Ketika malam tiba, Rachel melepas rasa rindunya terhadap Rere. Usai makan malam, mereka berkumpul dan berbincang-bincang diruang keluarga. Keharmonisan keluarga Winata selalu terlihat saat menjelang hari libur seperti, malam minggu.
Sifat manja Rachel akan terlihat ketika ia berada dilingkungan rumahnya, berbeda ketika sedang berada diluar rumah. Seperti disekolah, Rachel selalu terlihat sedikit bar-bar juga kadang cuek kadang ramah. Mungkin karena ia cucu sekaligus anak perempuan satu-satunya, keluarganya selalu memanjakannya terutama Bram sang kakek.
"Chel! Ada kontes MCL malam ini." ujar Rafi mengingatkan.
"Oh iya, gue lupa." ucapnya. "Semuanya, Rachel ke atas dulu ya. Bye eyang, bye oma." Rachel pun beranjak pergi seraya sedikit melambaikan tangannya. Lalu mengambil ponselnya dinakas samping tempat tidur dikamarnya kemudian berkumpul diteras atas bersama yang lainnya, termasuk Laura.
"Elo punya hutang cerita sama kita." sindir Rafi yang memang menunggu Rachel bercerita dengan keanehan tingkahnya akhir-akhir ini.
"Apa yang harus gue ceritain ?" gumam Rachel sok polos.
"Pokoknya gue gak mau tahu, elo harus cerita sekarang." desak Rafi.
"Udahlah Chel, elo gak bisa main rahasia-rahasiaan dari mereka." tukas Laura ikut memaksa Rachel untuk segera bercerita.
"Kok maksa sih ? Pada aneh anjir." rutuknya.
"Elo yang aneh." cibir Rafi sedikit kesal.
"Ck! Mau pada main gak sih ? Ah elah, ribut mulu." ucap Rio menengahi. "Menangin dulu pertandingan ini, baru elo ribut lagi."
Rafi dan Rachel pun saling diam dan tak bicara lagi. Mereka fokus untuk memenangkan kontes game tersebut. Setelah berhasil macth, Rafa mulai mengarahkan untuk ban 3 hero yang menurutnya susah untuk ditaklukan.
Seperti biasa, Rachel menggunakan hero mage andalannya. Rafi menggunakan hero Hanabi sebagai marksman, Rio memakai hero Gusion sebagai assasin. Lalu Rafa menggunakan hero Roger, dan Rey menggunakan Nana sebagai hero paling nyebelin diland of down yang selalu membuat kehebohan hero lawan.
***
Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Mereka masih berkumpul diteras bersama dengan gamenya kecuali Laura, yang asyik sendiri dengan beberapa buku pelajaran.
"Woi Flora! Ini malam minggu, ngapain elo bergulat dengan buku pelajaran ?" ujar Rafi heran.
"Heh SAPI! Otak gue itu udah bagus masih bisa memenuhi kriteria rata-rata nilai. Ya, wajar dong kalau gue masih buka buku pelajaran." ketus Laura cemberut.
Rafa yang awal nya hanya fokus menatap layar ponselnya sedikit melirik apa yang sedang dikerjakan oleh Laura.
"Elo ngerjain soal matematika yang kemarin gue kasih?" tanya Rafa lalu menghampiri Laura dan duduk disampingnya. Laura pun mengangguk. Untung saja kontes gamenya sudah berakhir, jadi Rafa bisa membantu Laura.
"Gue masih belum ngerti soal yang ini." jawab Laura seraya menunjuk satu soal yang ada dicatatannya. Rafa pun kembali menjelaskan cara pengerjaan soalnya secara pelan-pelan agar mudah dipahami oleh Laura.
Rafi yang melihat kedekatan mereka berdua berubah total dari yang biasa aja menjadi luar biasa panas hati. Karena kesal, tak sadar ia telah membunuh beberapa hero sampai terdengar kata SAVAGE.
Rio pun sadar akan hal itu membuat dirinya tersenyum dan mengerti situasi apa yang sedang dihadapi oleh Rafi.
"Aahh! Jangan nyampah dong, bang." rengek Rey tak terima saat dirinya gagal membunuh hero lawan karena kedahuluan oleh Rafi.
"Makanya, bertindak itu lebih tepat ketimbang harus usil." sindir Rio yang membuat Rachel sedikit mencerna kata-kata Rio.
"Elo ngomong apaan sih, Yo?" tanya Rachel yang tak mengerti maksud dari ucapan Rio.
"Kepo lo." sahut Rio dengan senyum menyeringai.
Rafi yang mengerti maksud ucapan Rio adalah untuk dirinya hanya menghela nafas kasar.
"Udah ah, gue mau nyiapin dulu sesuatu." ucap Rachel beranjak berdiri. "Na, elo mu ikut ngamar sekarang apa nanti ?" tanya Rachel pada Laura.
"Kalau elo mau cerita, sekarang gue ikut lo." ujar Laura meminta pertimbangan.
"Hufh! Oke, elo tinggal milih aja tidur dilantai apa tidur dikamar dekat gudang ?" tukas Rachel seraya pergi.
"Kok gitu sih Chel? Iya, iya gue gak maksa buat elo cerita deh." serunya sambil mengejar Rachel.
***
Rachel masih menatap layar laptop, saat ini ia tengah mencari sesuatu diinternet. Padahal waktu sudah larut malam. Berbeda dengan Laura yang sudah pergi ke alam mimpi sejak masuk kamar bareng Rachel.
Line !
Satu notifikasi pesan dari ponsel Rachel berbunyi. Namun Rachel mengabaikannya.
Line !
Line !
Line !
Sampai notif itu muncul beberapa kali membuat ponsel Rachel berisik yang semula sepi sunyi seperti kuburan.
"Ish! Siapa sih malam-malam gini kirim pesan ?" rutuknya sambil melirik ponselnya. "Sweet Devil ?"
***
Laura terbangun dari tidurnya tepat pukul 5 pagi. Ia melihat Rachel tertidur tepat depan laptopnya yang masih menyala. Laura pun sedikit mengintip laptopnya dan melihat apa yang tengah dikerjakannya sampai larut malam.
"Gila! Bilangnya setengah hati, tahu-tahu nya dia nyiapin ginian." umpat Laura tak percaya. "Gue yakin kalau gini caranya Rachel pasti menang." ungkapnya. Lalu Laura beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Selang beberapa menit, Laura sudah memakai pakaian jogging nya usai melaksanakan shalat subuh. Tepat pukul 05.40 WIB, Laura keluar kamar Rachel dan segera turun.
"Flora !" panggil seseorang saat baru menuruni 3 anak tangga. Laura pun menoleh kebelakang. "Kok elo sendiri ?" tanyanya.
"Sapi ? Emm... Iya, Rachel masih tidur." jawab Laura sedikit santai.
"Tumben ? Ini hari minggu, biasanya dia semangat." ucap Rafi heran seraya menyamakan langkahnya dengan Laura.
"Gue sengaja gak bangunin. Semalam dia tidurnya pagi deh, kasihan."
"Tidur pagi ? Ngapain aja tuh anak sampai tidur selarut itu ?"
"Dia nyiapin sesuatu untuk kontesnya nanti."
"Maksud lo, ajang Putri Indonesia ?"
"Heem. Persiapan Rachel tuh sudah mencapai 99%. Dan gue yakin kalau dia pasti menang."
"Kalau elo udah yakin dia menang, harusnya dia gak usah ikutan ajang gituan. Lagian dia selalu menjadi tranding topik nomor 1."
"Elo tuh kenapa sih Fi ? Kayak nya elo gak pengen si Rachel ikutan kontes itu ? Saudara macam apa elo ? DasarAneh." gerutu Laura yang kesal pada Rafi.
Laura pun mulai berjogging dan meninggalkan Rafi yang masih didalam rumah.
"Bukan gitu maksud gue, Ra. Flora!"
***
Pukul 7 pagi, Rachel baru membuka matanya. Itupun karna sesuatu telah membuatnya terbangun. Cahaya matahari yang menembus jendela telah menyilaukan matanya, sehingga dengan terpaksa Rachel harus bangun dari tidurnya.
Rachel membangunkan setengah badannya lalu menyandarkan di sandaran kasur dengan jari tangan sedikit memijat pelipis keningnya. Ia merasa kepalanya sangat pusing.
Rachel pun mengambil ponsel yang tergeletak dikasur begitu saja, lalu membuat satu panggilan pada seseorang.
📞"Bi, tolong ambilkan obat dong. Kepala aku sakit nih." titahnya usai panggilan tersambung dan langsung mengakhiri panggilan tersebut.
Rafa sedikit terheran melihat bi Sumi melangkah cepat menaiki anak tangga sembari membawa nampan berisi satu gelas susu putih dengan dua potong sandwich. Lalu dengan segera ia juga menyusul bi Sumi.
"Bi, susu buat siapa ?" tanya Rafa yang langsung menghentikan langkah bi Sumi.
"Ini den, buat non Rachel." jawabnya.
"Kenapa ada obat juga ?"
"Iya, tadi non Rachel minta saya ambilkan obat."
"Rachel sakit ?"
"Gak tahu juga den."
"Kalau begitu, biar saya saja yang nganterin obat sama susunya."
"Boleh den." bi Sumi pun memberikan nampan yang ia bawa dan berlalu pergi.
Kini Rafa yang membawa langsung nampan tersebut ke kamar Rachel. Tanpa mengetuk pintu atau memanggil nama Rachel, Rafa langsung masuk ke dalam kamar Rachel.
"Loh, bang Afa ?" ucapnya yang sadar akan kedatangan Rafa. "Kok, elo yang bawain susu ?" tanyanya heran.
Namun Rafa mengacuhkannya dan segera meletakan nampan dinakas samping tempat tidur.
"Buka mulut elo." suruh Rafa dengan wajah datarnya. Rachel pun menurut lalu membuka mulutnya tanpa tahu apa yang bakal Rafa lakuin terhadapnya.
Satu potong roti sandwich langsung Rafa masukan kedalam mulut Rachel secara paksa.
"Apang iiihhh !" teriaknya tak jelas karena tersumpal roti.
"Elo gadang ?" tanya Rafa menginterogasi seraya melipat kedua tangannya.
"Enggak! Kata siapa ?"
"Mata panda elo tuh yang cerita."
★★★★★