**Pukul 14.30 WIB**
Hari semakin siang , terik matahari semakin menyengat . Sudah setengah hari keluarga Winata mencari keberadaan Rafa , namun belum ada hasilnya . Mereka pun belum menemukan satu petunjuk apapun .
Untuk saat ini mereka beranggapan bahwa mungkin ini sebuah penculikan . Tetapi mereka belum dapat memastikan kalau hilangnya Rafa itu karena diculik .
***
Masih ditempat yang sama. Rafa kini tak berdaya , ia sama sekali tidak bisa berontak karena kondisi badan yang lemah . Perempuan itu telah menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuhnya Rafa supaya Rafa tiada daya dan upaya . Ditambah perempuan tersebut tidak memberikannya makan dan minum yang membuat tubuh Rafa semakin lemas .
Tenggorokan sudah mulai terasa kering . Rasa haus pun kian melanda , namun ia harus menahan rasa lapar dan dahaga yang entah sampai kapan . Dalam hati ia berdoa semoga masih diberi kesempatan untuk hidup. Ia tak ingin mati muda , apalagi harus mati dengan cara yang tragis .
Namun Rafa tak lepas dari pandangan kedua penjaga laki laki yang selalu mengawasinya . Mereka adalah suruhan orang yang telah menyekap Rafa .
***
Rachel dan yang lainnya masih menyelidiki dan mencari tahu lebih dalam tentang Alisa Putri . Mereka menduga penyebab utama Rafa hilang ada kaitannya dengan meninggalnya almarhum. Meskipun dugaan mereka belum tentu benar.
"Apa mungkin , kado itu sengaja dikirim oleh salah satu dari anggota kelurganya ?" pikir Rachel.
"Ah ! Apa dia punya saudara ?" timpah Rio . "Punya kakak atau adik gitu ?"
"Oh iya ! Kalau gak salah dia punya kakak , perempuan." timpal Laura mengingat ingat.
"Iya kalau gak salah , berarti benar dong ." tukas Rafi .
"Gak tahu juga sih ." ucap Laura cengengesan.
"Iihh , gimana sih lo ? Gak meyakinkan banget." ketus Rafi. "Elo tuh sebenarnya temannya bukan sih ?"
"Iya gue tuh gak tahu , karena gue belum pernah ketemu sama sekali ." ujar Laura. "Alisa itu tinggal sama emak bapaknya , dan kakaknya tinggal sama kakek neneknya di Tiongkok" jelasnya . "Kalau gak salah , Alisa itu panggil kakaknya dengan sebutan ci Mori."
"Tapi kan , elo pernah maen ke rumahnya . Masa lo gak pernah lihat fotonya ?" tanya Rachel.
"Kalaupun gue pernah lihat , belum tentu gue bisa mengenali wajah aslinya. Lagian , difoto sama aslinya kan gak bakalan sama ." kata Laura menjelaskan kembali.
"Okeh , sekarang gini aja deh . Berhubung waktu sudah mulai sore . Biar cepat , gue hubungi bokap gue dulu . Gue bakal suruh bokap , buat awasin rumah kosong yang ada ditaman ." Rio pun mulai bergerak cepat .
"Nah , mantul tuh !" ucap Rafi nimbrung.
"And now , gue kasih tugas sama elo ." ujar Rio seraya menunjuk Laura .
"Kok gue ?" tanya Laura heran.
"Kalau bukan lo , siapa ? Gue ? Iya kali , kenal juga kagak. Elo kan temannya ." sarkas Rio.
"Terus , gue harus ngelakuin apa ?" tanyanya.
"Mudah kok ." sahut Rio . "Elo cuma tinggal mengunjungi rumahnya aja ." titah Rio.
"Hah !? Mau ngapain coba ?" tanya Laura lagi .
"Ya , elo pura pura silahturahmi kek , atau apalah. Pokoknya elo cari alasan sendiri deh ." Rafi pun berpendapat. "Gue yakin , kalau elo tuh gak bodoh . Elo pasti tahu harus ngelakuin apa ?"
"Maksa amat sih !" ketus Laura kesal .
"Katanya mau jadi teman gue , tapi kok gak mau bantu ." sindir Rachel .
"Ck ! Argh ! Iya iya , gue bantu . Anterin tapi ." ujar Laura .
Setelah sepakat , Rio pun segera menghubungi bokapnya. Lalu ia bergegas menuju rumah Alisa.
**Ditaman**
Haris , Andrian , dan Andrea kini tengah bersama orang orang yang akan membatu mencari Rafa . Termasuk Irjen Hamzah yang sebagai anggota kepolisian pun ikut serta dalam pencarian itu. Mereka pun saling berbagi tugas .
Haris juga menyarankan supaya berpencar dan tidak berkumpul hanya disatu titik saja . Setelah mendapat petunjuk tentang rumah kosong . Ia segera menyusun rencana untuk memastikan bahwa didalam rumah kosong tersebut apakah ada orang atau tidak ?
"Mas ! Gimana kalau kita sewa orang saja ?" usul Andrea. "Eh , bukan sewa tapi ngundang ."
"Maksud kamu ?" tanya Haris penasaran. Lalu Andrea pun segera menjelaskan maksud dan tujuannya.
"Gimana ? Setuju gak ?" tanya balik Andrea.
"Wah ! Ide bagus tuh Pak Andre." puji Irjen Hamzah.
"Jadi setuju nih ?" tanya Andrea memastikan dan langsung mendapat persetujuan dari yang lainnya.
Kemudian Andrea menghubungi salah seorang rekannya yang bekerja sebagai jurnalis. Ia pun menawarkan pekerjaan tersebut dengan harga tinggi . Meskipun dirinya tahu , para jurnalis itu dibutuhkan hanya untuk beberapa menit saja. Karena Andrea tahu , jika memang dirumah kosong tersebut terdapat penjaga. Maka para jurnalis tidak akan bisa masuk ke dalam rumah itu untuk meliputnya . Tetapi jika sebaliknya , maka para jurnalis bisa lanjut meliput sekitaran rumah kosong tersebut.
Namun bukan itu alasan Andrea mengundang tim jurnalis . Mereka hanya dijadikan sebagai umpan saja . Tetapi Andrea telah merencanakan sesuatu lebih dari itu . Sebelumnya , ia disarankan juga untuk tidak lansung bertindak sebelum Rio dan yang lainnya mendapatkan petunjuk yang lebih akurat . Rencana Andrea disusun hanya untuk berjaga jaga saja , sisanya menunggu kehadiran anak anaknya tiba di taman.
**Dirumah Alisa Putri**
Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB . Seperti yang ditugaskan Rio , Laura saat ini sedang berada di rumah almarhumah Alisa Putri . Berhubung Laura tidak pernah berkunjung kembali sejak kali terakhir sewaktu hari kepergian sahabatnya itu . Dan ini juga waktu yang pas , sebab pada tahun ini Laura kembali pindah ke Jakarta setelah menetap di Bandung selama tiga tahun .
"Tok ! Tok ! Tok !" Laura pun mengetuk pintu, lalu megucap salam . "Assalamu alaikum !" ucapnya . Kini ia telah berdiri didepan sebuah pintu rumah yang terbilang cukup mewah. Menunggu seseorang membukakan pintu untuknya . Laura berharap semoga rumah yang ia datangi masih milik orang tuanya Alisa.
Tak lama kemudian , seorang wanita paruh baya datang dan membukakan pintu untuk Laura. Jika dilihat dari penampilannya , mungkin wanita itu seorang pembantu dirumah ortunya Alisa. Karena Laura tidak mengenalinya .
"Sore !" sapa Laura .
"Cari siapa ya ?" tanya wanita itu. "Oh , non temannya non Maureen ya ?" lanjutnya. Mendengar ucapannya , Laura sedikit terkejut saat wanita tersebut menyebut nama Maureen . Seketika ia teringat akan Maureen kakak kelasnya itu . Namun pikiran itu ia hilangkan karena mungkin saja namanya kebetulan sama .
"Silahkan masuk dulu non ." titahnya . "Tapi , non Maureen lagi gak ada dirumah . Mungkin malam pulangnya."
"Siapa bi ?" Tiba tiba seorang laki laki bertanya dari arah belakang dengan suara beratnya . Terdengar suara langkah kaki yang sepertinya sedang berjalan menghampirinya.
"Loh ? Ini kan ?" ucap kaget laki laki tersebut seraya mengingat ingat tamu nya tersebut.
"Sore Om !" sapa Laura sambil mencium punggung tangan laki laki itu .
"Laura , apa kabar sayang ?" tanya Toni , papahnya Alisa sambil memeluk erat Laura.
"Ba-baik om." jawab Laura terbata bata seraya melepas pelukannya. "Om sendiri gimana ? Tante apa kabar ?" tanya balik Laura.
"Alhamdulillah baik , tante juga sehat ." jawab lembut Toni. "Kamu pindah lagi ke Jakarta , atau hanya berkunjung saja ?"
"Laura pindah lagi ke Jakarta , om ." timpalnya. Lalu ia menyodorkan satu paperbag berisi brownis cake kesukaan keluarga Toni yang ia tenteng sedari tadi . "Ini om , Laura bawakan cake kesukaan om sama tante ."
"Wah ! Gak usah repot repot sayang ." ujar Toni sambil mengelus puncak kepala Laura . "Mah !" teriaknya memanggil Sarah , istrinya . Yang tak lain adalah mamahnya Alisa. "Mamah !" panggilnya sekali lagi .
"Iya , pah !" sahutnya dari lantai atas . "Kenapa sih , pah ? Kok papah teriak , ada apa ?" tanyanya seraya berjalan menuruni anak tangga menghampiri Laura dan Toni .
"Ini mah . Coba lihat , siapa yang datang ?" tanya Toni memberi kejutan .
"Siapa sih pah , kok papah seneng banget gitu ?" tanya Sarah penasaran . Ia pun sontak terkejut sampai membelalakkan matanya ketika telah sampai diruang tamu dan melihat gadis remaja yang tengah berdiri dihadapannya.
"La-Laura ?" ucapnya seraya berjalan menghampiri Laura , lalu merangkul dan memeluknya .
Kedua orang tua Alisa memang sangat dekat dengan Laura . Karena hanya dia , teman satu satunya yang dekat dengan anaknya yang sudah meninggal . Maka tak heran , jika Laura diperlakukan spesial oleh Toni dan Sarah. Laura sudah dianggap seperti anaknya sendiri . Karena dengan begitu , mereka merasa ketiadaannya Alisa telah tergantikan oleh sosok Laura . Gadis cantik yang sama baiknya seperti Alisa , anaknya.
"Tante kangeeennn sekali , sama kamu ." ujar Sarah sambil mencium kedua pipi Laura berkali kali secara bergantian.
"Sama tante . Laura juga kangen sama tante." balas Laura dengan senyumnya yang manis . "Makanya Laura datang ke sini ." lanjutnya.
Setelah beberapa menit mereka mengobrol dan melepas rasa rindu mereka , Laura meminta ijin kepada Toni dan juga Sarah . Untuk mengambil barang miliknya yang pernah dipinjam oleh almarhumah Alisa.
"Om , tante ? Laura ke sini mau ngambil buku diary yang sempat dipinjam oleh Alisa dulu ." ujar Laura. "Laura pengen ambil karena disitu banyak cerita tentang kita berdua . Apapun ceritanya , kita pasti tulis dibuku itu . Supaya bisa dikenang ." jelasnya .
"Emm... Anak tante lagi rindu ya ?" goda Sarah terhadap Laura . "Kamu ambil sendiri aja ya , tante kan gak tahu bukunya yang mana ." ucapnya lagi.
"Memangnya boleh ?" tanya Laura memastikan .
"Ya , boleh dong sayang ." jawab Sarah seraya tersenyum bahagia.
"Uuhh ! Makasih tante ." kata Laura sumringah.
"Ya udah , kamu cari aja dulu bukunya dikamar Alisa . Kamarnya gak dikunci kok ." titah Sarah .
"Kalau gitu , Laura naik dulu ya ke atas ." ujarnya seraya berjalan menaiki anak tangga . Laura pun bergegas menuju kamar almarhumah Alisa . Walau sebetulnya tujuannya bukan buku diary , itu hanya sebagai alasan saja.
Setibanya dikamar , Laura merasa gugup saat melihat sekeliling kamar tersebut . Terlihat begitu sangat rapi seperti biasanya . Poster dan foto boyband favorit mereka pun masing terpampang di dinding kamar. Sejenak ia mengingat masa masa saat masih bersama . Terbayang sebuah bibir yang membuat lengkungan ke bawah dengan penuh kebahagiaan , disertai gelak tawa dan candaan yang membuat dirinya dan Alisa begitu hangat .
"Gue rindu lo , Al ." batin Laura . Mata Laura pun mulai berkaca kaca , ia merasa tak sanggup jika harus berlama lama berdiam dikamar tersebut. Dengan segera , Laura langsung mencari sesuatu yang bisa menjadi petunjuk untuk mempermudah pencarian Rafa.
Laura memulai dari laci nakas sebelah ranjang kasur , tetapi ia tak menemukan apa apa. Lalu ia berjalan menuju meja belajar . Kemudian mengobrak abrik tumpukan buku . Sampai dia menemukan salah satu buku bersampul grup boyband BTS . Karena penasaran , Laura pun membuka isi dari buku tersebut .
Kaget bukan kepalang , saat ia membuka buku itu ia mendapati sebuah foto berukuran kecil yang menempel dilembar kertas . Namun foto itu sudah penuh dengan coretan tinta merah berbahan spidol , sampai tak berbentuk wajah dari foto tersebut . Dan ia pun menemukan sebuah tulisan di halaman lainnya. Tetapi ia tak langsung membacanya sebab dirinya dikejar oleh waktu .
Sebelumnya , Laura diingatkan oleh Rio untuk tidak berlama lama dirumah orang tuanya Alisa. Laura pun dengan cepat memasukkan buku tersebut ke dalam tas nya . Lalu ia lanjut mencari buku diary yang ia jadikan sebagai alasan , agar tidak meninggalkan jejak kecurigaan Toni dan Sarah terhadap Laura.
Tak lama dari itu , Laura menemukan juga buku yang dicarinya dari dalam laci . Tapi , saat pengambilan ada sesuatu yang terjatuh ke lantai dari dalam buku tersebut.
"Apa itu ?" tanyanya penasaran . Lalu diambilnya benda tersebut . "Hah , flashdisk ? Flashdisk apaan ya ? Gue ambil aja kali yah , siapa tahu dapat petunjuk juga." pikirnya .
"Bukunya udah ketemu ?" tanya Sarah tiba tiba mengagetkan Laura .
"Astaga , tante !" ucap kaget Laura seraya mengelus dada. "U-udah tante ." sambungnya dengan senyum tipis sambil menunjukkan buku yang dicari.
"Kamu mau langsung pulang atau mau makan malam dulu bareng om , tante , sama cici nya Alisa ?" tanyanya. "Biar sekalian tante kenalin , kamu kan belum pernah ketemu sama cici nya Alisa ."
"Eeump ? Sebenarnya , Laura pengen banget ketemu sama cici . Tapi... Laura udah ada janji sama teman ." ucapnya sedih.
"Ya udah gak papah , lain waktu kan kamu bisa main lagi ke rumah tante ." tukas Sarah menyemangatinya . "Lagian , cici juga sekarang sudah tinggal di Indo . Nanti , kapan kapan tante ajak ketemuan sama kamu . Jangan sedih ya ?"
"Oke , tante !" ucap Laura senang .
"Oh iya ! Kamu lanjut sekolah dimana sayang ?" tanya Sarah.
"Di SMA Antariksa tante ." sahutnya.
"Wah , Antariksa ya ? Cici juga sekolah disana . Dia kelas dua belas , masuk jurusan IPS tapi tante gak tahu IPS berapa . Suka lupa soalnya , maklum sudah tua ." jelasnya .
"Oh , semoga bisa ketemu deh disekolah ." timpal Laura. "Kalau gitu , Laura pamit pulang deh tante . Sudah sore juga ." lanjutnya seraya menengok jam ditangannya.
"Terima kasih ya Laura , kamu sudah mau berkunjung ke sini . Ya , walaupun sudah gak ada Alisa ." ucap Sarah berterima kasih.
"Sama sama tante ."
"Hati hati ya , sayang."
"Mari tante . Assalamualaikum !"
"Wa alaikum salam ."
Waktu menunjukkan pukul lima sore. Laura pun segera pergi meninggalkan Sarah dilantai atas . Namun kaget bukan kepalang , ketika ia sampai dipintu depan . Ia bertemu seorang gadis seusianya yang ia begitu kenal . Keduanya sama sama kaget. Nampak terlihat begitu tak percaya dimata Laura . Ia hanya terdiam mematung dengan mata membelalak dan mulut yang menganga .
"ELO ?????"
★★★★★
•••Hayo ! Menurut kalian siapa ya gadis yang ditemui Laura dipintu depan ? Apakah cicinya Alisa ? Atau orang lain ? Stay terus ya readersku :) Tunggu kelanjutannya.•••