webnovel

SURRENDER

Menyerah? begitu sakit ketika banyak nya suka dan duka di lewati, namun sayang nya kata Menyerah telah merusak semua imajinasi ku akan tentang keindahan nya jatuh cinta. Menyerah setelah berjuang, apa guna nya sebuah perjuangan yang ketika hasil nya begitu menyakitkan. Namun, dengan begitu aku tahu bagaimana rasa nya Berjuang yang di sia-sia kan.

SUNFLOWER · Teenager
Zu wenig Bewertungen
2 Chs

Surrender -01-

● Enjoying The Story ●

"Trisyilla, kamu mau kemana? Udah rapih gitu"

Trisyilla menghentikan langkah nya ketika mendengar seruan dari sang Ayah.

"Ayah, Syilla cuman mau keluar sebentar Ayah. Boleh kan?"

"Oh, ya sudah. Tapi ingat, jangan pulang larut malam. Mengerti"

Trisyilla menganguk gembira ketika mendapat ijin dari sang Ayah. "Mengerti! Syilla pamit"

Syilla bergegas pergi meninggalkan ruang tamu, namun lagi-lagi langkah nya terhenti. Seruan kali ini adalah seruan sang Bunda. Trisyilla membalikan badan nya untuk melihat Bunda nya.

"Tetap disana!" Ucap tegas sang Bunda.

"Bunda, kenapa? Syilla udah di tungguin di depan Bunda"

"Siapa yang kasih ijin kamu keluar? Kembali masuk ke kamar!"

Trisyilla menciut ketika mendengar nada dari ucapan Bunda nya tersebut, namun dia berusaha untuk tetap biasa saja.

"Gak Bunda. Syilla kan udah ada janji terus orang nya juga udah nunggu di depan Bunda"

"Kamu gak denger apa kata Bunda? Bunda bilang kembali ke kamar Syilla!"

"Bunda"

"Kamu-"

"Saya yang kasih ijin dia, udahlah dia cuma mau main sama temen nya. Ayo Syilla kamu boleh pergi"

"Tapi ayah,"

"Sudah, kamu mau pergi kan? Sudah cepat pergi Bunda kamu biar Ayah yang urus"

"Makasih Ayah"

Trisyilla cepat-cepat berlari keluar rumah tanpa mengubris panggilan dari Bunda nya.

Trisyilla binggung akan sikap Bunda nya, mengapa Bunda nya tidak bisa menerima hubungan nya dengan kekasih nya. Mereka terpaksa harus menjalani hubungan tanpa persetujuan dari orang tua nya masing-masing.

Trisyilla menghentikan langkah nya tepat di samping pintu mobil. Kaca mobil mulai turun memunculkan wajah yang Trisyilla cari.

"Kenapa lari-lari?"

"Tadi Bunda sempet nyegah aku, untung nya ada Ayah jadi aku di bolehin keluar"

"Ya udah ayo cepet masuk"

Trisyilla dengan cepat masuk ke dalam mobil. Mobil pun melaju meninggalkan rumah Trisyilla. Selama di perjalan Mereka bercengkrama ria terkadang juga tertawa di setiap selingan cerita nya masing-masing.

"Sampai!"

Mendengar kata itu Trisyilla mengalihkan pandangan nya ke arah jendela untuk melihat tempat tujuan mereka.

"Ini tuh tempat makan favorit aku, kamu suka?"

Trisyilla menganguk tanpa membalikan wajah nya. Baru saja Trisyilla ingin membuka pintu namun sudah ada yang lebih dulu membukakan nya.

"Makasih" ucap Trisyilla sembari tersenyum.

Trisyilla mengikuti langkah Roman dengan keadaan tangan yang masih saling menggengam. Di ajak nya Trisyilla ke arah pinggir danau.

Biasanya keadaan danau di malam hari akan menyeramkan, tapi tidak untuk danau yang kali ini. Danau yang kini telah disinggahi Trisyilla dan Roman sudah di hias seindah mungkin.

Trisyilla tersenyum ketika Roman mengajak nya ke arah meja yang sudah di hias dengan indah. Trisyilla mengelilingkan pandangan nya untuk melihat semua rangkaian indah yang berada di danau ini.

Trisyilla kembali mengembangan senyum nya ketika melihat sesuatu yang menarik perhatian nya. Foto dirinya dan Roman bergelantungan bebas di langit-langit tempat dirinya berada.

Trisyilla terkejut ketika tiba-tiba saja Roman bersimpuh di depan nya dengan sebuket bunga di genggaman nya. Dengan senang hati Trisyilla menerima nya. Roman berdiri dari duduk nya.

"Happy Anniversary 3 tahun, by. Aku pikir kamu pasti lupa jadi aku rencanain ini untuk ngerayain nya"

Trisyilla tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, tak terpikirkan oleh nya Roman bisa seromantis ini.

"Aku gak lupa, aku cuma nunggu kamu"

Roman menarik Trisyilla ke dalam dekapan nya, memeluk nya dengan erat. Trisyilla membalas pelukan Roman tak kalah erat nya, Trisyilla tersenyum bahagia di balik pelukan nya dengan Roman.

Trisyilla menarik diri dari pelukan Roman, menatap Roman dengan dalam membuat yang di tatap nya bingung akan tatapan itu.

"Kenapa?"

"Roman, aku gak kamu ninggalin aku. Aku ingin kita terus berjuang bareng-bareng saling mendukung, kita berusaha bujuk orang tua kita,"

"Aku gak ingin kamu pergi, aku pingin kita berjuang bareng-bareng. Kamu tahu aku gak pernah berhenti berjuang untuk meyakinkan Bunda soal hubungan kita, supaya Bunda mau nerima hubungan kita,"

"Kadang kala aku capek untuk meyakinkan Bunda, meyakinkan Bunda gak semudah yang aku pikir. Walau aku capek aku berusaha untuk terus meyakinkan Bunda, karena apa? Karena aku punya alasan untuk bertahan. Alasan nya itu kamu,"

"Jadi, tolong bertahan sama aku terus. Kalau kamu pergi, gak ada alasan lagi untuk aku perjuangin kamu ke Bunda"

Setelah Trisyilla menyelesaikan ucapanya, Trisyilla menundukan kepala nya membiarkan cairan bening menetes keluar dari mata nya. Roman yang menyadari Trisyilla menangis pun mendekap nya.

"Aku akan terus perjuangin kamu Syilla. Aku gak akan berhenti begitu aja untuk berjuangin kamu, apapun rintangan nya aku bakalan terima sekalipun kamu akan pergi sama yang lain aku bakalan terus perjuangin kamu"

Syilla mengeratkan pelukan nya ketika isakan nya terasa semakin kencang. Karena sudah hampir larut mereka dengan cepat menyelesaikan tujuannya mereka kesini.

Setelah itu Roman mengantarkan Trisyilla kembali ke rumah nya. Tanpa di sangka-sangka Bunda Trisyilla sudah berdiri di ambang pintu dengan tangan yang dilipat di atas dada. Dengan tajam nya Bunda menatap Roman, merasa suasana sudah tidak enak Trisyilla berbicara pada Roman untuk cepat-cepat meninggalkan daerah Rumah nya.

"Roman, mendingan kamu pulang deh aku gak mau kamu kena marah Bunda. Kamu nurut ya, aku mohon"

"Gak bisa dong by aku udah bawa kamu keluar, aku harus pamit dulu sama Bunda kamu gak baik langsung balik gitu aja"

"Roman, yang ada nanti kamu kena marah. Aku gak mau kamu kena marah Bunda"

"Udah ya kamu tenang aja"

Trisyilla semakin di buat takut ketika Roman dengan tenang nya membawa dirinya berjalan ke arah Bunda yang masih terdiam di tempat nya.

"Bun-"

"Masuk!" Ucap Bunda penuh penekanan.

"Gak, Syilla gak akan masuk. Bunda pasti mau marahin Roman kan? Iya kan?"

"Kenapa? Itu terserah Bunda mau marahin mau apapun itu terserah Bunda"

"Bun-"

Dengan tiba-tiba Roman membisikan sesuatu ke arah telingan Trisyilla.

"Kamu dengerin aja ya, jangan bantah gak baik"

"Roman-"

"Trisyilla! Masuk!"

Trisyilla menatap ke arah Roman terlebih dahulu sebelum akhirnya Trisyilla melangkahkan kaki nya memasuki setelah mendapat anggukan dari Roman.

Trisyilla berbalik setelah memasuki Rumah nya. Trisyilla berdiri tepat di balik pintu mendengar setiap percakapan Bunda nya dengan Roman.

"Enak ya, ngajak anak saya main keluar tanpa seijin saya pulang larut pula"

"Maaf Tante karena sudah mengajak Trisyilla keluar dan mengajaknya pulang larut"

"Maaf-maaf mudah sekali kamu meminta maaf!! kamu tahu kamu itu hanya bisa membawa pengaruh buruk untuk anak saya!!! Saya sudah seringkali bilang sama kamu untuk menjauhi anak saya!"

"Saya akan terus memperjuangkan Syilla Tante, saya gak bakalan menyerah begitu aja Tante"

"Berjuang? Terserah kamu! Yang jelas mau kamu berjuang segimana pun saya gak akan merestui kamu"

Trisyilla sudah capek mendengar ucapan Bunda nya yang bisa kapan saja membuat Roman pesimis untuk memperjuangkan nya. Trisyilla pun keluar berdiri di sampung Bunda nya.

"Bunda"

"Syilla, ngapain kamu keluar? Masuk ke dalam!"

"Gak"

"Kamu sudah mulai membantah Bunda Syilla? Kamu lihat inilah sifat buruk kamu yang berpengaruh pada anak saya" ucap Bunda dengan menunjuk Roman yang setia diam sembari menunduk.

"Bunda, Bunda apa-apaan sih. Ayo masuk Bunda"

"Syilla kamu ngapain sih tarik-tarik Bunda. Syilla!"

"Roman, sekarang kamu pulang ya, bye"

Trisyilla pergi memasuki rumah nya begitu saja tanpa menunggu jawaban Roman dan Roman pun hanya bisa mengikuti perkataan Trisyilla dengan berbalik arah untuk pulang. Dia hanya tidak ingin membuat jalan perjuangan nya mengecil.

Sementara di lain tempat Trisyilla harus dengan sabar menerima ocehan sang Bunda yang tidak habis-habis nya.

"Kamu itu ngapain sih tarik-tarik Bunda ke dalam? Bunda itu belum selesai ngomong sama anak itu"

"Bunda, Bunda gak capek apa marah-marah mulu nanti kalau muka Bunda keriput gimana?"

"Ya udah gak apa-apa emang udah waktu keriput toh Bunda juga berumur"

Karena sudah tidak memiliki kata-kata untuk membalas setiap ucapan Bunda nya Trisyilla mencari cara agar dirinya bisa pergi dan meninggalkan Bunda nya.

"Oh iya Bun, Syilla masih ada tugas di atas. Lupa, ya udah Syilla ke atas dulu ya Bun"

Trisyilla dengan cepat menaiki tangga menuju kamar nya tanpa mendengarkan teriak-teriakan sang Bunda.

"Bunda-Bunda, kapan sih Bunda bisa terima Roman. Roman itu sebuah kebahagiaan buat Syilla kalau Bunda ingin tahu. Kebahagiaan Syilla itu ada pada keluarga ini dan juga Roman, tapi kenapa Bunda gak restuin Syilla sama Roman. Bunda juga gak pernah mau bilang alasan nya Bunda gak suka sama Roman"

Trisyilla merebahkan tubuh nya sembarang tempat. Tiba-tiba saja ponsel yang di simpan nya di atas nakas berdering menandakan ada yang menelfon. Trisyilla mengapai ponsel nya, seketika bibir nya melengkung membuat senyuman ketika tertera nama si penelpon 'Rooman'.

Roman Is Calling..

Trisyilla mengeserak ikon berwarna hijau untuk mengangkat nya.

"Ya Roman?"

"Hallo sweety"

"Hallo juga"

"Syilla, besok mau aku jemput?"

"Kayak nya gak usah deh Roman, Bunda pasti bakalan suruh Mang Asep buat anterin aku"

"Oh, gitu ya?"

Trisyilla merasa tidak enak ketika mendengar helaan napas Roman.

"Maaf, tapi kita bisa pulang bareng untuk besok gimana?"

"Oke deh gak apa-apa, oh iya by kamu lagi di mana?"

"Kamar, kenapa?"

"Coba keluar, ke balkon dulu"

Tanpa bertanya Trisyilla langaung saja melangkahkan kaki nya menuju balkon kamar nya.

"Udah?"

"Ya"

"Coba kamu liat ke arah langit"

Trisyilla kembali menuruti perkataan Roman.

"Udah, terus?"

"Jarak kita memang jauh namun hati, langit dan tujuan kita tetap satu"

"Gombal nya"

"Gak apa-apa lah kali-kali, hehehe. Oh iya by besok duduk sama aku ya?"

"Hah? Tapi kan aku duduk nya sama Devi, nanti kalau aku duduk sama kamu Devi sama siapa?"

"Devi kan bisa duduk sama Fero"

"Fero? Yang bener aja Devi sama Fero itu udah kayak Tom & Jerry. Ketemu selewat aja mereka berantem apalagi kalau satu meja kayak gitu, bisa-bisa sampai pulang mereka berisik"

"Gak apa-apa lah sedikit hiburan, ya? Mau ya? Please"

"Nanti aku tanya dulu sama Devi nya ya? Kamu juga tanya dulu sama Fero nya"

"Lho? Nanti kalau aku tanya terus aku bilang temen duduk nya Devi terus Fero nya gak mau gimana?"

"Oh kalau gitu berarti kita gak bisa duduk bareng. Pokok nya harus tanya dulu apapun jawaban nya"

"Iya-iya"

Tiba-tiba saja pintu kamar Trisyilla di ketuk dengan begitu kencang sehingga Roman bisa mendengarnya.

"Siapa by? Kok kayak gedor-gedor pintu kamar kamu"

"Bukan kayak lagi tapi emang, suara nya sih kayak nya Kak Pricilla. Ya udah aku matiin dulu ya telfon nya"

"Ya udah, Bye GoodNight"

"Night too, jangan lupa ijin ke Fero"

"Iya by"

"Ya udah"

Setelah mematika sambungan telfon nya Trisyilla beranjak dari duduk nya dan berjalan menuju pintu. Trisyilla terdiam ketika melihat Kakak perempuan nya itu datang ke kamar nya dengan membawa satu buah bantal dan guling lengkap dengan selimut nya.

"Kakak mau kemana? Ngungsi? Emang nya rumah kita kebanjiran?"

Tanpa menjawab Pricilla pergi memasuki kamar Trisyilla tanpa menunggu Trisyilla yang masih berdiri di ambang pintu. Trisyilla pun berjalan mendekati Pricilla yang sedang asik menata alat tidur nya di atas kasur milik Trisyilla.

"Kak? Kakak ngapain sih kan Kakak punya kamar sendiri"

"Gue numpang sini ya Syil"

"Ngapain numpang kan masih rumah sendiri, emang kenapa sama kamar Kakak"

"Di kamar gue ada kecoa Syil, lo kan tahu gue takut kecoa"

"Kecoa? Kan bisa di sapu Kak ya kecuali kalau kecoa terbang perlu tenaga exstra untuk ngusir nya"

"Mau kecoa biasa ataupun kecoa nge fly gue tetep takut Syil, dan lebih parah nya kecoa yang ada di kamar gue itu kecoa fly Syil"

"Pukul aja pake raket nyamuk"

"Hah? Kan gue takut Syil belum nyampe di pukul tuh kecoa udah terbang sana-sini"

"Ya udah Syilla bantuin buat ngusir tuh kecoa, tapi Kakak ambilin raket nyamuk nya"

"Ya udah tunggu sini"

Trisyilla mengangguk kan kepala nya sembari mendudukan dirinya di atas sofa yang berada di kamar nya. Setelah menunggus selama 10 menit Trisyilla sudah mulai bosan menunggu Pricilla sampai akhirnya Trisyilla terpaksa harus turun kebawah.

Sesampainya di bawah Trisyilla menepuk dahi nya ketika melihat Pricilla yang sedang berlarian kesana-kesini untuk mengejar Rasya yang berlari membawa raket nyamuk.

"Bang Rasya Kak Pricil, ngapain sih muter-muter udah kayak gangsing. Kak Pricil mana nih raket nyamuk nya katanya mau di bantuin"

"Ini lo liatkan raket nyamuk nya di bawa lari sama Bang Rasya, bantuin makanya"

Trisyilla pergi begitu saja tanpa menjawab permintaan Pricilla. Trisyilla berjalan menuju kamar kedua orang tua nya.

"Bunda"

"Syilla ada apa sayang?"

"Bunda, Bunda ada raket nyamuk gak? Syilla pinjem dong Bunda"

"Buat apa? Kamar kamu banyak nyamuk?"

"Gak ada, buat kamar Kak Pricilla soalnya di kamar nya ada kecoa"

"Kecoa? Kok pake raket nyamuk?"

"Emang gak boleh?"

"Bukan nya raket nyamuk itu buat nyamuk? Kalau buat kecoa jadi raket kecoa dong?"

Trisyilla menepuk dahi nya tidak mengerti dengan pikiran Bunda nya itu.

"Bunda, inti nya Bunda punya atau enggak? Kalau punya Syilla pinjem bentaran"

"Punya kok punya bentar Bunda ambilin" Bunda Syilla pun keluar dari kamar nya dengan membawa raket nyamuk di gengaman nya. "Nih"

"Syilla pinjem bentar ya Bunda" Trisyilla pun pergi begitu saja dan melangkahkan kaki nya menuju kamar Pricilla yang terletak di pojok lantai atas yang terhalang kamar Rasya.

Ketika Trisyilla memasuki kamar Pricilla Trisyilla mendapati kecoa yang bertenger manus di atas bantal Pricilla. Setelah menyelesaikan tujuan nya Trisyilla pun berjalan ke lantai dasar untuk memanggil Pricilla.

"Kak, kecoa nya udah gak ada. Cepetan masuk kamar Kak"

"Beneran?"

Trisyilla hanya menjawab nya dengan anggukan kepala nya.

"Thanks you so much babe!!" Trisyilla yang melihat Pricilla yang bersiap untuk memasuki kamar nya pun langsung berlari memasuki kamar nya pula.

Kini Trisyilla dengan tenang duduk bersila di atas kasur nya. "Tinggal hitung sampai 5 pasti bakalan teriak..."

"1.."

"2.."

"3.."

"4.."

"5.."

"TRISYILLAAA!!"

Trisyilla menutup mulut nya ketika mendengar teriakan Pricilla.

"Ups, sorry Kak Pricilla"

Keesokan pagi nya Trisyilla sudah siap dengan atribut sekolah nya lengkap dengan rompi rajutan khas sekolah nya. Trisyilla menuruni setiap anak tangga dengan tersenyum dan sesekali bersenandung ria.

"Anak Bunda seneng banget kayak nya, ada apa sih?"

Trisyilla sudah biasa akan sifat Bunda nya yang berubah-ubah. Dulu ia sempat terheran ketika sifat Bunda nya tiba-tiba menjadi ramah kembali selesai memarahi nya karena kepergok pergi dengan Roman. Lama-lama karena sudah terbiasa Trisyilla sudah mengentahui penyebab terpacu nya amarah Bunda nya. Syilla sudah membiasakan nya soal sifat Bunda nya, namun tak bisa membiasakan diri ketika Bunda nya memarahi Roman tanpa alasan yang jelas.

"Gak ada, ya lagi seneng aja"

"Seneng habis jahilin Pricil ya Syil?" Celetuk Rasya Abang nya.

"Oh iya, emang nya kenapa sih si malem Pricilla sampe teriak-teriak gitu?"

"Syilla matiin kecoa tapi bangkai nya gak di buang malah di simpen di atas bantal, mana gak marah coba Pricil"

"Oh ya?"

"Iya, hehehe. Syilla malem binggung mau buang kemana ke jendela takut ada orang yang lewat terus kelemparan di kamar Kak Pricil gak ada tempat sampah jadi ya udah deh"

"Ngomongin apa nih? Kayak nya asik bener?"

"Ngomongin lo!" Ucap Rasya dengan keras.

Tiba-tiba saja yang baru saja di bicarakan datang dengan Victor Ayah Trisyilla. Karena aktifitas makan nya sudah selesai Trisyilla pun bangkit dari duduk nya.

"Syilla kamu berangkat sama Mang Asep ya"

"Iya Bunda, ya udah Ayah, Bunda, Kak, Bang Syilla pergi dulu ya"

Trisyilla pun berlari keluar rumah menuju mobil yang sudah bertengger manis di depan gerbang rumah nya. Setelah menempuh jalan selama 7 menit Trisyilla keluar dari mobil nya dan mengucapkan terima kasih pada Mang Asep lalu pergi menuju kelas nya.

Trisyilla mendudukan dirinya di sisi kanan teman nya yang sedang asik berghibah. Syilla pendatang baru yang tidak tahu asal muasal cerita nya hanya diam memandang ponsel nya.

"Syil, diem-diem bae lo ngopi ngapa ngopi"

Celetuk Devi.

Seketika melihat wajah Devi Trisyilla jadi ingat akan janji nya pada Roman. Trisyilla cepat-cepat membuka suara untuk meminta ijin pada Devi.

"Dev, gue mau ngomong nih"

"Ngomong apaan?"

"Lo mau gak pindah duduk?"

"Maksud lo? Lo nyuruh gue pindah duduk?"

Trisyilla menyengir kuda "mau ya? Soalnya Roman lagi pengen duduk sama gue"

Devi tidak menjawab dia malah menatap Trisyilla seolah-olah sedang menimang-nimang tawaran nya.

"Boleh?"

Devi pun dengan pasrah menganguk dan beranjak dari duduk nya untuk pindah ke tempat duduk Roman yang berada di sebrang meja nya, karena kebetulan Roman belum datang dan juga teman duduk baru Devi.

Tiba-tiba saja kursi yang berada tepat di samping Trisyilla bergeser Trisyilla pun mengangkat pandangan nya untuk mengetahui pelaku nya dan ternyata itu Roman.

"Hai" ucap Roman sembari tersenyum dengan sebelah tangan nya yang mengusap puncuk kepala nya.

"Hai juga"

Tiba-tiba suara berisik terdengar dari arah samping meja Trisyilla, ternyata ada perdebatan kecil disana antara Devi dan Fero. Vera yang baru saja datang langsung menghampiri meja Trisyilla dan bertanya.

"Mereka kenapa Syil?"

"Biasa lah Tom & Jerry. Devi jangan marah-marah mulu nanti kalau udah cinta kan berabe"

"Syil! Kok lo gak bilang si kalau gur bakalan duduk sama tiang upacara ini tau gitu gue ogah deh"

"Heh cabe pasar! Gue juga ogah kalau temen duduk nya lo"

"Udah-udah napa sih berantem mulu, gue setuju kok sama Syilla kali-kali kalian itu harus di persatukan"

"Ya udah lo aja sama ni tiang gue mah ogah" Devi beranjak dari duduk nya dan langsung pergi begitu saja.

"Dev! Woy Devi! Syill titip tas bentar gue susulin dia dulu kalau enggak nanti jajanan di kantin ludes lagi"

"Iya-iya"

"Syil" panggil Roman yang membuat Trisyilla menatap nya.

"Ya?"

"Nanti pulang sekolah kita mampir ke biasa yu?"

"Hm? Boleh ayo aja sih"

Bel masukpun berbunyi semua murid memasuki kelas nya masing-masing. Bel kembali berbunyi yaitu bel istirahat semua murid di istirahatkan oleh guru pengajar nya masing-masing.

"Cabe giling! minggir dong gue mau keluar"

"Apaan sih lo ganggu aja, lewat belakang kan bisa manja banget lo kayak bencong"

"Eh malah berantem, udah-udah yu ke kantin isi perut" lerai Trisyilla sembari menarik pergelangan tangan Devi.

"Fero, bangunin si Cipta" Fero melirikan mata nya ke arah meja Cipta, disana Cipta sedang tertidur dengan menyembunyikan wajah nya di atas lipatan tangan nya.

"Cipta! Bangun coy mau istirahat gak lo? Kebanyakan mengheningkan Cipta sih lo"

"Berisik banget si lo Ro, mulut lo berisik banget kayak emak-emak gibah" dengan rasa kesal Cipta berdiri dari duduk nya dan berjalan ke arah Roman dan Fero.

"Tidur apa latihan mati lo? Gak ada puas-puas nya lo tidur dari awal pelajaran untung aja lo gak ke notice sama guru"

"Jadi ngantin gak nih malah nge bacot aja lo"

"Ya udah ayo. Gue bantu tarik, lo pasti masih ngantuk kan?" Tanpa aba-aba Fero menarik kerah baju Cipta.

"Gila lo! Bisa mati mendadak gue kalau gitu cara nya"

"Ya elah lebay banget hidup lo, gue mah baik nolongin lo supaya lo bisa tidur terus tanpa ada yang bangunin. Iya gak Man?"

"Nah betul tuh" ucao Roman sembari tertawa kecil dengan mengacungkan jempol tangan nya.

"Mati dong?" Tanya Cipta. Roman dan Fero pun berjalan mendahului Cipta sembari tertawa.

TBC

"Berjuanglah terus-menerus dengan begitu aku tahu bagaimana berharga nya aku untukmu"

-Surrender-