webnovel

Sebuah Kehebohan

Luo mengikuti langkah Rion. Rion bertingkah seolah-olah dia pemilik apartemen Luo. Rei yang melihat kehadiran Luo segera bangkit dari duduknya. Dia menatap Rion penuh tanya. Rei tidak pernah menyangka Rion akan tiba di apartemennya. Bahkan Rion telah menjadi penganggu di saat momen-moment terindahnya bersama Luo.

"Apa aku menganggu? Sepertinya kamu juga tidak senang dengan kedatangan ku, Gatha" kata Rion membuat Rei tidak enak hati.

"A-apa maksud mu? Kamu terlalu berlebihan. Mari duduk!" kata Rei sembari mempersilahkan Rion untuk duduk di sofa. Tanpa basa-basi Rion duduk di sebelah Reid an menarik tangan Rei agar mereka duduk bersebelahan. Setelah itu, Rion memberikan sebuah bingkisan ke pada Rei.

"Aku bawakan kamu buah. Aku takut kamu tidak masuk karena sakit" jelas Rion,

"Ah-, terima kasih" sahut Rei kikuk.

Rion tersenyum. Dia legah gadisnya dalam keadaan baik-baik saja.

"Sorry. Ini masih apartemen gue kan ya?" tanya Luo. Yang menginterupsi keberadaanya di tengah-tengah Rion dan Agatha, kekasihnya.

"Lo pikir? Ini rumah gue?' tanya Rion.

"Kalo gitu. Lo pulang!' usir Luo tanpa basa-basi.

"Lo gak lihat? Gue ke sini bukan tanpa tujuan. Gue juga bawah oleh-oleh untuk Agatha.Seharusnya sebagai tuan rumah. Lo harus lebih peka, suguhin gue minuman kek. Atau apa gitu?" sindir Rion membuat Luo kesal setengah mati.

"Biar aku ambilkan" putus Rei.

"Untuk apa? Bukannya ini apartemen dia. Dia saja yang ambilkan minuman untuk ku" tunjuk Rion ke pada Luo. Membuat Luo geram dan mengepalkan tangannya.

"Em-, lebih baik aku buatkan kamu segelas sirup. Kamu tunggu sebentar" pinta Rei, memmbuat Rion menganggukkan kepalanya. Pasrah. Karena Rion tidak berdaya untuk menolak permintaan Agatha, pujaan hatinya.

Luo menatap Rion tidak suka. Luo tidak dapat menyembunyikan rasa tidak sukanya kepada Rion, rivalnya dalam berbagai hal. Termasuk dalam hal yang berkaitan dengan Agatha.

Dulu Luo tidak peduli dengan kedekatan Rion dan Agatha, tapi sekarang hal itu sudah berbeda. Agatha dan Luo pasangan sesungguhnya, bukan sekedar rumor atau khayalan belaka.

"Gue tau kemaren lo bawa Agatha" kata Luo tiba-tiba. Membuat Rion menatapnya sekilas.

"Trus lo mau apa?" tanya Rion,"lagian sejak kapan lo peduli dengan Agatha?" lanjut Rion.

"Dia milik gue"

"I know"

"Jangan dekati dia lagi"

"Atas dasar apa? Hanya karena lo tunangannya, lo bisa melarang gue pulang bersamanya. Gue juga yakin, lo yang membuat Agatha menjaga jarak dengan gue. Lo salah. Kalau lo pikir, lo udah menang. Gue akan rebut dia kembali." Papar Rion membuat Luo tidak tahan lagi meredam amarahnya.

Luo mencengkram kerah kemeja Rion. Membuat Rion tersenyum sinis ke arahnya.

"Lo tau? Sikap brutal lo bisa membuat Agatha membenci lo dengan mudah" cibir Rion.

Luo menghempaskan tubuh Rion ke sofa. Luo sanagt geram dengan tingkah saudara sepupunya itu, dia memutuskan untuk menghindar dan berpindah tempat duduk.

Rei yang tidak mengetahui hal itu hanya bisa menatap bingung ke arah Rion dan Luo yang kini duduk bersebrangan seolah-olah menjaga jarak satu sama lain.

Rei terpaksa masuk ke dalam lingkaran yang Luo dan Rion buat untuknya. Mereka berdua berlomba-lomba mencari perhatian ke pada Rei. Rei tidak bisa menolak, mengingat mereka berdua memiliki arti tersendiri bagi dirinya dan Agatha.

Rion bertamu hingga petang. Membuat Luo berulang kali mengusir Rion secara terang-terangan. Awalnya, Rion tidak bergeming. Namun, sebuah dering telfon mengurungkan niat Rion untuk berlama-lama di apartemen Luo.

"Aku pulang dulu" pamit Rion.

"Iya. Terima kasih buahnya"

"Kamu makan sendiri aja buahnya. Jangan berbagi dengan orang yang memiliki hati busuk" kata Rion, sengaja membuat Luo panas dengan tingkahnya.

Rei hanya bisa mengangguk pasrah. Dia tidak ingin melanjutkan apa yang membuat Luo dan Rion semakin berselisih.

Dengan mudahnya, Rion mengecup kening Agatha alias Rei di depan Luo. Kemudian tanpa rasa bersalah, Rion meninggalkan Rei yang mematung karena ulahnya. Luo yang berada jauh dari pintu, segera mengejar Rion dan bersiap menghajar Rion. Sayangnya, Rei menghalangi langkah Luo dan meredam emosi Luo.

"Dasar Bangsat!" maki Luo, "Mata lo buta! Gue ada di sampingnya Anjing!" teriak Luo yang dihadiahi jari tengah oleh Rion.

*.*.*

Luo menatap Rei lakat-lekat. Membuat Rei tidak nyaman.

Jujur saja, sejak kejadian petang tadi. Luo mengabaikan Rei, Rei paham betul dengan apa yang Luo rasakan. Tapi, Rei bisa apa? Toh hal itu juga bukan keinginan Rei.

Rei segera menggeser posisi duduknya. Kemudian menatap Luo balik. Luo berpaling, kemudian merajuk.

"Maaf" cicit Rei,

"Untuk apa?" tanya Luo berlagak jual mahal.

"Aku kurang waspada. Aku tidak tahu jika Rion akan melakukan hal itu kepda ku. Aku janji, hal itu tidak akan terulang lagi" sesal Rei, mencoba meyakinkan Luo.

Luo menatap netra Agatha alias Rei. Tidak dia temukan dusta di netra kekasihnya itu.

"Baiklah. Aku maafkan" kata Luo menyerah.

Rei tersenyum dan memeluk tubuh Luo. Membuat tubuh Luo terhuyung ke belakang. Luo tidak bisa menampik, jika dirinya saat ini berada di fase akan menjadi orang tolol, seperti apa yang dikatakan Aheng dan Naraka.

"Terima kasih" sahut Rei. Membuat Luo tersenyum.

***

Hari berganti. Pagi ini Luo mengantarkan Rei alias Agatha berangkat sekolah, Luo juga akan menjemput Rei sendiri saat pulang sekolah nanti. Dia tidak ingin memberi celah bagi Rion. Karena Rion secara terang-terangan ingin merebut Agatha darinya. Luo menghentikan mobilnya di parkiran khusus bagi orang tua atau wali siswa yang akan mengantarkan anaknya sekolah.

"Nanti aku jemput kamu di sekolah"

"Kenapa? Bukannya aku harus pulang sama Pak Badri?" tanya Rei bingung.

"Aku tidak mau memberikan Rion celah. Cukup kemaren aku kecolongan. Tidak untuk hari ini dan esok" jelas Luo membuat Rei tersenyum.

"Hmm baiklah" sahut Rei,"aku sekolah dulu. Sampai jumpa nanti siang" lanjut Rei,

Rei segera turun dari mobil Luo. Bergabung bersama teman-temannya.

Luo mengamati gadisnya dari dalam mobil. Berharap tidak ada para lebah penganggu yang akan mengganggu ratu-nya.

Abel berlari di koridor sekolah. Seolah-olah membawa berita bahagia. Sebuah rekor terbaru bagi seorang Agatha Gianina, Abel selaku sahabatnya tidak tahu harus berbuat apa. Antara senang atau sedih, Abel ragu memutuskan hal itu. Sedih karena posisinya sebagai peringkat pertama tergeser oleh sahabatnya. Senang karena pencapaian Agatha yang luar biasa.

"GATHA!!! LO PAKAI DUKUN APA? KENAPA DALAM WAKTU SINGKAT LO BISA PINTAR???" tanya Abel menggema saat dia sedang masuk ke kelasnya dan berdiri di hadapan Agatha.

"Maksud kamu?" tanya Rei bingung.

"NILAI LO LEBIH TINGGI DARI NILAI GUE. NILAI LO SEMPURNA! ANJIR!!" teriak Abel histeris, membuat Agatha alias Rei bingung sendiri, karena ujian yang dia kerjakan memang semudah itu di mata Rei.