Beberapa hari kemudian, Rachel sudah bisa masuk sekolah lagi meskipun luka diperutnya belum sembuh seratus persen. Bukan karena soal tertinggal pelajaran melainkan hanya merasa bosan jika harus tinggal dirumah tanpa ngapa-ngapain.
Semakin hari Rachel semakin dekat dengan Leon. Setiap haripun Rachel pergi ke sekolah diantar jemput olehnya. Terkadang Rachel juga mampir ke rumah Leon.
Sikapnya membuat semua orang bertanya-tanya. Apa Rachel sudah membuka hatinya untuk Leon ? Tetapi tidak dengan Rafa, ia malah berpikir apa yang sedang direncanakan oleh Rachel ? Meskipun Rachel tak pernah mengatakan apapun namun Rafa yakin bahwa Rachel tidak bersungguh-sungguh dengan apa yang dilakukannya terhadap Leon.
Nana pun semakin kesal melihat Rachel yang semakin lengket dengan Leon. Rencananya gagal untuk menjauhkan mereka berdua. Entah apa yang harus dilakukannya lagi untuk bisa kembali merebut Leon kepelukannya. Segala cara telah ia lakukan tapi semua sia-sia.
Seiring berjalannya waktu, Rafa dan yang lainnya membiasakan diri dengan perubahan sikap Rachel. Rafa mencoba bersabar dan tetap yakin dengan pemikirannya, walaupun tak tahu sampai kapan.
***
Beberapa bulan kemudian, ujian kenaikan kelas pun dimulai. Dimana dari setengah bahkan hampir seratus persen semua murid pasti merasakan gugup menghadapi ujian akhir semester ini, meskipun sudah belajar setiap waktu.
Hanya Rachel dan yang lainnya yang terlihat begitu santai menghadapi akhir dari perjuangannya dikelas satu. Mungkin Rachel kelewat pintar, sehingga ia bersikap biasa saja. Yang pasti jangan lupa berdoa sob. Itu yang utama.
Seminggu setelah ujian berakhir, sekolah mengadakan Perlombaan olahraga antar kelas. Rachel pun menyumbang tenaganya untuk mengikuti lomba bulu tangkis tunggal tingkat putri. Rafa dan keenam cowok lainnya ikut tanding basket. Karena peraturannya sistem gugur, maka yang kalah tidak dapat bermain lagi.
Kelas X.1 berturut turut memenangkan beberapa perlombaan dan akan menuju ke babak final. Rachel telah berhasil memenangkan juara 1 bulu tangkis melawan kelas XII. IPS 1. Kini giliran tim basket yang diketuai oleh Rafa melawan kelas XI. IPA 2. Dan akhirnya, tim Rafa yang menang.
Usai perlombaan dilaksanakan, kini tiba saatnya semua murid menerima hasil nilai akhir. Sebelum Bu Merry membagikan raport pada semua murid, beliau memberikan sepatah atau dua patah kata terkahir sebagai ucapan terima kasih sekaligus perpisahan dengan anak didiknya dikelas X.1.
"Baik, Ibu akan membagikan raport sesuai urutan peringkat yang kalian dapat." tutur bu Merry. "Tetapi sebelumnya, ada pengumuman penting yang harus ibu sampaikan. Kelas ini, mendapat juara umum kelas terbaik dari seluruh kelas satu. Dan ada dua murid terpilih yang akan menjadi perwakilan dari SMA kita untuk belajar kilat di salah satu sekolah ternama di Jepang selama tiga bulan."
"Jepang ?" ucap serempak semua murid.
"Ibu serius ?" tanya salah satu murid perempuan yang langsung dijawab anggukan pelan oleh bu Merry.
"Wah, kira-kira siapa nih Bu ? Jadi penasaran."
"Dua murid dengan nilai terbaik yang akan menjadi perwakilan itu adalah...." bu Merry pun menggantung perkataannya sambil tersenyum melirik semua murid yang ada dihadapannya.
"Gue rasa itu Rachel." tebak Nadin yakin.
"Nah, betul tuh." timpah Salsa.
"Tapi satu orang lagi siapa ya ?"
"Gak mungkin kan kalau Leon ?"
"Lah, kenapa gak mungkin ?" ucap Leon nyolot. "Gue kan tunangannya."
"Heh singa! Gak ada ya hubungannya sama tunangan elo atau bukan. Ini soal IQ, otak lo aja otak udang, mana mungkin elo punya nilai terbaik." sewot Nadin. Seketika kelas pun menjadi gaduh dan semua murid tak sabar ingin tahu siapa dua murid tersebut.
"Selamat kepada... Rachel Gabriella." lanjut bu Merry yang langsung mendapat sorakan dan tepuk tangan dari semua murid.
"Gue kata juga apa." ucap Nadin bangga.
"Dan satu orang lagi adalah.... Jason Geraldo." sambung bu Merry. Mendengar nama Jason disebut, semua murid tak percaya dan sontak terkejut. "Selamat ya, kalian berdua terpilih sebagai perwakilan sekolah kita. Untuk jadwal pemberangkatan, mungkin seminggu sebelum sekolah dimulai." jelasnya.
"Kenapa harus Jason sih bu ?" protes Leon.
"Heh! Kan udah gue bilang, elo itu gak ada apa-apa nya. Sama gue aja MASIH KALAH JAUH." Nadin pun meledek Leon dengan sedikit bernyanyi ala-ala tektok.
Selesai pembagian raport, semua murid pun memberi selamat pada Rachel dan Jason sekaligus mengucap salam perpisahan pada kelas X.1.
Sebelum bubar barisan, Leon memberitahukan bahwa pada malam minggu besok ia akan mengadakan pesta ulang tahunnya dan mengundang semua murid dikelas itu.
***
Sabtu pagi, Rachel sudah mendapat kiriman hadiah dari Leon. Sebuah gaun mewah berwarna gold yang katanya kiriman langsung dari Tiongkok dan merupakan produk terbaru dari designer ternama. Juga sepasang sepatu heels berwarna transparant kebiru-biruan.
Waktu menunjukkan pukul 8 pagi. Rachel yang terlihat sedang bermalas-malasan hanya rebahan disofa kamarnya sambil menatap layar ponselnya. Tiba-tiba ponsel Rachel berdering. Tertera nama Fauna dengan emoticon ayam yang baru menetas dari telurnya.
📞"Wae ?" tanya Rachel malas.
📞"Anter gue ke mall dong. Gue gak punya baju nih." ucap Laura.
📞"Malas ah. Minta antar abang gue aja tuh."
📞"Ck! Pokoknya elo harus antar. Gue tunggu 15 menit."
📞"Dih, maksa."
Laura pun menutup panggilannya membuat Rachel mau tak mau harus pergi. Sekalian refreshing dan mencuci mata.
***
Rachel pun membawa Laura ke salah satu mall milik tante Marissa. Dan langsung pergi menuju lantai atas kelas VIP dengan menaiki lift. Sebelumnya, Rachel telah menkonfirmasi pada tante Marissa akan berbelanja ditempatnya.
"Apa elo udah pernah kesini ?" tanya Laura ragu.
"Belum sih. Tempat ini terbilang masih baru buka setahunan lebih." jawab Rachel. "Gue tunggu disini, elo pilih-pilih aja dulu." ucapnya seraya duduk disofa yang disediakan.
"Its okay!" Laura pun segera berkeliling mengitari baju-baju dan gaun yang bergelantung ditoko. Lalu mata Laura tertuju pada salah satu gaun berwarna tosca. Sepertinya ia jatuh cinta pada gaun tersebut.
Namun saat hendak mengambilnya, tiba-tiba datang seorang gadis remaja dengan perempuan setengah tua yang mungkin itu ibunya atau bisa jadi neneknya merebut gaun tersebut.
"Saya mau yang ini." ucap gadis itu seraya memberikan gaun tersebut pada pelayan toko.
"Woi! Itu punya gue." bentak Laura kesal. "Main rebut aja elo."
"Cih! Cewek kayak elo, gak pantas pakai gaun semewah ini." ketusnya.
"Gaun ini cocoknya dipakai anak saya. Bukan anak kampungan kayak kamu." ledek ibu-ibu yang bersama gadis itu.
"Tapi itu gue duluan yang lihat." tukas Laura gak mau kalah.
"Cepat mbak, bungkus gaun itu." suruh ibu-ibu tersebut.
"Gak! Ini punya gue." Laura pun merebut kembali gaun yang sudah dipegang oleh pelayan toko. Namun direbut lagi oleh gadis sangar itu.
"Maaf nyonya, tapi gadis itu duluan yang lihat gaun ini." ucap lembut pelayan toko itu yang mungkin usianya sekitaran 25 tahunan.
PLAAKKK!!!
Satu tamparan mulus mendarat dipipi pelayan toko itu.
"Berani kamu sama saya ? Saya itu langganan ditoko ini." ucap Ibu-ibu itu bengis.
Mendengar suara-suara seperti orang ribut, Rachel yang semula fokus dengan ponselnya ia beranjak berdiri mencari sumber keributan itu.
"Loh, apaan itu rame-rame ?" tanyanya penasaran. Lalu menghampiri kerumunan tersebut. "Fauna! Ada apa ini ?" tanyanya setelah melihat Laura yang berada ditengah-tengah keributan itu.
"Nenek-nenek ini tampar pelayan toko itu." ungkap Laura sedikit kesal. "Mereka juga merebut gaun yang udah gue pilih."
"Apa kamu bilang ? Nenek-nenek ? Saya itu masih muda, buta matamu." umpat ibu-ibu itu.
"Bu, barang yang sudah dipilih orang lain jangan ibu rebut. Ibu bisa kan cari lagi yang lain." ujar Rachel tenang.
"Halah, bocah ingusan gak usah ikut campur."
"Elo gak tahu siapa kita ? Lagian, mana mampu lo bayar baju mewah ini." timpah gadis tersebut yang sok kaya. Padahal dia gak tahu lagi berhadapan sama siapa.
"Ada apa ribut-ribut disini ?" tanya satpam tiba tiba nongol entah dari mana.
"Satpam! Usir dua bocah ingusan itu." titahnya.
"Berani elo sentuh gue ? Elo dipecat sekarang juga." kecam Rachel. Nyali satpam itupun berubah menciut dan tak berani melakukan apapun.
"Memangnya kamu siapa ? Berani banget ngancam-ngancam orang. "Kamu itu cuma bocah ingusan."
Geram dengan tingkah ibu-ibu tersebut, Rachel pun sudah tak bisa menahan emosinya. Ia langsung mengeluarkan banyak uang kertas berwarna merah dan langsung melemparkan tepat dimuka ibu-ibu itu.
Semua orang yang melihatnya nampak terkejut dengan uang yang dilempar Rachel begitu banyaknya.
"SAYA BELI OMONGAN ANDA !" tegas Rachel.
"Chel, duitnya banyak banget." bisik Laura yang seketika ikutan kaget dengan apa yang dilakukan sahabatnya.
"Itu cuma duit, gue bisa nyari lagi. Tapi atittude, gak bisa dibeli." timpalnya.
"No-non-non Rachel! Maaf non, saya baru datang." ucap seorang laki-laki separuh baya.
"Bukannya tante saya sudah kasih tahu, bahwa saya akan berbelanja disini." gumam Rachel sedikit kesal.
"Mereka berdua itu siapa sih ? Kok managernya seperti ketakutan gitu." ucap salah seorang pengunjung.
"Mungkin orang penting."
"Oh, mungkin gadis itu yang dimaksud manager Darwin." pikir pelayan toko tadi. "Gadis itu cucu sultan Winata, keponakannya Bu Marissa."
"Ma-maaf non. Mungkin mereka tidak mengenali non Rachel. Saya akan selesaikan semua ini." ujarnya terbata-bata. "Kalau gitu, apa ada yang mau saya bantu?"
"Gak usah. Kita sudah gak mood berada disini." ketus Rachel dan berlalu pergi meninggalkan kerumunan itu.
"BUBAR SEMUANYA!" pekik Manager Darwin. Tidak ada lagi yang berkerumun setelah dibubarkan oleh satpam.
"Manager Darwin, boleh saya nanya sesuatu ?" tanya ibu-ibu tadi yang katanya langganan ditoko tersebut. "Gadis itu siapa ?"
"Dia itu cucu sultan Winata, keponakannya Bu Marissa pemilik mall ini." jawab Darwin sedikit ketus.
"Apa !? Di-dia, dia cucu sultan Winata ?" pekik ibu-ibu itu.
"Mampus kita." timpah gadis sangar.
"Jangan-jangan, dia...?"
★★★★★