webnovel

T.I.M (treasure in murder)

Pada tahun 2172 Indonesia masih belum benar-benar merdeka. Korupsi masih ada ketidak adilanpun masih merajalela. Sekelompok individu dari latar belakang berbeda-beda yang muak dengan keadaan negara mereka bersatu untuk menangani kasus-kasus yang tidak bisa di pecahkan oleh unit lain di negara mereka. Aileen Fredella adik Adara Afsheen yang merupakan bagian dari T.I.M harus menggantikan posisi sang kakak yang sudah meninggal. Pertemuan tidak terduga, kasus rumit terjadi, dan menjadi pengurus apartemen bukan hal yang mudah. Berbagai konflik terjadi kesedihan, kebohongan, pengorbanan, penghianatan, dan cinta. Akankah Aileen mampu? (Cerita ini sedang di edit besar besaran karena banyak typo dan beberapa jalan cerita yang kurang memuaskan author mohon bersabar)

LynKuromuno707 · sci-fi
Zu wenig Bewertungen
214 Chs

Chapter 48; Case 2: Perdagangan organ bagian 36

Dua jam kemudian Daniel sampai di tempat tujuannya, markas utama. Daniel membuka pintu penumpang di mana laki-laki itu berada dan membawa laki-laki itu masuk kedalam gedung yang tampak tua itu. Angga menekan tombol yang tersamar dengan warna dinding dan pintupun terbuka. Daniel menyeret pria itu masuk kedalam dan Angga masuk setelahnya. Setelah mereka masuk pintu itu tampak tertutup secara otomatis, Anggapun menutup kembali.

Saat lift berhenti pintu lift langsung terbuka mereka keluar dari lift dan berjalan di sebuah lorong panjang. Ada banyak android yang tampak bekerja di sini begitu juga manusia namun tidak banyak orang yang bekerja di sini. Ada yang mengawasi semua pekerja di sini di sebuah ruangan yang ada di atas untuk memastikan semua pekerjaan di lakukan dengan baik, ada yang berkeliling mengawasi sekitar, ada yang menjaga di depan setiap sel, ada yang memperbaiki android lain yang rusak, ada pula yang tampak mengantarkan makanan kedalam sel-sel yang berisi seseorang. Tidak banyak sel yang ada isinya jadi tidak banyak pula android yang mengantarkan makanan.

Lima belasmenit kemudian mereka sampai ke ruang interogasi, Angga mendorong pria itu masuk ke dalam dan memaksanya untuk duduk di sebuah kursi di tengah-tengah ruangan. Daniel tidak mengatakan apa-apa dan menatap Angga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Di mana Lily?"

"Aku tak tahu!"

Tiba-tiba Angga mengeluarkan pistol dari dalam jaketnya dan menempelkan bibir pistolnya pada kepala pria yang ada di depannya membuat pria itu terdiam di tempatnya.

"Serius? Apa kamu masih mau macam-macam denganku?"

Pria itu menelan ludahnya sendiri merasakan dinginnya ujung pistol yang sudah menempel dengan dahinya. Keringat dingin keluar membasahi pelipisnya tubuhnya gemetar ketakutan. Dalam hati dia menyalahkan keponakannya atas semua yang terjadi padanya saat ini.

"Aku bener-bener gak tahu!! Kalaupun aku tahu kamu sudah terlambat!! Dia pasti sudah mati!!"

Angga sudah tahu, dia tahu kemungkinan kalu orang yang dia sayangi sekarang mungkin sudah meninggal karena percobaan apapun yang di lakukan oleh dokter gila itu. Tapi ia tidak mau menyerah, selama ia masih belum melihat mayat Lily dia tidak akan menyerah. Meski hanya ada satu persen kemungkinan Lily untuk selamat ia akan tetap mencarinya. ia tidak bisa meninggalkan Lily. Ia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Lily lagi lebih dari ini.

"Kamu... Aku tanya sekali lagi kemana dokter gila itu bawa Lily? Jangan sebut kemungkinan yang gak pasti pak tua."

"Kamu ini berharap apa?!! Udah beberapa hari berlalu semenjak dia aku jual!!"

Tatapan mata Angga tampak semakin dingin, dia tampak sudah menempelkan jari telunjuknya pada pelatuk pistol di tangannya dan bersiap menembakkan peluru di pistolnya untuk menembak pria itu.

"AKU GAK PEDULI!! JANGAN TERUS BERPUTAR-PUTAR DAN BERI TAHU AKU DI MANA DIA!!!"

Pria itu kembali membungkam mulutnya saat mendengar bentakan Angga. Sementara Daniel yang baru pertamakali ini melihat Angga semarah itu tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. Angga memegang pistol, kalau ia tersulut emosi dan membunuh pria itu di sini dia tidak akan mendapatkan informasi yang diinginkannya. Bukan hanya itu Angga sudah pasti akan dapat masalah besar, bisa saja dia di keluarkan dari anggota T.I.M ini benar-benar berbahaya!!

Tiba-tiba mereka mendengar suara pintu ruangan terbuka sontak mereka langsung melihat ke arah pintu ingin tahu siapa yang masuk kedalam ruangan introgasi. Merekapun melihat Aksa tampak masuk kedalam ruangan bersama dengan Aileen yang tampak menatap mereka dengan wajah yang tampak tenang.

"Berhenti Angga."

Ujar Aksa yang membuat Angga menjauhkan pistolnya dari dahi pria itu dan mundur sementara Aileen menghampiri pria yang duduk di atas kursi itu. Perempuan itu menatap pria di hadapannya dengan tatapan mengintimidasi membuat pria yang tadinya sudah lega karena sudah di jauhkan dari pistol yang di pegang Angga kembali merasakan tekanan dari Aileen. Pria itu terlihat lebih takut pada Aileen dari pada Angga.

"Biar aku yang urus."

Angga menatap pada Aksa ingin tahu kenapa Aileen ada di sini karena seingatnya ia tidak pernah memberitahukan apapun tentang Lily pada Aileen. Aksa yang mengerti maksud tatapan Angga menjawab.

"Aileen tahu sendiri, dia tahu lebih banyak dari yang kamu kira Angga."

Angga diam menunggu apa yang akan di lakukan Aileen.

"Di mana Lily?"

Tanyanya sambil duduk di kursi lain yang ada di ruangan itu dan melipat salah satu kakinya ke atas.

"Aku tidak tahu."

Aileen tampak menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataan laki-laki itu.

"Oh? Masa?"

Dengan wajah tanpa ekspresinya Aileen mengambil sebuah tablet dari dalam tasnya dan memperlihatkan sebuah gambar. Itu adalah foto paman Lily yang tampak sedang bersalaman dengan seorang pria di sebuah cafe. Pria lain yang sedang bersamanya itu tampak tersenyum sambil memberikan satu koper uang kepadanya. Pria itu memiliki perawakan yang cukup tinggi, umurnya tampak sekitar empat puluh tahunan, dan rambutnya juga tampak sudah mulai memutih.

"Bisa anda jelaskan siapa pria ini?"

Tanyanya dengan suara yang terdengar sangat sopan namun terdengar sedikit mengintimidasi bagi pria itu. Angga bisa dia hindari pertanyaannya tapi perempuan ini entah kenapa tidak bisa. Entah karena sorot matanya yang tampak menakutkan atau karena auranya. Entah kenapa ia merasa seperti seorang anak kecil yang ketahuan memecahkan vas mahal kesayangan ibunya. Lagipula karena sudah tahu ia merasa tidak ada yang harus di tutup-tutupi lagi olehnya iapun memutuskan untuk memberitahunya.

"Dia... dokter Herry. Nama aslinya Herry Lavine."

Mendengar nama itu Angga tampak kaget, nama itu tentu ia mengenalinya!!.Beberapa waktu lalu saat dia pergi ke rumah akit untuk menjenguk Lily ia bertemu dengan dokter itu. Ia ingat kalau saat ia baru keluar dari dalam kamar Lily ada seorang dokter yang berusia sekitar empat puluh tahunan melihat Lily sekilas. Saat dokter itu melihat Lily yang terbaring dengan lemah dia tersenyum. Senyuman itu membuat ia merasa takut hingga ia meminta kepada pihak rumah sakit untuk tidak membiarkan pria itu menyentuh Lily sekalipun dia adalah satu-satunya dokter yang luang untuk menangani Lily. Terbukti sekarang kalau ketakutannya menjadi kenyataan. Seharusnya ia lebih peka saat itu. Seharusnya saat melihat tatapan orang itu kepada Lily ia seharusnya langsung memindahkan lily ke Rumah sakit lain, tapi yang namanya penyesalan selalu datang terakhir. Lagipula ia tidak bisa mengubah masalalu.

"Hm... apa yang anda lakuin di sana sama dia? Sekedar transaksi?"

Tanyanya dengan tenang sambil menopang dagunya dengan tangan kanannya.

"I-iya dia cuma ngasih uang terus pergi."

"Apa dia mengatakan sesuatu tentang apa yang akan dia lakukan pada keponakan anda?"

"Dia bilang... Dia mau menggunakan Lily sebagai kelinci percobaan."

Kedua mata Angga membulat dengan sempurna mendengar perkataan pria itu. Kelinci percobaan? Kelinci percobaan katanya?!! Untuk apa?!! Apa yang mau di lakukan oleh orang itu kepada Lily?!!

"Buat apa?"

Tanya Aileen dengan wajah yang masih tampak tenang namun di dalam hati dia sudah meruntuki kelakuan pria di depannya ini.

"Operasi, dia mau mencoba mengganti organ tubuh Lily dengan organ dari beberapa tubuh perempuan yang berbeda. Aku gak tahu organ apa yang mau di ganti olehnya tapi yang jelas dia bilang Lily mau di buat semirip mungkin dengan mendiang istrinya saat masih muda dulu karena dia bilang wajah Lily hampir mirip dengannya."

Mendengar penjelasan paman Lily Angga tampak maju dan ingin menghajarnya namun ia di tahan oleh Aksa dan Daniel sementara Aileen melirik Angga sesaat.

"Angga tenang, kamu boleh siksa dia sampai sekarat nanti tapi jangan sekarang."

Sadar kalau Aileen tampak sama kesalnya seperti dia Anggapun diam dan kembali menatap Aileen yang tampak kembali menatap paman Lily.

"Apa anda sadar kalau yang telah anda lakukan adalah hal yang melanggar hukum?"

"Iya aku sadar, tapi aku membenci perempuan itu dan aku juga butuh uang. Jadi menjual perempuan itu adalah hal yang terpikirkan olehku."

"Tanpa sepengetahuan orang tuanya?"

Tanyanya ingin memastikan kalau yang di katakan orang tua Lily pada Angga benar jujur atau tidak.

"Mereka sama sekali gak tahu."

Ailela nafasnya, setidaknya itu berarti orang tua Lily tidak berbohong kepada Angga dan benar-benar tidak tahu apa-apa. Kalau mereka terlibat bertambah lagi orang yang reputasinya harus dia hancurkan. Ia masih belum punya waktu karena seibuk mengurus Rei dan kasus ini, ia juga tidak sempat minta bantuan Rei yang berarti ia harus mencari info secara manual lagi.

"Sekarang saya bertanya apa yang membuat anda membenci Lily?"

"Gak ada alasan aku cuma membencinya, sejak dia lahir dia sudah sakit-sakitan. Tapi adik perempuanku itu tetap mempertahankannya. Banyak uang yang sudah dia keluarkan demi biaya pengobatannya. Aku tidak pernah sekalipun menganggapnya sebagai keponakan. Dia cuma beban."

Mendengar perkataan paman Lily Angga sangat ingin meneriakinya. Siapa yang beban?!! Dia bahkan tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk perawatan Lily!! Ia benar-benar merasa sakit hati, selama ini ia bekerja dan berani membunuh karena posisinya sebagai Sniper di T.I.M itu semua untuk biaya rumah sakit Lily dan dengan seenaknya orang ini bilang kalau Lilynya itu beban?dia sungguh tidak punya muka!!

"Oh tapi yang membiayai pengobatan Lily sekarang kan teman saya pak bukan bapak juga. Lagian kenapa bapak gak kerja? Kasarnya aja pak orang cacat aja bisa cari uang sendiri sekarang kenapa bapak gak mau usaha?"

Pria itu terdiam mendengar sindiran Aileen sementara Daniel yang melihat semuanya dari sudut ruangan tampak berusaha menahan tawanya melihat ekspresi pria itu. Sindiran Aileen benar-benar menusuk.

"Uangnya di pake apa?"

"Beli minuman keras."

Aileen sama sekali tidak habis pikir dengan pria di hadapannya. Kasus serupa yang pernah melibatkan salah satu anak angkatnya masih jelas dananya di pakai untuk usaha nah ini?!! Dia bilang keponakannya itu beban tapi beban sebenarnya itu adalah dirinya sendiri!! Dia lebih memilih menggunakan uangnya untuk membeli minuman keras yang akan membunuhnya ketimbang membantu keponakannya!!.

Aileen sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya lagi, ia berdiri dari posisinya dan mengeluarkan sebuah pistol dari balik roknya mengarahkan pistol di tangannya itu kepada pria di hadapannya.

"Itu berarti kalau saya bunuh anda di sini anda gak akan nolak kan?"

Tanyanya dengan senyuman menakutkan yang sudah terlihat di wajahnya. Pria itu terlihat panik denganwajah yang juga tampak sudah pucat pasi, keringat dingin juga tampak telah membasahi pelipisnya.