webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
92 Chs

Kegendutan

[Membuat sebuah kapak (Spesial item) memperoleh +600 (+50%) poin pengalaman]

[Keahlian: Blacksmith memperoleh +400 (50%) poin pengalaman]

[Keahlian: Blacksmith naik ke tingkat 8]

.

"Huh…Ini melelahkan, meski aku hanya harus memegang kotak ini" Orion melepaskan {Creator Box}, kotak itu berguling beberapa kali.

Orion baru saja menyelesaikan semua senjata yang di minta oleh Qin, Qin tidak memberikan permintaan khusus tentang senjata-senjata yang dia buat dan itu tidak membuat Orion repot.

Sebuah kapak keluar dari {Creator Box} dan Orion mengambil kapak itu, dia melihat kapak itu secara keseluruhan. Dari ujung gagang hingga ujung bilah kapak tersebut, Orion tersenyum puas sambil mengangguk sendiri.

Orion menyimpan kapak dan {Creator Box}, dia berdiri sambil meregangkan tubuhnya yang kaku karena harus duduk begitu lama. Orion melihat keluar jendela, langit masih gelap. Orion pun melihat ke jam yang ada di dinding kamarnya.

"Masih beberapa jam lagi, bagaimana aku menghabiskan waktu?" Ucap Orion, dia mengambil sesuatu dari lemarinya dan keluar menuju atap asrama.

Orion menghamparkan alas yang dia bawa dan duduk di atas alas tersebut, dia melihat ke langit malam. Masih sama seperti sebelumnya, di penuhi oleh puluhan bintang dan bulan tunggal.

Orion mengalihkan pandangannya ke arah kota, kota terlihat tidak pernah luput dari cahaya batu Kristal yang menyinarinya. Hanya beberapa bagian kecil dari kota yang terlihat gelap tanpa adanya pencahayaan, Orion seolah sedang melihat kota yang ada di dunianya dulu.

'Kota yang tidak pernah tidur, mungkin kota ini juga bisa menyandang nama yang sama dengan kota itu' Orion tersenyum tipis.

Orion bergedik, begitu dia menyadari bahwa dirinya merasa lapar. Rasa lapar itu muncul mendadak, Orion berdiri dan melihat ke sekitarnya.

'Bagaimana jika aku pergi ke kota sekarang? Sekalian untuk makan…' Orion berkata pada dirinya sendiri.

'…Umm, mungkin itu bukan pilihan yang baik. Kupikir akan aneh jika ada anak-anak yang berkeliaran di kota pada jam segini, aku pasti akan jadi pusat perhatian nantinya'

"Umm?" Orion melihat sesuatu dan menfokuskan penglihatanya ke dekat gerbang asrama.

Disana ada Starla yang sedang berjalan menuju gerbang asrama, dia membuka gerbang dengan perlahan dan langsung menuju ke pintu masuk. Orion terus memperhatikan Starla, hingga dia masuk ke asrama.

"…" Orion hanya diam setelah itu, dia pun kembali berbaring.

"Di bawah langit malam, ku menatap…"

"…Di atas tanah kelam, ku memandang…"

"…Dingin udara ku rasa…"

"…Hangat jiwa ku pendam…"

"…Merindukan mu di atas sana…Bulan" Orion menutup matanya.

"…"

"Ah, ini tetap terasa aneh jika ku ucapkan. Puisi mu begitu buruk…" Orion tersenyum membuka matanya dan menatap bulan.

Orion menatap bulan itu dengan dalam, semakin dalam hingga membuatnya merasa bahwa bulan itu semakin membesar. Orion langsung duduk dan kembali melihat ke bulan itu dengan aneh, bulan itu tetap seperti biasanya.

'Apa itu?' Pikir Orion.

Orion menggeleng dengan pelan, dia berdiri dan menggulung alasnya. Orion kembali ke kamarnya, dia memasukkan alas yang tadi dia gulung ke dalam lemarinya dan dia keluar dari kamarnya.

"Hah…Lapar" Orion berjalan turun.

Dia bergeming begitu melihat bahwa lampu yang ada di dapur menyala, karena biasanya hanya lampu ruang tengah yang menyala di saat semuanya tertidur. Orion pun menuju ke dapur, dia ingin melihat apakah ada makanan yang bisa dia makan.

"Oh, senior-Starla" Kata Orion, begitu dia melihat Starla yang sedang minum.

"Ah, Orion. Ada apa malam-malam begini?" Starla berkata sambil meletakkan gelas di meja.

"Tiba-tiba saja aku merasa sedikit lapar, jadi aku ingin melihat apakah ada makanan" Orion melihat ke piring yang ada di meja, di atas piring ada sebuah roti lapis.

"Oh, kebetulan sekali…" Starla mengambil piring itu.

"…Ada roti lapis di sini, ambil saja" Starla menyodorkan piring itu kepada Orion.

"…" Orion menatap Starla dan roti lapis itu secara bergantian.

"A-ada apa? Kau tidak suka, roti lapis telur?" Starla tampak bingung.

"Bukan begitu, hanya saja. Aku tidak tahu, kalau tadi nona Elizabeth membuat roti lapis"

"I-Ini…" Starla tampak terkejut dan pucat.

"Ternyata benar" Orion berkata.

"Eh?"

"Ini adalah milik mu, kan?"

"…" Starla terdiam.

"Aku tidak bisa mengambil ini, aku yakin senior pasti sudah menyimpan roti lapis itu untuk santapan malam"

"Ti-tidak apa, lagipula. Jika aku makan malam-malam begini, bisa-bisa aku menjadi gendut nanti" Starla terkekeh.

"Baiklah, jika senior berkata begitu" Orion mengambil roti lapis itu.

TAP

"O-orion, ini?" Starla bingung melihat setengah dari roti lapis itu ada di atas piring.

"Aku tidak ingin jadi gendut sendirian, maukah kau menemani ku?" Orion menatap Starla sambil tersenyum.

"…" Starla terdiam.

"Baiklah, ku pikir tidak ada pilihan lain…" Starla mengambil roti lapis itu.

"…Untuk kegendutan" Starla berkata sambil mengangkat sedikit roti lapis itu.

"Untuk kegendutan" Orion mengangkat sedikit roti lapisnya.

Mereka memakan roti lapis itu, dalam sekali gigit. Orion dan Starla saling bertatapan, mereka tertawa setelah itu.

"Orion, apa kau sedang memikirkan sesuatu?" Starla berkata sambil melihat ke Orion yang duduk di depannya.

"Kenapa, kau berkata begitu?"

"Kau tidak terlihat seperti orang yang baru bangun dari tidurnya, apa kau kesulitan tidur? Aku berpikir begitu, aku benar?"

"…" Orion diam sejenak.

"Ku pikir, kau tidak salah. Memang benar, ada sedikit hal yang ku pikirkan. Tapi aku tidak tahu, apakah itu yang membuat ku tidak bisa tidur"

"Memangnya apa yang kau pikirkan?"

"Aku memikirkan tentang teman ku"

"Teman?"

"Dari nada bertanya mu, sepertinya kau tidak percaya kalau aku memiliki teman" Orion menatap Starla sambil tersenyum tipis.

"Bu-bukan begitu, hanya saja. Aku pikir sedikit aneh, karena kau hanya berada di sekitaran asrama saja. Jadi kupikir, Orion belum memiliki teman selain kami"

"Aku punya 1 teman, di hutan tri"

"Ah, benar juga. Kemarin kau pergi ke sana, aku lupa"

"Senior, tidak ada tadi ketika makan malam. Jadi tidak tahu tentang teman ku itu, senior-Alvin memaksa ku untuk bercerita tentang apa yang ku lakukan di hutan Tri kemarin"

"Alvin terkadang memang begitu, dia begitu tertarik dengan pertualangan orang lain…" Starla terkekeh.

"Tapi, apa aku bisa mendengarkan cerita mu? Sudah lama aku tidak pergi ke hutan Tri dan itu pun, harus bersama beberapa orang…"

"…Aku masih tidak menyangkan bahwa kau bisa kembali dengan selamat, setelah pergi ke hutan itu sendirian. Memang, tidak aneh jika pergi sendirian. Tapi tidak untuk anak seusia mu, Orion"

"Ku anggap itu sebagai pujian"

"Iya, aku memuji mu…Jadi, boleh ku dengar cerita mu?"

Orion untuk ketiga kalinya, mulai bercerita tentang apa yang terjadi pada dirinya ketika dia di dalam hutan Tri. Di tempat yang sama, yaitu sofa.

Starla tampak tertarik mendengarkan, dia juga membuatkan teh untuk Orion. Agar Orion bisa lebih tenang dan mendalami ceritanya, meski Orion pikir itu sedikit berlebihan. Tapi dia tetap menerima niat baik Starla.

"Itu sungguh hebat, Orion" Starla berkata.

"Aku tidak bisa menyangkal untuk itu" Kata Orion sambil meminum teh.

"Tapi, aku tidak melihat adanya masalah. Di mana letak masalah yang sebelumya kau bilang itu?"

"Kalau soal itu, aku tidak bisa mengatakannya. Maaf"

"Tapi, bukankah sebuah masalah akan lebih baik jika di bicarakan bersama-sama. Semakin banyak yang memikirkannya maka akan semakin besar peluang masalah itu terpecahkan"

"Ya, kau benar…" Orion mengangguk.

"…Tapi, aku sudah berjanji kepada Latifa untuk menjaga rahasia itu. Setidaknya hingga dia mengizinkan ku untuk mengatakan itu"

"Oh, itu cukup di sayangkan"

"Ya, begitulah" Orion kembali meminum teh.

"…" Suasana hening untuk sesaat.

"Senior-Starla, maukah kau menolong ku?" Orion menatap Starla.

"Memangnya ada apa?"

"Begini, karena waktu akademi di mulai tinggal sebentar lagi. Aku, Kiana dan Kiara ingin membeli beberapa perlengkapan untuk akademi. Tapi kami masih asing dengan kota ini, apa kau mau menjadi pemandu kami?"

"Memangnya kapan kalian ingin pergi?"

"Kalau tidak ada hambatan, besok atau mungkin bisa di bilang nanti siang" Orion berkata sambil melihat ke jam dinding.

"Nanti siang…" Starla tampak berpikir sejenak.

"Oh, sepertinya ada sedikit masalah"

"Apa itu, senior?"

"Sebenarnya, aku dan Gabriella juga ingin pergi ke kota. Untuk membeli beberapa perlengkapan akademi, tapi…"

"…Apa kau tidak keberatan, jika Gabriella juga bergabung?"

"Kalau aku, tidak ada masalah. Tapi, bagaimana dengan Gabriella sendiri? Aku tidak ingin merepotkan dirinya"

"Kalau soal itu, aku akan bicara kepadanya. Tapi, dia pasti tidak keberatan. Karena sebelumnya dia juga ingin mengajak Kiana dan Kiara, mungkin dia lupa"

"Bagaimana dengan Ellina? Apa kalian tidak ingin mengajaknya?"

"Ellina sudah melakukan itu jauh-jauh hari, lagipula. Akhir-akhir ini dia sedang sibuk, karena sebagai salah satu dari 10 Takhta"

"Begitu, ya. Ternyata menjadi 10 Takhta juga memiliki pekerjaan seperti itu"

"Begitulah" Starla terkekeh.

Orion dan Starla melanjutkan pembicaraan mereka, Orion sama sekali tidak bertanya kepada Starla tentang apa yang dia lakukan sebelumnya di luar. Dia tidak ingin dan tidak terlalu peduli tentang itu, karena setiap orang memiliki rahasia dan privasi.

Setelah cukup lama saling berbicara, mereka kembali ke kamar masing-masing. Orion masuk ke kamarnya dan berbaring, dia menutup matanya.

"…"

"Ah, tidak bisa tidur" Ucapnya setelah beberapa menit menutup mata.