webnovel

SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard

Rachel Gabriella Winata , cucu perempuan satu satunya yang dimiliki Bram Winata dan Retno Winata. Gadis remaja SMA yang dikawal oleh 3 orang anak laki laki seusianya yang memang merupakan saudaranya sendiri. Mereka adalah cucu cucu keturunan SULTAN. Rachel dijodohkan oleh Retno , atau oma Rere alias neneknya sendiri kepada seorang anak dari orang paling terkaya nomor dua setelah keluarganya . Akankah Rachel menuruti permintaan sang Nenek ? Atau Rachel akan menolaknya ? Simak terus kisahnya hanya di SULTAN FAMILY . Selamat membaca ! Semoga kalian suka :)

FheeKamikaze_ · Teenager
Zu wenig Bewertungen
111 Chs

TELAT SATU JAM...

**Di Ruang Kesehatan**

Beberapa ranjang pasien yang berada diruang kesehatan terlihat bersih dan rapi. Tidak ada yang menempati ranjang-ranjang tersebut. Perawat bu Yura pun hanya duduk santai sembari menatap layar laptopnya. Berbagai macam botol obat-obatan dari yang tablet, kapsul bahkan sirup juga yang lainnya seperti kasa, perban, plester tersusun rapi di rak yang berukuran sedang dengan tinggi mencapai 1 meter lebih.

Setibanya di depan ruang kesehatan, Jason langsung masuk tanpa harus susah payah mengetuk atau membuka pintu karena pintu tersebut akan terbuka secara otomatis ketika seseorang berdiri didepan pintu ruang kesehatan.

Kemudian Jason membaringkan tubuh Rachel di ranjang pasien yang berada tepat disamping toilet. Ia pun merogoh ponsel disaku celana olahraganya dan mengirimkan sebuah pesan yang entah kepada siapa?

"Bu? Boleh saya minta obat Rachel?" tanya Jason yang menghampiri meja Bu Yura. Dia tidak mencari sendiri di rak obat, sebab dirinya tahu bahwa ada obat khusus untuk Rachel yang diberikan oleh dokter Bagas dan sengaja disimpan Bu Yura untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba penyakit Rachel kambuh.

"Rachel?" ucap bu Yura sedikit terkejut. "Kenapa dia?" tanyanya seraya mengambil botol putih yang berada dilain tempat. Lalu mengeluarkan satu tablet obat berwarna hijau mint dan memberikannya pada Jason.

"Magh nya kambuh." jawab Jason singkat dan kembali menemui Rachel.

Wajah putih pucat pasi terlihat sangat jelas. Keringat dingin mulai bercucuran. Rasa mual dan nyeri diperutnya menyerang secara bersamaan. Ada sedikit rasa mules dan membuat Rachel ingin pergi ke toilet. Tetapi karena tubuhnya yang lemas dan tak bertenaga, Rachel sempat ingin terjatuh saat dirinya hendak turun dari ranjang. Untung saja Jason bergerak cepat dan menolong Rachel walaupun tubuhnya menjadi tumpuan.

Seketika jantung Rachel berdegup kencang saat kedua manik mata Jason saling bertemu dengan kedua mata indah milik Rachel. Mereka berdua pun sejenak bertatapan dengan jarak yang sangat dekat sampai Rafi datang mengubah suasana.

"Ck! Damn!" umpat Rafi ketika melihat pemandangan yang tak indah dimatanya itu. "Anjim banget kalian! Malah enak pacaran." rutuknya yang menyadarkan Rachel dan Jason akan kehadirannya.

Rachel pun segera berusaha membangunkan tubuhnya dari dekapan Jason yang tidak disengaja itu. Begitu juga dengan Jason. Ia segera bangun dan berdiri kembali.

"Awh!" ringis Rachel yang sengaja ia perlihatkan agar Rafi tidak banyak bertanya dan bicara berkepanjangan. Dengan cepat, Jason kembali menggendong Rachel dan membaringkannya diranjang.

"Baby bear, elo baik-baik aja kan?" tanya Rafi panik. "Soal hukuman, biar nanti gue yang ngomong sama oma." ucapnya lagi.

"Hukuman?" tanya heran Jason.

"Iya, Rachel mendapat hukuman dari oma gara-gara telat bangun." terang Rafi.

"Hanya karena telat bangun?" Jason hanya mengerutkan keningnya.

"Telatnya hampir satu jam, goblok!" tukas Rafi sedikit menaikan volume suaranya. Dan berhasil membuat Jason malah sedikit tertawa kecil. "Yeh, malah ketawa."

***

Bel berbunyi tepat pukul 15.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar pada sore itu telah usai. Seluruh murid segera merapikan dan membereskan buku mereka masing masing kedalam tasnya.

Tidak butuh waktu lama. Jason, Rafa, Rafi, dan Rio telah menghilang dari pandangan Melani. Membuatnya banyak berpikir dan bertanya-tanya. Kemudian ia menghampiri Laura.

"Heh Laura!" ucapnya. "Ups! Maksud gue, Lara." koreksi Melani seraya menutup bibirnya dengan jari tangannya. Laura pun hanya diam dan tak peduli. "Emm... Sepertinya elo masih dicuekin Rachel. Bagus deh! Dengan begitu, gue bisa singkirkan Rachel dengan mudah." ujarnya percaya diri.

"Berkhayal sih boleh, tapi jangan ketinggian. Kalau jatuh, nangis darah elo!" balas Laura seraya beranjak berdiri dari tempat duduknya dan berlalu pergi meninggalkan Melani.

"Sial! Sudah berani melawan dia." rutuknya. "Awas aja elo, Lara!"

Melani masih terdiam mematung, dia berpikir keras tentang kenapa akhir-akhir ini Rafa cs lebih memperhatikan Rachel ketimbang Laura. Ia tahu betul, bahwa sebenarnya Rafa dan Rafi menyukai gadis yang sama yaitu Laura.

"Sebenarnya Rachel itu siapa?" tanyanya dalam hati dan mulai berjalan meninggalkan kelas. "Apa dia hanya anak beasiswa yang beruntung bisa sekolah disekolahan elit ini? Gue juga gak pernah lihat dia bawa kendaraan sendiri atau diantar oleh supir." Isi pikiran Melani dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang Rachel. Dirinya sungguh tidak memahami hubungan antara Rachel dengan Rafa cs.

***

Sebuah mobil sport hitam melaju dengan sangat kencang. Beruntung pengemudi mobil itu bisa sampai di tempat tujuan dengan cepat, sebab jalanan yang ia lewati tidak begitu padat. Lalu dia berhenti dihalaman gedung kosong seperti yang dikatakan seseorang padanya.

Tanpa berpikir panjang, dia segera melepas almamater ciri khas sekolahnya dan hanya mengenakan seragam white brown. Kemudian bergegas masuk ke dalam gedung kosong tersebut dan mencari seseorang.

"Berani juga elo datang?" ucap seseorang dari balik tembok. Orang itu pun memakai seragam asal sekolah yang sama. Ya, mereka adalah Jason dan Leon.

"Why not?" balasnya. "Katakan sekarang, apa mau elo?" tanya Leon tanpa basa basi.

"Harusnya gue yang nanya, mau elo apa?"

"Gue mau Rachel!"

"Sudah gue duga." gumam Jason seraya memicingkan senyumannya.

"Gak usah bacot lo!" ketus Leon sambil melayangkan pukulannya pada wajah Jason sampai mengeluarkan sedikit darah disudut bibir kirinya. Tetapi Jason tak melawannya, dan membiarkan Leon memukul wajahnya untuk yang kedua kalinya.

Entah apa yang ada dipikirannya, Jason hanya tersenyum menyeringai setelah mendapat pukulan yang cukup keras dari Leon. "Gue biarkan kali ini elo yang menang. Dan gue pastikan dalam sekejap elo akan kalah." kecam Jason mengingatkan namun dengan nada santai. "Tapi ingat! Ini bukan karena Rachel." ucapnya lagi sembari berdiri.

Perkataan Jason membuat Leon hanya mengernyitkan alisnya. Dia tidak memahami maksud ucapannya. Setengah emosi juga setengah bingung yang dirinya rasakan. "Maksud elo apa?" tanyanya heran.

"You! And your family!" tekan Jason dan segera meninggalkan Leon dengan pemikirannya.

Leon semakin bingung dengan apa yang dikatakan oleh Jason. Jelas-jelas dirinya tak suka melihatnya dekat dengan Rachel. "Kenapa dia bawa-bawa keluarga gue? Gue kan ngelakuin semua ini karena Rachel?"

"Oh! Jadi semua ini rencana elo?" ucap Rachel tiba-tiba muncul begitu saja dan membuat Jason berhenti melangkah saat mendengar suara yang begitu familiar ditelinganya.

"Ra-Rachel?" gumam Jason seraya balik badan. "Damn! Itu beneran Rachel." Jason pun sedikit panik.

"Rachel?"

"Jadi kelima preman itu, anak buah elo?" tanya Rachel mengintimidasi Leon sambil menunjuk preman-preman yang dibawa oleh Rafa, Rafi dan Rio ke hadapan Leon.

"Euh? Kamu? Ka-kamu? Kamu dengerin dulu penjelasan aku, Chel." ujar Leon gugup dan terbata-bata.

"Gue gak butuh penjelasan dari elo!" bantah Rachel. Lalu melirik ke arah Jason. Ia nampak terkejut melihat darah yang keluar dari sudut bibir Jason, juga wajahnya yang lebam. Akan tetapi Rachel merasa heran terhadap Leon yang baik-baik saja. "Elo gak papa?" tanyanya menghampiri Jason.

"Elo tahu dari mana kita disini?" tanya balik Jason.

"Banyak bacot elo!" ketus Rachel. "Sini ikut gue!" ajaknya sambil menarik tangan Jason dan berlalu pergi.

Rachel membawa Jason ke sebuah taman yang tak jauh dari gedung tersebut dan membiarkan Leon menjadi urusan Rafa cs. Mereka duduk disalah satu bangku taman yang memang keadaannya begitu sepi. Mungkin yang ada hanya mereka berdua saja.

"Elo kenapa bisa bonyok begini sih?" tanya Rachel sembari mengobati luka lebam diwajah Jason.

"A-awh!" ringis Jason sedikit kesakitan karena lukanya yang sengaja ditekan oleh Rachel. "Pelan-pelan dong, parsel!" ucapnya kesal.

"Ya, gue gak habis pikir aja. Elo kan jago beladiri, kenapa bisa sampai kek gini? Sebenarnya elo berantem sama siapa?" Rachel pun terus mengoceh dan mengomel.

"Gue gak berantem!" sangkal Jason santai.

"Nih orang kagak waras kali ya?" umpat Rachel. "Kalau gak berantem gak mungkin elo bonyok gini, Es batu! Leon itu gak bisa bela diri."

"Ya itu karena gue gak melawan aja."

"WHAT!?"

★★★★★