesuatu. Makan, atau apa?"

Ersad diam sejenak. Menatap Syma sembari mendekat kearahnya secara perlahan. Lalu berdiri tepat dihadapannya dengan tatapan yang tidak lepas sedikitpun dari wanita itu. Ersad baru sadar, bahwa kecantikan Syma semakin bertambah, ketika melepaskan jilbabnya. Wajahnya yang begitu mulus serta bibir kecil namun tebal. Membuat naluri kelelakiannya semakin menyeruak.

"Jika aku meminta hakku. Apa kau akan memberikannya malam ini.

Aku sudah melakukan semua yang kau inginkan. Termasuk menikah siri denganmu. Apa masih ada alasan bagimu untuk menolakku kali ini?"

Sontak hal itu membuat Syma melebarkan matanya. Bukannya Syma tidak siap. Hanya saja dia masih begitu gugup, belum terbiasa dengan pria lain selain Revan. Namun Syma segera menguasai dirinya dan menatapnya lembut.

"Kau adalah suamiku sekarang. Semua yang ada pada diriku sudah menjadi milikmu. Kau berhak atas diriku tanpa harus meminta persetujuan dariku. Dan hakmu adalah kewajiban bagiku."

Lagi-lagi Ersad terdiam. "Siapa kau ini sebenarnya? katakan apa tujuanmu menikah denganku!

Uang?

atau apa? katakan Syma?"

"Tujuanku menikah hanya ingin beribadah. Jauh dari maksiat dan menyempurnakan separuh agama," jawabnya tanpa ada keraguan sedikitpun.

"Tapi kau tidak mencintaiku!"

"Karena cintaku kepada Allah lah yang akan membuatku mencintaimu. Kau adalah suamiku, meski pernikahan kita hanya didasari oleh kesepakatan. Tapi aku tetap akan memperlakukanmu layaknya seorang Raja, mencintaimu seperti seorang Pangeran. Dan tidak lupa untuk terus mengingatkan bahwa dirimu hanyalah hamba Allah."

Ucapan Syma begitu menusuk tepat pada sasarannya. Membuat Ersad tiba-tiba membalikan tubuhnya dan menatap keluar jendela kaca yang menghubungkan pemandangan indah dari atas sana.

"Kau tahu aku memiliki istri sah secara hukum maupun agama, Syma. Dan aku sangat mencintainya. Jangan terlalu menganggap serius pernikahan kita. Karena jika waktunya tiba nanti, aku pasti akan membuangmu. Dan memilih istri pertamaku, Erika..."

Sakit. Namun tak berdarah... itulah yang dirasakan Syma. Ucapan Ersad memang membuatnya sadar, bahwa dia hanyalah sebatas simpanan. Tidak lebih. Dan hal itu membuat senyuman ironi menghiasi wajahnya.

"Aku tahu... aku tidak pernah bermaksud untuk merebutmu darinya. Aku sadar posisiku hanyalah sebatas simpanan.

Tapi tetap saja. Dimata agama kita ini sah suami istri. Tugasku akan tetap aku laksanakan meski aku bukanlah apa-apa bagimu."

Ersad menghela nafas beratnya. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Ersad beralih ketempat tidur, sebagai salah satu pelariannya ketika merasa kalut.

"Tidurlah, ini sudah sangat larut," ucap Ersad langsung memejamkan matanya.

Sementara Syma hanya memperhatikannya. Sebelum akhirnya mengambil tempat disebelah suaminya dan ikut terlelap dalam tidurnya.

*****

Suara deringan ponsel membuat Syma terbangun. Dan baru ingat, bahwa dia telah kesiangan untuk melaksanakan sholat subuh. Cepat-cepat Syma beranjak dan mengambil wudhu, tidak memperdulikan deringan ponsel yang sudah membangunkannya itu.

Ketika selesai dengan rutinitas diawal paginya. Tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Syma langsung mengangkatnya tanpa tahu siapa yang telah menelponnya sepagi itu.

"Ya, assalamualaikum."

"Syma... ini aku,"

"Mia?" Syma berkerut heran. Nafas Mia terdengar keras. Seakan sedang menahan emosi.

"Ya... aku hanya ingin mengatakan padamu, berhenti mengganggu mas Revan. Dia suamiku sekarang. Kalian sudah tidak punya hubungan apapun lagi, jadi tinggalkan dia dan pergi sejauh-jauhnya. Kau tidak tahu bagaimana perjuanganku Syma... aku sangat mencintainya. Jauhi Revan...."

Syma melebarkan mulutnya. Betapa tidak tahu malunya Mia mengatakan hal itu.

"Apa sih yang kau bilang ini, Mia? apa kau tidak waras? kaulah yang telah merebut suamiku, dan kau sudah mendapatkannya sekarang. Lalu apa lagi yang kau inginkan. Kami sudah berpisah dan aku tidak pernah mengganggunya."

"Cih, kenyataannya mas Revan masih saja ingat padamu. Dia bahkan tidak pernah menganggap kehadiranku didekatnya. Yang ada dipikirannya hanyalah kalian ! aku membencimu Syma...

aku menyesal, kenapa waktu itu tidak menyuruh Roy langsung membunuhmu saja."

Suara Mia yang berteriak dari seberang telepon, dan belum sempat Syma menjawab. Telepon sudah Mia matikan secara sepihak.

Syma kembali melihat kelayar ponselnya. Sungguh dia tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. 'Seharusnya aku yang marah pada wanita itu karena telah merebut mas Revan. Tapi kenapa malah aku yang dimarahi seakan semua itu adalah kesalahanku.

Dan lagi...

Mia sempat mengatakan tentang Roy. Apa maksudnya? apa jangan-jangan...

Tidak.

Mia tidak mungkin....

"Benar Syma. Dugaanmu itu benar, Mia adalah dalang dibalik semuanya. Dia sengaja menyuruh Roy untuk melecehkanmu. Dan dia jugalah yang mencuci otak mantan suamimu bahwa kalian berselingkuh.

Suami bodohmu itu juga salah. Dia terlalu percaya pada orang lain daripada istrinya sendiri. Aku telah membongkar semuanya dengan jelas. Pria yang hampir melecehkanmu juga sudah dihukum."

Suara Ersad yang tiba-tiba sudah terbangun dari tidurnya. Dan tanpa sengaja mendengar gumaman Syma.

Tentu saja Syma kaget mendengarnya. Buliran bening dipelupuk mata telah mengalir begitu saja. Syma tidak menyangka bahwa Mia akan Setega itu padanya. Keluarga yang selama ini dengan susah payah dia bangun. Kini hancur hanya dalam waktu yang singkat.

"Apa salahku padanya... kenapa dia tega sekali. Dia membuat anakku kehilangan kesempurnaan dalam keluarga. kebahagiaan kecil yang seharusnya kami berikan pada Zea. Kini ikut hancur dikarenakan sebuah perceraian," lirih Syma disela isakkanya. Kenyataan yang sangat menyakiti hatinya.

"Semuanya sudah terjadi, Syma. Kau harus mengambil pelajaran dalam setiap kejadian dalam hidup. Jangan pernah mudah untuk percaya pada orang lain," ucap Ersad pelan, namun Syma mengerti maksudnya.

Syma mengangkat wajahnya dan menatap Ersad dengan nanar.

"Apa itu artinya kau tidak percaya padaku?"

Ersad terdiam mendengar pertanyaannya. Sejujurnya, Ersad masih belum yakin pada dirinya sendiri. Dia yang selalu mencari-cari alasan untuk tidak mempercayai Syma. Padahal kenyataannya tidak ada satupun kebohongan yang nyata dari dalam diri Syma.

"Maaf... tapi ya, aku belum bisa percaya padamu seutuhnya. Bagiku kau wanita asing yang aku temukan. Aku memilihmu hanya ingin memenuhi kebutuhan biologisku yang belum bisa diberikan oleh Erika. Tidak lebih," ucap Ersad begitu dingin.

Namun Syma tidak tersinggung sedikitpun. Rasa sakit yang bertubi-tubi menghantamnya, seolah membuat dirinya mati rasa ketika menghadapi kenyataan pahit yang selanjutnya. Hanya Istighfar dan dzikir yang selalu menjadi obat penenang hatinya.

"Ya... aku tahu," ucap Syma. Terdengar nada hampa didalamnya. Ersad tidak ingin menanggapinya lagi dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Namun langkahnya terhenti ketika Syma kembali bersuara.

"Terimakasih.

Terimakasih karena telah membantu merebut Zea dari tangan mantan suamiku. Tidak bisa aku bayangkan apa yang akan terjadi pada anakku jika berada ditangan mereka. Kau telah melakukan banyak hal untukku.

Dan aku ikhlas. Ikhlas melakukan apapun untukmu, meski hanya sebagai pemuas nafsumu. Tidak masalah bagiku, yang penting kita sudah halal."

****

TBC