webnovel

SURRENDER

Menyerah? begitu sakit ketika banyak nya suka dan duka di lewati, namun sayang nya kata Menyerah telah merusak semua imajinasi ku akan tentang keindahan nya jatuh cinta. Menyerah setelah berjuang, apa guna nya sebuah perjuangan yang ketika hasil nya begitu menyakitkan. Namun, dengan begitu aku tahu bagaimana rasa nya Berjuang yang di sia-sia kan.

SUNFLOWER · Teenager
Zu wenig Bewertungen
2 Chs

Surrender -02-

●Enjoy The Story●

"Syil, lo mau pesen apa? Biar gue yang pesenin"

Trisyilla mendongakan kepala nya ketika mendengar panggilan dari Rere. Trisyilla mengalihkan pandangan nya dari ponsel nya ke Rere. "Apa aja, samain"

"Gue juga samain aja Re" ujar Devi sembari mengacungkan tangan nya.

"Gak ada yang nanya lo ya Dev" ucap Rere dengan menatap Devi.

"Yaelah, nitip dong udah mager gue. Ya? Ya?" Devi merapatkan kedua telapak tangan nya ke arah Rere.

"Iya-iya, muka lo jangan kayak gitu," ujar Rere sembari menunjuk wajah Devi dengan dagu nya.

"Kenapa? Lucu ya gue?"

"Lucu gak jijik iya" Rere tertawa kecil lalu pergi meninggalkan Devi yang menggerutu.

"Syil, ajarin gue edit video dong lo kan jago tuh bagi-bagi kek ilmu editor lo" ucap Devi sembari menatap Syilla yang masih setia bergulat dengan ponsel nya.

"Di Youtube kan ada tutor nya Dev. Lagian lo mau edit apaan foto-foto aja lo jarang. 'Mana sempat kemburu males' itu tuh lo yang kalau di ajak foto ngomong nya 'ayo-ayo' kamera nya udah siap lo nya ogah"

"Ya kan lo tahu gue paling males kalau di ajak ataupun di suruh foto" ujar Devi sembari menggetuk-ngetuk jari nya diatas meja sehingga menimbulkan suara tidak jelas. Syilla hanya menjawab nya dengan anggukan.

"Pesanan datang!" Ujar Rere dengan membawa satu nampan berisi semua pesanan mereka bertiga.

Merekapun mengambil pesanan nya masing-masing. Trisyilla sudah menyiapkan ancang-ancang untuk memasukan makananya ke dalam mulut namun.

"Hai by" Trisyilla mendongakan kepala nya ketika mendengar panggilan tersebut. Ketika Trisyilla mendongakan kepala terlihat lah Roman yang sedang berdiri sembari menatap Syilla dengan tersenyum.

"Hai, kok gak pesen makan?" Tanya Trisyilla ketika tidak melihat Roman yang tak membawa makanan apapun.

"Lagi di pesenin Fero sama Cipta" Trisyilla menganguk sebagai jawaban.

Setelah di tunggu-tunggu Fero dan Cipta pun datang tentu dengan pesanan makanan mereka masing-masing.

"Man, gak ada tempat duduk lain gitu? Disana noh di pojokan sana kan bisa Man" Fero menunjuk ke arah meja berada di pojok kantin.

"Ngapa emang nya? Disini lebih enak banyak cewe nya" ujar Cipta sembari mendudukan diri di depan Rere.

"Mata lo cewek mulu perasaan, gak tidur ya cewek. Gak seru banget sih hidup lo, garing kayak muka lo" ucap Rere sembari melahap makanan nya.

"Basahin aja kalau garing, Fero udah deh mending lo duduk lo mau jadi patung pancoran di tengah kantin?"

"Lo geser sini, gue mau disitu" usir Fero dengan menunjuk ke arah tempat yang di duduki Cipta.

"Ogah gue dah mager udah duduk aja. Duduk aja susah lo, pantat lo bisulan?"

Dengan perasaan yang terpaksa Fero mendudukan diri di depan Devi. Devi hanya diam seribu bahasa. Trisyilla yang melihat nya merasa sangat geram karena pertengkaran mereka yang tiada ujung nya.

"Gak baik diem-dieman. Ngobrol dong Ro, Dev. Kalau benci itu jangan keterlaluan seala kadar nya aja nanti kalau benci nya jadi cinta gimana?" Trisyilla berucap tanpa memandang kedua orang yang dia ajak bicara.

"Iya, Dev coba berbaur sama Fero seru tuh pasti lo berdua kan sama-sama receh" Devi hanya diam cukup menjadi pendengar yang baik Fero pun sebaliknya.

"Coba deh untuk berdamai, pasti lebih seru. Udah Dev lanjut makan, gue bilang tadi cuma biar lo gak harus capek-capek ngeladanin Fero" tambah Trisyilla.

"Iya Syill, gak apa-apa" Devi pun melanjutkan kegiatan makan nya.

Setelah menyelesaikan kegiatan makannya mereka akan langsung kembali menuju kelas nya, namun gerakan nya terhambat ketika Angel dengan centil nya menempeli Roman. Trisyilla yang melihat itu sangat geram ingin sekali rasanya dia menjambak-jambak Risa hingga botak namun dia harus tetap tenang karena ia sudah percayakan semuanya pada Roman.

"Man, kayak nya balik sekolah lo harus ke ustad" ujar Fero sembari menatap Angel yang tidak memperdulikan ucapan Fero.

"Ngapain ke ustad? Mau belajar ngaji lo?" Tanya Cipta.

"Lo gak liat, Roman di tempelin wewe gombel. Bisa gaswat ini, Roman emang lo main pesugihan? Tiap hari rasanya ada aja wewe gombel yang ngintilin lo"

"Fero! Lo kok ngomong nya gitu sih? Gue kan pacar nya Roman hargain dikit kek" kini Angel mengeluarkan suara nya untuk menyangkal ucapan Fero.

"Mau di hargain? Hargain dulu orang lain. Mata buta, katarak, atau pupil mata lo ilang lo gak liat disini ada pacar real nya Roman" Rere yang sudah geram segera mengeluarkan unek-unek nya dengan menekan kata Real pada ucapan nya.

"Kok lo repot-repot urusin gue sih? Trisyilla nya aja gak keberatan" ucap Angel dengan angkuh.

Trisyilla yang sudah mulai kehabisan sabar pun mendorong kuat Angel kebelakang hingga tubuh belakang Angel terbentur meja dengan sangat keras. Dan kini mereka menjadi sorotan kantin.

"Lo lama-lama dibiarin ngelunjak ya? Gue diem bukan berarti gue biarin lo gitu aja sama Roman. Denger baik-baik Angel, Roman itu pacar gue dan lo gak perlu repot-repot deketin Roman kayak tadi lo pikir dengan begitu Roman mau gitu sama lo? In Your Dreams lo malah terlihat murahan, What your listen?" Trisyilla langsung menarik lengan Roman untuk menjauh dari kantin.

"By, jangan cepet-cepet dong jalan nya aku gak bisa nyeimbangin" ucap memohon Roman ketika tarikan pada lengan nya semakin mengencang di tambah langkah kaki Trisyilla yang semakin cepat.

Keluhan Roman sama sekali tidak di gubris Trisyilla dia hanya fokus dengan jalan nya. Sampailah mereka di kelas dengan keadaan yang masih sepi. Trisyilla pun melepaskan genggaman tangan nya.

"Syill, kamu kenapa?" Tanya Roman dengan memposisika diri di samping Trisyilla.

"Kamu itu gimana sih, aku kasih kepercayaan sama kamu tapi kamu nya malah gitu" ucap jutek Trisyilla.

"Gitu gimana by? Aku gak ngerti" Roman mendekatkan diri nya pada Trisyilla yang hanya diam dengan pandangn lurus ke depan.

"Udah lah gak usah di bahas" ujar malas Trisyilla.

Roman menarik dagu Trisyilla agar pandangan mereka bertemu. "Apa aku salah kalau aku pingin liat pacar aku cemburuin aku?"

Raut wajah Trisyilla tiba-tiba berubah mendengar penuturan Roman. "Aku tuh nunggu kamu yang marah makannya aku biarin Sera kayak tadi. Jadi kamu jangan marah ya? Ya?" lanjutnya.

Trisyilla hanya diam dengan memandang kedua mata beriris coklat pekat tersebut. Dengan Roman yang tak henti-henti memohon.

"Iya, tapi.." Trisyilla menjeda ucapan nya dengan jari yang diketuk-ketuk di dagu.

"Tapi?"

"Kamu harus beliin aku cemilan nanti sepulang sekolah, gimana? Deal?"

"Uhm, Deal" ujar Roman sembari menjabat lengan Trisyilla.

Roman dan Trisyilla terlonjak ketika pintu kelas mereka di dobrak. Berdirilah di ambang pintu Rere, Devi, Cipta dan Fero.

"Syil, lo maen kabur-kabur aja sih. Tapi sumpah lo keren gue yakin punggung si ulet bulu memar-memar"

"Man, pokoknya lo kudu temuin ustad. Gue kagak mau ya temenan sama orang yang kemana-mana bawa-bawa setan" ujar Cipta sembari berjalan menuju tempat duduk nya.

"Yaudah Man, dia katanya gak mau lagi temenan sama lo hapus aja dah dari KP" timpal Fero.

"KP apaan tuh?" Tanya Cipta sembari melipatkan lengan nya bersiap untuk memasuki alam mimpi nya.

"Kartu Pertemanan, ya gak?" Ucap Fero yang hanya di dibalas oleh tatapan tak mengerti dari teman-teman nya.

"Gaje lo kulit kacang, cepetan masuk gue mau duduk nih" ujar Devi. Fero hanya menurut tanpa membantah.

Trisyilla menatap Roman yang juga sedang menatap nya tanpa kedip. Trisyilla merasa gugup melanda dirinya namun dirinya berusaha se netral mungkin. Merasa tidak kuat Trisyilla segera membuka suara.

"Roman, kamu ngapain sih liatin aku mulu? Aku kan jadi nya malu Roman" ujar Trisyilla dengan menundukan kepalanya.

"Biarin. Kamu kalau Blush gitu lucu nya nambah" mendengar itu Syilla memukul pelan tangan Roman tanpa mengubah posisi nya.

"aww" ringis Roman yang membuat Syilla menegakan tubuh nya.

"Roman? sakit ya? maaf aku gak sengaja aku kira tadi itu pelan maaf Roman. Roman, kamu marah?" ujar Syilla dengan raut khawatir. Syilla menaikan sebelah alisnya ketika Roman tiba-tiba tersenyum.

"kamu lucu deh kalau ngekhawatirin aku, sering-sering ya khawatirin aku" ucap Roman sembari mencubit kedua pipi Syilla dengan gemas.

Syilla kembali melayangkan pukulan pada lengan Roman. Roman pun kembali meringgis namun Syilla tidak memperdulikan nya.

"ini beneran sakit lho Syill yang kali ini gak bohongan" ujar Roman dengan mengoyah-goyahkan lengan Syilla yang sedang asik menyembunyikan wajah nya di balik lipatan tangan nya.

bel masuk pun berbunyi, guru mapel selanjutnya memasuki kelas. Kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar sampai akhirnya waktu pulang pun datang. Bel pulang pun berbunyi.

"By, kamu masih marah? jangan marah lagi dong by. By jangan marah by. by?"

Syilla yang sedang memasukan buku-buku ke dalam tas melirik Roman sekilas lalu melanjutkan kembali kegiatan membereskan buku-buku nya. 

"Re, Dev ayo" ajak Syilla dengan beranjak dari duduk nya. Roman yang melihat Syilla akan pergi pun dengan cekatan langsung menahan Syilla dengan memegang pergelangan tangan nya.

"By, mau kemana? kan kita mau pulang bareng. Katanya kamu mau ice cream"

"Apa sih? aku cuma mau nyimpen novel ke loker doang" ujar Syilla dengan menatap Roman.

"Oh, cuma mau nyimpen buku ya?" tanya Roman.

"Iya emang kamu kira aku mau kemana?"

"Mau pulang sendiri" ujar Roman dengan polos nya.

Syila yang mendengarnya tertawa kecil. "Ya enggaklah, udah ya aku mau nyimpen dulu ini ke loker. kamu tunggu di parkiran aja" Syilla pun langsung pergi ketika cekalan Roman terlepas.

"Daks buchin mah beda ya gak Ro" ujar Cipta dengan menyengol Fero.

"Gak mau jauh dari pawang nya, haha" Fero tertawa diikuti dengan Cipta. Tanpa berkata Roman langsung berjalan keluar kelas menuju parkiran.

"Daks buchin nya marah guys, angry buchin haha" ujar Cipta dengan berjalan di belakang Roman dan Fero disamping nya.

"Re, kemarin gue telfon kok lo gak angkat sih. Lucknut lo temen nelfon gak angkat" Ujar Devi sembari menunggu Syilla yang mengunci kembali loker nya.

"Lagi di luar kemarin, emang mau ngapain lo telfon? minta pulsa?"

"Anjir, lo kira gue anak Mamah yang suka minta pulsa. Kemarin gue mau ngego-food in lo pizza karena lo gak angkat jadi gue ngasih ke Syilla doang"

"anjir, kenapa lo gak lo go-food in aja musdalipah"

"Ya gak lah, kalau gitu nanti mamang go-food nya nyasar gimana? lo tahu kan tempat tinggal lo itu perumahan kembar"

"Emang lo enggak? lo juga kompleks bambang"

"jangan samakan diriku dengan dikau. Kompleks gue mah masih gampang di cari lah kompleks lo udah kayak TPU susah ngebedain nya. Gak sering orang salah makan waktu ziarah"

"Hidup lo jadi kobe ya? gak banyak kok orang yang salah makan gak sering juga"

"Garis bawahi, gak sering! telinga lo kayak nya udah mulai pompet ya? perlu di bolongin lagi pake bor"

"Tembok kali pake bor" suara Syilla yang tiba-tiba membuat Devi dan Rere terkejut.

"Syill, lo ngagetin aja. Sejak kapan lo disini?"

"dari tadi. Gue diem aja dengerin kalian ngobrol"

"kok lo gak bilang sih, kalau bilang kan kita bisa langsung ke parkiran" omel Devi

"Siapa suruh pada serius ngobrol nya. Jadi nya kan gue gak mau buat nganggu kalian. Udahlah yu sekarang kita capcus ke parkiran Roman udah nunggu gue"

"Udahlah beda yang pulang sekul langsung gayor mah. Kita mah apa atuh cuman kaum rebahan"

Akhirnya mereka beranjak dari duduk nya berjalan menuju ke parkiran. Syilla tersenyum ketika Roman menatap dengan muka malas nya. Syilla pun berjalan mendekat menuju Roman.

"Kenapa sih kok muka nya kusut banget kayak baju yang belum di setrika"

"Kok di sama sama baju yang belum di setrika sih" ucap Roman dengan nada manja nya. Syilla mengusap jambul milik Roman.

"Makan-nya muka nya itu biasa aja jangan di cemberut-cemberutin gitu, ganteng nya jadi hilang"

"Harimau nya manja-manja eong dulu sana kelinci kesayangan nya" ejek Ervan.

"Harimau nya udah kayak putri malu, hahah" Timbal Cipta

"Kayak gimana tuh?" tanya Ervan

"Disentuh dikit langsung nunduk, wkwk" mereka berdua tertawa diikuti Devi dan Rere yang sama sama terhibur.

"Sirik mulu lo, makanya cari pacar. Udah punya pacar tau dah lo gimana rasanya ngebuchin"

"Tunggu tanggal main ya Man" ujar Fero.

"Emang ada cewe nya? punya cewek aja enggak lo" ledek Roman.

"Ada, gue udah ada jodoh nya cuman jodoh gue belum di pertemukan sama gue. Jodoh gue lagi buang-buangin duit jodoh nya orang lain"

"Terserah lo deh Fer, imajinasi lo terlalu tajam sampai menembus atmosfer bumi setelah nya menembus langit sampai ke langit ketujuh"

"Bahasa lo, tinggi kayak tangga rumah tetangga" ujar Roman dengan menangkup wajah Cipta dengan telapak tangan nya.

"Roman, ayo nanti keburu malem nanti kamu dimarahin Bunda" ucap Syilla sembari mengoyah-goyahkan lengan Roman.

"Iya-iya yuk" Roman menarik Syilla menuju motornya.

"Duluan ya Rere Devi Byee" Syilla melambaikan tanggan nya dan motor Roman pun melaju meninggalkan parkiran sekolah.

Di perjalanan Syilla hanya asik melihat jalanan yang di lalui nya bersama Roman. Roman menghentikan motornya di sebuah taman.

Trisyilla turun dengan perlahan dari motor Roman yang lumayan tinggi. Trisyilla melihat sekitaran taman yang cukup ramai dengan anak-anak kecil.

Trisyilla terlonjak ketika mendapati sebuah tangan melingkar di pinggang nya.

"Ayo, aku ajak kamu ke suatu tempat" Trisyilla tersenyum dan menganguk.

Trisyilla membulatkan mulut nya ketika melihat hamparan danau. Trisyilla berjalan mendekat ke arah danau dan mendudukan dirinya, diikuti oleh Roman.

"Kenapa kamu ajak aku kesini?" Tanya Trisyilla dengan menatap Roman dari samping.

"Biar otak kamu fresh, emang nya gak bosen apa liat yang rame-rame mulu?"

"Bosen sih enggak, tapi yang agak males aja liat nya" Trisyilla menyandarkan kepala nya ke pundak Roman.

Trisyilla menegakan badan nya ketika melihat seorang anak kecil yang sedang berusaha mengapai perahu kertas yang berenang-renang di pinggir danau.

Trisyilla bangkit dari duduk nya membuat Roman terkejut. Trisyilla berjalan cepat, setelah nya Trisyilla menarik anak kecil tersebut dan menyuruh nya untuk diam di pinggir Trisyilla lun berhasil meraih perahu kertas tersebut.

"Adek, lain kali gak boleh kayak tadi ya. Kalau nanti Adek jatuh gimana? Kalau gak ada yang nolongin gimana? Gak boleh ya ganteng" Ucap Trisyilla dengan memberikan perahu kertas yang sudah basah bagian bawah nya.

Tiba-tiba saja gadis berperawakan sekitar 7 tahun berjalan mendekati Trisyilla dan anak kecil tersebut. Terlihat raut wajah khawatir dari wajah gadis tersebut.

"Gino, kamu kemana aja? Kakak cariin kamu dari tadi. Kakak kan udah bilang jangan jauh-jauh"

"Adek cantik, kamu Kakak nya dia" ujar Trisyilla dengan menunjuk anak kecil tersebut.

"Iya Kak, ia Adek aku namanya Gino"

"Oh namanya Gino. Kamu harus jagain dia terus ya cantik tadi dia hampir aja jatuh ke danau gara-gara mau ngambil perahu kertas nya. Kalau nama kamu siapa?"

"Makasih Kak udah nolongin Gino, nama aku Gina"

"Gina sama Gino mau gak ikut Kakak? Kakak mau beliin kalian ice mau gak?"

"Mau Kak, mau banget" ucap Gino dengan semangat.

"Gino gak boleh, kasian Kakak nya udah yu sekarang kita pulang"

"Eh? Gak pa-pa kok Gina. Mau ya please"

"Tapi Kak-"

"Nanti biar Kakak yang minta izin sama orang tua kalian ya? Tenang aja" setelah lama membujuk akhirnya Gina mau.

"Kak, Gino mau yang coklat boleh?"

"Boleh dong masa gak boleh Gina mau rasa apa?"

"Aku rasa strawberry aja Kak"

Kini Trisyilla, Roman dengan Gina dan Gino sudah berada di sebuah kedai dengan sebelum nya Trisyilla meminta izin terlebih dahulu pada orang tua nya Gina dan Gino.

"Roman kamu mau rasa apa?"

"Aku samain aja kayak kamu" ujar Roman dengan mengusap puncuk kepala Trisyilla.

"Mbak jadinya pesan yang coklat nya 1 pake topping chocochips, strawberry 1 pake chocochips rainbow sama greentea 2 pake taburan greentea atas nya ya Mbak"

"Baik, saya ulang kembali ya Kak. Coklat dengan chocochips, strawberry chocochips rainbow, greentea taburan greeantea. Ada tambahan?"

"Gak ada"

"Baik di tunggu ya Kak" Trisyilla tersenyum dan mengaguk.

"Kak Syilla, Kakak ganteng ini pacar Kakak ya?" Tanya Gino dengan polos nya.

"Gino, gak boleh tanya-tanya kayak gitu. Kamu tahu pacar-pacaran dari mana?"

"Dari temen Gino"

"Gak boleh di ikutin Gino"

Trisyilla tertawa ringan mendengar interaksi Kakak-Adik tersebut. "Gak apa Gina. Iya Gino Kakak ganteng ini pacar Kakak namanya Kak Roman"

"Hallo Kak Roman, Kakak ganteng nanti kalau udah besar Gino mau ganteng kayak Kak Roman. Iya kan Kak?" Tanya Gino pada Gina.

"Emang kamu bisa seganteng apa? Di bedak aja kamu masih belepotan, eh tapi kan cowok gak pake bedak"

"Biarin aja, kan masih belajar"

"Emangnya dulu Kak Roman kalau mau di bedak harus belajar dulu ya?"

"Enggak" jawab Roman sembari menatap kedua nya dengan bergantian.

"Tuh denger Gino, cemen kamu"

Trisyilla tertawa mendengarnya. Tawa nya terhenti ketika pesanan mereka telah datang.

"Selamat menikmati Kak" ucap Waiters dengan ramah. Trisyilla membalas nya dengan senyum.

"Ini biar Kakak bagiin ya. Ini punya Gino dan ini punya Gina yang ini punya Kakak sama Kak Roman"

Meja Trisyilla di penuhi keheningan. Mereka sibuk dengan makanan nya masing-masing. Tak terasa satu persatu makanan mereka pun habis.

"By, aku bayar dulu ya" ucap Trisyilla sembari bangkit dari duduk nya namun Roman segera menahan nya.

"Aku aja yang bayar, kamu tunggu di depan sama Gino , Gina" Trisyilla pun hanya menganguk sembari tersenyum.

"Ayo Adek-Adek kita tunggu Kak Roman nya diluar ya" mereka pun berjalan menuju ke depan kedai dan menunggu Roman.

Roman pun keluar dari dalam kedai dengan membawa 3 buah paperbag mini.

"Ayo," salah satu tangan Roman mengapai tangan Trisyilla dan satunya lagi memegang paperbag. Tangan Trisyilla yang lain memegangn lengan kecil Gina dan Gina pun memegang tangan Gino.

Mereka mendudukan diri di kursi taman yang berdekatan dengan kolam yang berisikan ikan dengan tambahan air mancur. Sementara Gina dan Gino melihat Ikan sembari memakan burger yang dibeli Roman dari kedai tadi.

Trisyilla asik memandangi Gina dan Gino yang sedang berebut memberi makan pada satu ikan sedangkan ikan di kolam tersebut terbilang banyak namun mereka tetap berebut.

"By, jangan ngelamun aja" ucap Roman.

"Siapa yang ngeramun? Aku lagi merhatiin mereka kok" ujar Trisyilla sembari  menunjuk Gina dan Gino dengan dagu nya.

"Terus aku kapan di perhatiin nya?" Ucap Roman dengan muka melas nya.

Trisyilla memeluk Roman dari samping sembari tertawa. "Aku kan selalu merhatiin kamu Roman"

Roman tidak menjawab dia hanya diam memandang ke arah depan.

"Roman, jangan marah" tetap tidak ada jawaban.

"Roman"

"Roman"

"Sayang" ucap Trisyilla dengan lembut. Trisyilla tetap dengan posisi memeluk Roman.

Trisyilla terlonjak ketika merasa ada yang memeluk nya balik. Ketika ia mendongakan kepala terlihat Roman yang tersenyum.

"Sering-sering ngomong sayang ya by"

"Iya kalau gak lupa, hehe" Roman tersenyum dan mencubit hidung Trisyilla dengan gemas.

"Jangan di cubit ih nanti kalau jadi panjang gimana?"

"Gak apa, biar mancung" ucap Roman dengan tawa.

TBC

"Sebuah pengungkapan sederhanamu adalah undangan untuk senyumku"

-Surrender-