webnovel

Takdir Cinta Sang Arjuna

Bagi Caramel, gak ada yang lebih sial dan menyakitkan dari cinta yang terkhianati dan pernikahan akibat perjodohan. Apalagi harus terperangkap dalam kehidupan bersama seorang CEO menyebalkan. Dan, bukan perkara yang mudah buat Caramel untuk berdamai dengan hatinya ketika dia akhirnya harus memilih antara bertahan untuk sebuah akhir yang membahagiakan atau membiarkannya pergi dengan membawa segenap hatinya. Bagi Arjuna, keputusannya untuk menerima perjodohan hanyalah semata-mata demi Papa. Toh kalo dikemudian hari pernikahannya ternyata gak berjalan mulus, dia bisa bercerai. Tapi ternyata cinta datang lebih cepat dan membuatnya nyaris menyerah untuk mengalah. Sampai akhirnya ... sesuatu dari masa lalunya datang dan mengancam semua hal yang udah susah payah diusahakannya. Mampukah Caramel dan Arjuna melewatinya bersama tanpa ada lagi hati yang harus menjadi korban?

Chan_Chew · Urban
Zu wenig Bewertungen
24 Chs

8

Arjuna terpaksa menikmati sarapan paginya seorang diri. Usahanya untuk membangunkan Caramel sia-sia. Cewek itu terlalu pulas dan bener-bener susah dibangunkan. Padahal segala cara udah dilakukan Arjuna.

Arjuna mengedarkan pandangannya ke sekeliling resto tempatnya sarapan. Sepi. Cuma beberapa meja yang terisi. Ah, sebenernya dia bisa aja sih memesan sarapan dengan layanan room service tapi hal itu gak dilakukannya. Dia merasa lebih nyaman untuk menikmatinya di resto.

Arjuna melirik selintas arloji di pergelangan tangannya sebelom akhirnya memasukkan sepotong melon ke dalam mulutnya. Tepat jam sepuluh. Itu artinya dia udah menghabiskan waktu dua jam di sini seorang diri. 

Diam-diam Arjuna mengasihani dirinya sendiri. Dirinya sekarang adalah seorang suami. Tapi berada di tempat begini sendirian dan menikmati sisa paginya seorang diri bener-bener terlihat agak ... kasihan! Dan ya, itu artinya Arjuna harus berusaha lebih keras lagi supaya Caramel bisa membiarkannya masuk ke hatinya dan menggantikan David yang udah lama bertengger di sana.

Melamun apaan sih, Jun? Mungkin emang sebaiknya Arjuna kembali ke kamar. Siapa tau Caramel udah bangun.

*

Caramel membuka matanya perlahan saat sesuatu yang menyilaukan menerpa wajahnya. Sisa-sisa kantuk semalem belum sepenuhnya mau menyingkir padahal hari udah terlalu tinggi untuk menyapa pagi. Susah payah dia merubah posisinya dan bersandar ke kepala ranjang, memaksa kesadarannya muncul secara utuh. "Jam berapa sekarang?"

"Annyeong-haseyo Chagya!" Arjuna meletakkan cangkir kopinya ke atas meja. "Ayo bangun. Sekarang udah siang loh."

"Jam berapa sekarang?" Caramel mengulang pertanyaannya.

"Jam dua belas," sahut Arjuna santai. "Ayo mandi. Abis itu kita makan siang, trus jalan-jalan. Hari ini kamu pengin jalan-jalan kemana?"

Seriously?

Caramel menatap tajam ke arah Arjuna. Mau gak mau dia jadi kesal sendiri dengan suaminya itu. "Well, kalo lo mau jalan-jalan, sok atuh jalan-jalan sendiri aja. Gue di sini aja."

Arjuna menghela nafasnya dengan pelan. "Khumairah .."

"Nama gue CARAMEL! CA-RA-MEL! Bukan KHUMAIRAH!! Can't you stop calling me with that name?!"

Sekali lagi Arjuna menghela nafas. Semenjak semalem, setelah obrolan mereka terakhir, Caramel mengunci bibirnya rapat-rapat dan bertingkah seolah cuma dia sendirian yang ada di kamar ini. Caramel mengacuhkannya dan menganggapnya enggak ada. Sampe sekarang pun dia sama sekali enggak tau salahnya apa dan dimana? Padahal, Arjuna udah rela membagi ruangannya dengan twin bed demi bisa membuat Caramel merasa nyaman. Nyaman dengan suasana dan kehadirannya.

"Caramel," Arjuna menggenggam tangan Caramel dengan sangat erat tapi tetap lembut. "Maaf memanggilmu dengan sebutan itu. Dan maaf kalo panggilan itu bikin kamu gak nyaman. Mel, panggilan 'Khumairah' yang biasa aku sebut untuk panggil kamu itu adalah panggilan kesayangan Rasulullah SAW untuk istri Beliau, yaitu Siti Aisyah. Kamu pasti tau kan kalo Rasulullah SAW selalu bersikap mesra kepada istri-istri Beliau?"

Caramel mengangguk segan. Dia bener-bener sedang gak mood untuk meladeni omongan Arjuna.

"Jujur, semua yang aku lakukan, selama beberapa hari ini kita nikah, itu cuma pengen bikin kamu nyaman. Nyaman dengan aku, nyaman dengan kebersamaaan kita, nyaman dengan suasana di sini ataupun di rumah. Tapi, kalo kamu gak suka ya aku bisa apa selain minta maaf? Kamu .."

Tenggorokan Arjuna tercekat. Gak mungkin dong dia harus mengulang ucapannya tempo hari di hari pernikahan mereka?

"Apa?!" tentang Caramel emosi. "Kok diem? Takut?"

Arjuna menggeleng. "Kamu bisa mengajukan gugatan cerai kalo memang gak bisa menerima pernikahan ini, Mel." sahut Arjuna lirih, akhirnya. "Aku pergi dulu. I need a fresh air. Kamu istirahat aja di sini. Kalo ada apa-apa, telepon aku." Arjuna berlalu meninggalkan Caramel sendirian, sama kayak yang diinginkan istrinya itu.

*

Caramel bergeming. Tatapan matanya masih lekat memandangi daun pintu yang dari tadi tertutup rapat semenjak Arjuna pergi meninggalkannya. Dia tau, Arjuna benar soal ucapannya. Cowok itu sedang berusaha untuk membuatnya nyaman. Nyaman dengannya dan kehadirannya. Nyaman dengan status yang disandangnya sekarang.

Caramel menghela nafas. Dia jadi galau sendiri. Dia bingung harus memilih mana, antara tetap di sini sampai Arjuna kembali atau bergegas menyusulnya dan minta maaf? Sayangnya dirinya terlalu gengsi untuk salah satunya. Lagian, dimana-mana gak ada tuh yang namanya cewek ngejar-ngejar cowoknya? Kalo sampe Caramel melakukan itu, bisa hancur harga dirinya dong.

"Kamu udah makan siang belum?" Tiba-tiba terdengar suara khas Arjuna, membuat Caramel menoleh ke arah asal suara. Sejak kapan dia datang? "Kamu kenapa ngelamun?"

"Kamu kapan datengnya?" Bukannya menjawab, Caramel malah balik bertanya. "Katanya cari angin, kok cepet banget baliknya?"

"Maksud kamu, kamu berharapnya aku perginya lama gitu ya, Mel?" tanya Arjuna sembari tersenyum tipis. Ada segurat rasa kecewa menyusup di hatinya demi mendengar ucapan Caramel barusan.

"Ya enggak juga." sahut Caramel. Dia bingung harus jawab apa. "Emang tadi kamu kemana, Jun?"

"Renang.", sahut Arjuna sambil melenggang ke kamar mandi. "Aku mau mandi dulu. Kalo kamu belum makan siang, habis aku mandi kita ke bawah ya? Kita makan siang bareng."

"Aku belum laper, Jun."

Arjuna menghentikan langkah. Apa katanya barusan? Entah kenapa Arjuna merasa Caramel lagi berusaha menjauh dan jaga jarak dengannya. Apa ini karna kejadian tadi pagi?

"Kamu masih marah karna kejadian tadi pagi?" Tanya Arjuna. Caramel menggeleng. "Trus kenapa sikap kamu kayak gini?"

"Jujur nih ya. Aku ngerasa kayak kamu lagi jaga jarak sama aku. Kamu kayak lagi pelan-pelan ngehindar dari aku. Kalo memang kamu merasa ada hal yang bikin kamu gak nyaman, apapun itu, tolong kasih tau aku. Kalopun, misalnya, kamu pengin kita balik ke Jakarta sekarang atau kita pisah kamar lagi pun buat aku gak jadi masalah. Asalkan itu bisa bikin kamu nyaman. Lagian, tujuan kita bulan madu sekarang ini memang untuk kita bisa belajar biar bisa lebih dekat dan lebih saling kenal lagi. Soal kejadian tadi pagi, aku minta maaf. Gak sama sekali gak bermaksud bikin kamu gak nyaman dengan panggilan begitu. Dan sekali lagi, tolong kamu jangan bersikap kayak gini."

Caramel menghela nafas dengan pelan. "Maaf. Gue ... Gue ..."

Cup! Belum sempat Caramel menyelesaikan kalimatnya, Arjuna udah mendaratkan ciuman kilat di keningnya. Hal itu sukses membuat cewek itu mendongak dan beradu pandang dengannya. Arjuna cuma bisa memasang senyum terbaiknya. "Please, let me know if you're not feeling comfortable with anything. Promise?"

Caramel menggangguk.

"Yawdah, aku mandi dulu ya. Kamu tunggu sini dulu bentar. Setelah itu kita makan siang. Aku laper."

*

Sembari nunggu Arjuna selesai mandi, Caramel mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar dari balkonnya. Ruangan yang ditempatinya sebenernya gak terlalu besar tapi gak terlalu kecil juga. Suasananya super cozy. Nyaman. Ditambah dengan dua tempat tidur berukuran single bed yang menjadi pemisah tempat tidur antara dirinya dan cowok itu. Ah .. mau gak mau Caramel jadi tersenyum geli sendiri.

"Kenapa kamu senyam-senyum gitu?" sapa Arjuna yang baru aja selesai mandi. Dengan penuh kesadaran Caramel langsung memalingkan wajah.

"Nope," jawab Caramel singkat.

"Udah siap-siap?" Pertanyaan Arjuna barusan bikin Caramel bingung. Siap-siap? Emangnya mereka mau kemana? Cuma mau beli makan siang aja kok harus siap-siap?"

"Siap-siap mau kemana, Jun? Emangnya apa yang harus disiapin?"

"Makan siang. Abis itu aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Aku berani jamin kamu bakalan suka sama tempatnya nanti."

Belum sempat Caramel menyahuti ucapan Arjuna barusan, matanya melotot tajam. "Kamu mau ngapain?" tanya Caramel yang jelas-jelas merasa gak nyaman. Di hadapannya, Arjuna perlahan melangkah mendekatinya dan dia bisa melihat dengan jelas otot-otot yang tercetak jelas di dada, perut dan lengan Arjuna. Tubuh Arjuna hanya berbalut handuk dan cowok itu saat ini sedang bertelanjang dada di hadapannya.

"Mau ngambil baju. Itu bajuku kamu dudukin." Pandangan matanya mengarah ke tempat Caramel duduk.

"Maaf," ucap Caramel pelan. Jujur, dia merasa agak aneh dengan sebutan "Yang" atau "Sayang" kayak yang diucapkan Arjuna barusan. Karna baru sekali ini Arjuna memanggilnya dengan sebutan itu, seenggaknya setelah pernikahan mereka.

"Gak apa-apa Yang." Arjuna memakai kaos putih berkerahnya. Badannya yang atletis sempurna tampak sangat pas dengan kaos yang dikenakannya. Ditambah dengan celana jeans dan kaca mata hitamnya. Caramel berani bertaruh, cewek-cewek di luar sana pasti bakal terpesona dengan penampilan keren suaminya itu.

Ah Tuhan, tapi kok rasanya hatinya gak rela ya membiarkan cewek-cewek lain jatuh hati dengan pesona Arjuna??

"Udah siap?" tanya Arjuna. Caramel cuma bisa mengangguk.

*