Senin pagi yang ceria, tiba dimana Rachel kembali bersekolah di SMA Antariksa. Dengan sangat bersemangat, ia tak henti-hentinya menebar senyuman. Membuat semua orang rumah bingung dan heran. Namun mereka sudah terbiasa dengan sikap Rachel yang aneh.
Rachel sengaja tidak membawa kendaraan miliknya, apalagi mobil sportnya terlalu mewah untuk dibawa ke sekolah. Meskipun sudah pernah ia bawa, tetapi kali ini ia berangkat bersama Rafa menaiki kendaraan roda dua.
Setibanya disekolah, Rachel kembali menjadi sorotan murid-murid kelas sepuluh karena satu motor dengan Rafa. Mereka yang tidak begitu mengetahui hubungan Rachel dengan Rafa akan berpikir dan bertanya-tanya.
Aura kecantikan Rachel terpancar saat dirinya membuka helem. Wajahnya yang imut, membuat semua murid laki-laki terpesona melihatnya. Tetapi membuat murid perempuan iri terhadapnya.
Melani yang kebetulan sedang berada diparkiran, kesal dan cemburu melihat Rafa bersama gadis lain. "Dia lagi, dia lagi!" geramnya. "Gue pastiin, hidup elo gak bakalan tenang." kecam Melani.
Waktu menunjukkan pukul 06.25 WIB. Seharusnya pelaksanaan upacara hari senin sudah dimulai. Tetapi karena suatu hal, upacara diganti menjadi apel pagi dan dilaksanakan pada pukul 7 nanti.
Kelas MIPA Elit sangat gaduh dan berisik karena kehadiran Rachel. Mereka memberi sedikit kesenangan pada Rachel pagi itu.
Lagi-lagi Melani dibuat heran dan bertanya-tanya. "Kenapa gadis itu berada dikelas ini? Apa kelebihan dia? Kenapa semua orang juga sepertinya mengenal dia? Siapa dia sebenarnya?" Melani pun segera menghampiri Rafa.
"Rafa, elo kenapa bareng dia? Apa elo lupa sama janji elo?" tanyanya sedikit kesal.
"Dia milik gue!" kata Rachel tiba-tiba lalu duduk dimeja kosong depan Rafa.
"Apa? Milik elo?" tanyanya tak percaya. "Rafa punya perjanjian sama gue. Dan jika berkhianat, gue bakal bongkar rahasia seseorang." ancam Melani sok keras.
"Bongkar aja kalau elo mampu." timpal Rachel santai.
"Elo nantang gue? Lihat aja apa yang bakal gue lakukan."
"Silahkan! Gue tak takut." bisik Rachel tepat ditelinganya.
"Gue bakal bikin elo dikeluarkan dari sekolah." kecam Melani semakin kesal.
"Oke! Gue tunggu itu."
***
Apel pagi pun dimulai. Seluruh murid SMA Antariksa berbaris di lapangan sesuai kelasnya masing-masing. Pelaksanaan apel pagi sama seperti pelaksanaan upacara, tetapi sedikit berbeda. Biasanya pelaksanaan apel dilakukan untuk acara tertentu atau menyambut sesuatu yang dianggap istimewa.
Ditengah lapangan, sebuah piala besar terpampang dimeja dekat tiang bendera. Piala tersebut membuat semua murid bertanya-tanya. Sampai tiba saatnya, Kepala Sekolah SMA Antariksa memberi pengumuman.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi anak-anakku yang bapak cintai dan bapak sayangi. Para guru beserta staf tata usaha yang saya hormati." sapa kepala sekolah. "Berhubung dengan adanya sekolah kilat di Jepang yang dilaksanakan tiga bulan yang lalu. Saya selaku Kepala Sekolah SMA Antariksa, dengan bangga mengucap rasa syukur dan terima kasih kepada dua murid yang telah berpartisipasi dalam sekolah kilat ini."
Pengumuman yang panjang kali lebar kali tinggi dari kepala sekolah membuat semua murid kesal. Karena harus berdiri lebih lama lagi, ditambah terik matahari yang mulai menyengat.
"Kenapa gak langsung sama intinya aja sih pak?" protes salah satu murid kelas sepuluh. "Panas nih!"
"Iya pak, pegel banget nih kaki berdiri terus." sambung yang lain. Murid-murid pun mulai kegerahan dan banyak yang mengomel.
"Alhamdulillah, kedua murid tersebut telah menyelesaikan sekolah kilatnya dan berhasil membuat satu kebanggaan dan mampu memberikan yang terbaik untuk sekolah ini." lanjut kepala sekolah. "Hari ini, mereka telah kembali ke sekolah dengan prestasi yang luar biasa. Maka dari itu saya nobatkan mereka sebagai The King and Queen of Antariksa." ucapnya dengan nada sedikit meninggi. Semua murid pun bersorak ria sambil bertepuk tangan.
Untuk murid kelas XI dan XII, mereka tahu kedua murid itu siapa? Dan mereka juga berpikir kedua murid tersebut memang layak dinobatkan jadi King and Queen. Bukan karena pintar saja, tetapi pasangan ini memang cocok. Yang perempuan cantik, dan yang laki-laki juga tampan. Walaupun realitanya mereka berdua bagaikan cat and dog.
Tetapi untuk murid angkatan baru atau kelas X. Mereka belum mengenal kedua murid itu. Termasuk Melani. "Apa-apaan ini?" umpat Melani dalam hati. "Bukankah Rafa populer disekolah ini? Siapa yang dimaksud pak tua itu?" batin nya.
"Baiklah, kalau begitu kita sambut dan panggilkan..." Kepala Sekolah pun memanggil kedua murid itu. "Ananda, Jason Geraldo dan Anandi Rachel Gabriella..."
Saat nama dirinya dipanggil, Rachel malah celingak celinguk mencari sesuatu. Nampaknya ia tengah mencari Jason yang tak ada dibarisan laki-laki. "Tuh anak kemana sih?" tanyanya dalam hati.
"Chel! Elo udah dipanggil." ujar Laura. "Buruan maju ke depan." titahnya.
"Entar dulu, gue lagi nyari si es kutub." jawab Rachel yang masih tengok sana sini. "Gue gak lihat batang idungnya dari tadi pagi."
"Emang sih. Tapi, udah buruan maju sana." timpal Laura dan sedikit mendorong Rachel untuk pergi. Terpaksa Rachel maju ke depan sendirian menuju barisan para guru.
"Dia? Kenapa harus dia?" gumam Melani pelan tapi masih bisa didengar oleh Nadin.
"Lah, memangnya siapa lagi?" ketus Nadin yang membuat Melani tersentak.
"Ck! Padahal pelan, tapi dia bisa dengar." kesalnya dalam hati. Melani pun hanya diam tak mau berdebat.
"Elo pikir, elo yang bakal jadi the queen? Hahaa jangan ngarep elo!" cetus Nadin sambil tertawa. "Perlu elo ingat." bisik Nadin tepat ditelinga Melani. "Dia bukan hanya seorang queen, tapi PE-NGU-A-SA." ucapnya sedikit menekan kata.
Melani sudah mengepalkan kedua tangannya, kesal terhadap Nadin yang terus mengoceh. Tetapi ia menahan rasa amarahnya. Karena dia berpikir ini bukan saatnya untuk berdebat atau membuat keributan.
Berbeda dengan murid-murid kelas X. Mereka berdecak kagum dan tak henti memuji Rachel. "Kakel itu kan gadis yang waktu itu ada dikantin sekolah?" ujar salah satu murid perempuan yang selalu tak disebut namanya oleh author. Wajarlah, dia hanya piguran.
"Jadi benar? Kakak cantik itu yang pergi ke Jepang? Hebat!" puji yang lain. "udah cantik, pintar lagi."
***
Disisi lain, Jason malah asyik berkelahi bersama beberapa preman yang mengenakan jaket berkulit hitam berwajah sangar berbadan tinggi serta kekar. Berbanding terbalik dengan seorang Jason yang hanya seorang anak SMA. Memang tinggi, tetapi badannya kalah besar sama badan preman-preman tersebut. Eits! Tapi jangan salah. Jason berhasil kok menumbangkan preman-preman itu tanpa ampun.
Jam ditangannya menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Usai membuat para preman terkapar, Jason langsung tancap gas dengan motor besar kesayangannya.
Sedangkan disekolah, Kepala Sekolah sudah memanggil nama Jason beberapa kali untuk maju ke depan. Namun Jason masih belum menampakkan dirinya. Rachel pun dibuat penasaran, sebenarnya Jason ada dimana?
Tak lama dari itu, seorang cowok tampan muncul dari arah belakang lapang upacara dengan perawakan tinggi berjalan melewati seluruh murid dan berdiri sejajar dengan Rachel didepan lapangan upacara.
"Wah! Ganteng banget!" ujar murid kelas sepuluh.
"Tapi kak twin R juga ganteng."
"Aaahhh! Gue pengen miliki semuanya." bisikan-bisikan para murid kelas sepuluh mulai meramaikan suasana apel pagi dengan kehadiran seseorang.
"Maaf pak, saya terlambat." ucap cowok itu.
"Sudah nak Jason, tidak apa-apa." jawab Kepala Sekolah. Kemudian beliau melanjutkan pembicaraannya, lalu memberi Rachel dan Jason sebuah penghargaan serta sertifikat Japanese High School sebagai murid terbaik dari Indonesia.
Tak lupa mereka juga mengabadikan momen tersebut dengan berfoto sebagai kenangan atas kemenangan mendapati juara 2 dikompetisi sekolah di Jepang.
Apel pagi pun selesai. Seluruh murid bubar barisan. Dengan segera Rachel menyeret Jason keluar lapangan sampai rooftop sekolah.
"Elo kemana aja? Gue chat kagak dibales. Gue telpon kagak elo angkat. Elo pikir gue radio butut apa?" Rachel terus mengoceh dengan melontarkan beberapa pertanyaan pada Jason yang mungkin sebenarnya dia mengkhawatirkannya namun gengsi untuk mengungkapkannya.
Jason hanya memicingkan senyumannya dan terus menatap Rachel tanpa menjawab satupun dari pertanyaan Rachel.
"Kok elo diam aja sih? Jawab gue, es kutub?" tekan Rachel sedikit emosi. Namun yang terjadi, tiba-tiba keluar cairan merah dari dahi Jason dan menetes begitu saja. Rachel pun seketika panik setengah mati.
"Da-da-darah!?" Rachel sedikit menyibakkan rambut Jason yang menutupi dahinya. "Je? Are you oke?" tanya Rachel memastikan.
"I'm oke!" sahut Jason pelan. Lalu sesaat pandangan Jason berubah menjadi buram dan gelap. Jason pun terjatuh dipelukan Rachel dalam kadaan tak sadarkan diri. Tetapi karena berat badannya lebih besar, Rachel tak bisa menahannya lebih lama. Ia pun membaringkannya dengan kepala diatas pangkuannya.
"Je? Bangun Je!" ucapnya panik. "Gue minta elo bangun Je!" Rachel pun menepuk-nepuk pipi Jason tapi tak ada respon. "Please Je! Don't make me worry!" lanjutnya lagi.
★★★★★