webnovel

Labil

"Lalu?" tanya Luo yang sarat mencibir apa yang Agatha alias Rei akan katakan kepadanya.

"Lalu apa? Kamu sedang bercanda dengan aku? Aku tidak tahu Alan ke apartemen kita malam itu. Aku tidak punya penjelasan apapun. Karena aku, benar-benar tidak tau" sanggah Rei yang kini menatap Luo dengan tatapan kecewa,"ah, aku tau. Kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Benar begitu kan?" tanya Rei yang kini membuat Luo terdiam,

"Hmm"

"Bodoh! Ternyata hanya segitu rasa percaya yang kamu punya untuk aku" kata Rei,

"Jika kamu tidak melakukannya, kamu tidak perlu meminta penjelasan. Harusnya kamu abaikan saja" papar Luo yang membuat Rei berdiri dan mensejajarkan dirinya dan Luo.

"Aku kira hubungan kita lebih dari sekedar bersama dan kamu sudah percaya dengan aku. Tapi kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Kamu fikir, aku tau dengan apa yang diperbuat Alan malam itu? Sekarang, semua terserah. Aku tidak peduli dengan pendapat dan apa yang kamu fikirkan tentang aku dan Alan. Anggap saja, yang kamu fikirkan itu benar" ungkap Rei yang kini menatap Luo dengan air mata yang menggenang,"aku pergi dulu, kita intropeksi diri masing-masing. Aku lelah" lanjut Rei.

Rei segera beranjak dari apartemen Luo. Dia memilih berjalan tanpa arah tujuan. Rei tidak bisa memaksakan kehendak Luo. Luo pantas memiliki keraguan dalam hatinya, mengingat apa yang pernah Agatha lakukan ke padanya. Ntah berapa lama, Rei berjalan. Air matanya telah kering karena angin. Rei bukan seseorang yang gampang jatuh cinta, dia membutuhkan waktu yang lama untuk menerima seseorang, namun saat bertemu dengan Luo Rei menemukan sesuatu yang dia tidak pernah dapatkan sebelumnya. Bukannya Rei takut kehilangan Luo, karena pada akhirnya Rei tidak akan memiliki Luo. Dia hanya tamu di dalam kehidupan Agatha, karena sejatinya, Rei hanya berperan sebagai Agatha. Menggantikan Agatha untuk hidup dan menjalani kehidupannya dengan benar.

Rei tau, dia tidak memiliki hak untuk meminta Luo agar percaya dengan apa yang dia lakukan. Tapi apa yang telah mereka lakukan malam itu, seharusnya sudah menjadi bukti yang kuat bagi Luo untuk percaya ke padanya. Rei juga tau, hubungan Agatha dan Alan tidak seperti kakak-adik pada umumnya. Hanya saja, Rei ingin mengakhiri itu. Bukan salah Rei, jika Alan tidak menghendakinya. Kenapa Rei yang merasa terpojokkan di sini? Rei menghentikan langkahnya di kamar lamanya. Menatap raga-nya yang masih terpejam. Menikmati masa tenang di dalam gelap. Sementara jiwa Rei harus berkelana dalam terang tanpa arah dan tujuan, menapaki fatamorgana yang indah tapi sarat akan luka yang bisa kapan saja membuat Rei berdarah dan tertatih.

"Hei Gatha! Ayo bangun. Kita tukar tempat kita lagi. Aku lelah menjadi kamu" curhat Rei yang kini mengalirkan air matanya kembali,"aku tidak tahu kapan kamu bangun. Tapi yang aku tau, pesta pertunangan mu dengan Luo sebentar lagi akan digelar. Maafkan aku yang merebut posisi kamu. Aku tidak bermaksud melakukan hal itu, tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku harap, kebodohan Alan tidak membuat kamu dan Luo batal bertunangan. Jika itu terjadi, jangan salahkan aku, karena aku tidak tahu bagaimana hubungan kalian berdua sebelumnya. Aku hanya bisa merutuki dirimu yang bodoh, terjerat dengan beberapa pria tetapi kamu sudah memiliki kekasih. Apakah satu cinta tidak cukup untuk kamu?" lanjut Rei yang kini menatap raganya dengan penuh amarah.

"Percuma Rei. Dia tidak akan mendengarmu" kata Lisya yang tiba-tiba datang dari belakang tubuh Agatha,

"Lisya!" panggil Rei yang kini menyeka air matanya,"ke-kenapa kamu belum tidur?" tanya Rei gelagapan. Dia berharap Lisya tidak mendengar apa yang dia katakana ke pada raganya sendiri.

"Aku melihat bayangan seseorang masuk ke dalam kamar Rei. Aku kira Tere belum tidur dan mengajak mu mengobrol. Ternyata kamu yang mengobrol dengan dirimu sendiri" jawab Lisya yang kini mencoba duduk di sebelah Rei. Rei membantu Lisya untuk duduk di sisinya, kemudian menggenggam tangan Lisya erat,

"Maafkan aku. Aku hanya butuh teman curhat, fikiranku sedang kalut. Aku tidak bisa berfikir jernih karena beberapa masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Aku merasa lelah, aku ingin kembali ke dalam tubuhku, sungguh!" curhat Rei yang kini mendapat sebuah pelukan dari Lisya.

"Menangislah jika ingin menangis. Aku tidak memaksamu untuk membagi suka dan duka bersamaku, tapi aku akan selalu ada untuk kamu di saat kamu suka ataupun duka. Aku pastikan, aku akan ada untuk kamu" kata Lisya mencoba menenangkan kegundahan hati Rei,

"Terima kasih" sahut Rei yang kini membuat drees kesayangan Lisya basah karena air matanya.

*.*

Sementara itu, Luo menghabiskan waktunya dengan beberapa botol wine yang kini menemani kegundahan hatinya. Luo tampak frustasi dengan apa yang dia perbuat beberapa saat yang lalu, tidak seharusnya dia membuat Agatha pergi dari apartemennya. Seharusnya Luo percaya dengan apa yang Agatha katakan ke padanya. Jika hubungan Agatha dan Alan sudah berakhir. Luo menyesap segelas wine di tangannya, bermain dengan bongkahan es batu yang kini saling berdenting saat menyentuh dinding gelas kaca yang Luo pegang.

"Seharusnya aku mempercayaimu" gumamnya,"tapi, rasa cemburu yang aku miliki jauh lebih besar dari rasa percaya yang aku miliki" lanjut Luo yang menatap layar ponselnya yang terpampang wajah Agatha tersenyum ke arahnya.

Luo segera berdiri dan bergegas ke arah pintu apartemennya, sayangnya langkah Luo dihentikan oleh Aheng dan Naraka. Luo yang melihat kedatangan kedua sahabatnya segera mendorong tubuh kedua sahabatnya yang menurut Luo menghalangi langkah Luo untuk segera menemukan Agatha, kekasihnya.

"Kamu mabuk. Mau ke mana?" tanya Aheng yang kini menahan bahu Luo,

"Aku mau cari Agatha! Minggir!"

"Gila! Kamu mau cari kemana? Jangan buat kita berdua kalut karena keegoisan kamu" cecar Aheng membuat Luo menatap Aheng dengan tatapan terluka dan rapuh.

"Bodoh! Kamu tidak berpikir panjang dalam bertindak. Agatha ada di tempat yang aman. Besok kita temani kamu ke sana. Malam ini, kamu istirahat dulu. Tenangkan pikiran mu, biarkan Agatha menata hatinya terlebih dahulu" jelas Naraka membuat Luo terdiam dan menatap ke arah Naraka,

"Dari mana kamu tau dia aman? Jangan membodohi aku" cecar Luo membuat Naraka mendegarkan suara Agatha yang tengah berbincang dengan Lisya,

"Putri telfon aku tadi. Dia mengirimkan pesan suara ke padaku. Dia berharap, kamu tidak mencemaskan Agatha dan tidak mengganggu Agatha sementara waktu. Karena saat ini, Agatha sangat terluka. Aku tau, kamu tidak percaya dengan apa yang Agatha katakan. Saranku, coba kamu dengarkan kata hati kamu. Apakah mungkin Agatha bermain api di belakang mu?" kata Naraka yang kini memilih untuk menenangkan sahabatnya. Luo terdiam. Tubuhnya terjatuh, bertumpu pada kedua kakinya. Seolah-olah tidak mampu berdiri. Dengan sigap, Naraka dan Aheng memapah tubuh Luo untk segera masuk ke dalam apartemennya.