Pukul setengah 6 pagi, Rachel telah bersiap dengan pakaian joging nya. Sebelum matahari benar-benar menampakan dirinya, Rachel mulai berlari kecil pada saat keluar dari pintu rumahnya menuju taman komplek. Padahal jarak dari pintu rumah ke pintu gerbang rumahnya pun cukup jauh.
Meskipun Rachel seorang perempuan, tetapi fisik dan mentalnya cukup terlatih semenjak masih kecil. Bram sang kakek selalu mengajarkannya untuk tidak selalu bergantung pada orang lain sekalipun saudara sendiri.
Setelah dua jam lebih Rachel melakukan joging mengelilingi komplek perumahannya, tak lama dari itu Rachel sudah rapi kembali dan jika dilihat dari pakaiannya mungkin Rachel akan pergi keluar.
Rok putih rempel selutut dengan mangset putih yang dibalut blezzer berwarna navy sangat cocok sekali dibadan Rachel dan terlihat sederhana namun berkesan. Ia pun membiarkan rambutnya terurai tanpa hiasan apapun dikepalanya. Tak lupa ia sedikit mengoleskan gincu merah dibibirnya agar wajahnya tidak nampak pucat seperti mayat hidup.
"Wih! Dah cakep aja elo." ucap Rafi saat berpas-pasan dengan Rachel dilobi lantai 3. "Mau kemana?" tanyanya.
"Keluar sebentar." jawab Rachel.
"Mau ditemenin gak?"
"Gak usah." tolaknya seraya menuruni anak tangga. "Gue cabut dulu. Bye, Rafi!" ucapnya pamit.
***
Hari ini hari sabtu, Rachel begitu santai mengendarai mobil kesayangannya. Karena jalanan tidak begitu padat. Ia juga sangat menikmati suasana perjalanannya yang menuju ke suatu tempat.
Pukul 10 lewat 5 menit, Rachel tiba ditempat tujuan. Lalu ia masuk ke sebuah restoran ternama yang tak lain Delicious Resto. Setelah masuk, dirinya tak langsung duduk. Rachel malah diam berdiri sambil tengok sana tengok sini seperti mencari seseorang. Namun sayangnya, ia tak dapat menemukannya. Rachel pun tak mau ambil pusing, ia segera mencari tempat duduk yang kosong untuk menunggu seseorang.
💬"Gue udah sampe resto. Elo dimna?"
Usai mendapat tempat duduk, Rachel membuka lockscreen ponselnya dan segera mengirimi pesan kepada seseorang. Sambil menunggu, Rachel pun bermain game untuk menghilangkan rasa bosan.
Sudah setengah jam lebih Rachel berada diresto, orang yang ditunggu-tunggunya tak kunjung datang. Ia mencoba menghubungi nomor yang sebelumnya telah menyuruh Rachel untuk datang ke Delicious Resto. Akan tetapi tidak ada jawaban.
Rachel mencoba untuk positif thinking dan tetap menunggunya sebentar lagi seraya memesan makanan dan minuman.
Selang beberapa menit, minuman Rachel telah jadi namun tidak dengan makanan nya. "Loh, mas? Kenapa cuma minuman nya saja?" tanya Rachel pada waitress yang mengantar pesanannya.
"Maaf mbak, makanan nya belum jadi. Mohon tunggu sebentar." ucap waitress tersebut.
Rachel pun merasa ada yang aneh, padahal dirinya hanya memesan burger king dengan manggo float. Tapi yang datang hanya minumannya saja. Ia juga sedikit berpikir, kenapa waitress yang mengantar pesanannya berbeda dengan waitress yang dirinya panggil tadi?
Tak lama kemudian, seorang waitress mengantar makanan Rachel lengkap dengan minumannya. Semua itu membuat Rachel menjadi bingung. Namun, minuman yang pertama sudah Rachel minum sampai habis setengahnya.
Karena menurutnya aneh, Rachel pun tidak mau menerima makanan itu. Sempat emosi dan memarahi waitress tersebut, Rachel segera beranjak pergi seraya memberi uang ganti rugi makanan yang ia pesan.
"Dia gak tahu gue siapa gitu?" rutuknya sambil keluar resto.
Waktu menunjukkan tepat pukul 12 siang. Hari yang memang begitu cerah. Tapi tak secerah hati Rachel yang sedang badmood. Sudah hampir dua jam dirinya berada di resto menunggu dan berharap seseorang datang menemuinya.
"Dia yang kirim pesan, dia sendiri yang gak datang. Dasar aneh!" gumamnya kesal.
Saat hendak masuk ke mobil, tiba-tiba Rachel merasa sedikit pusing. Ia pun mengerjapkan matanya, menyeimbangkan pandangan yang mulai buram. Lalu berniat menghubungi seseorang seraya bersandar dipintu mobil.
Sayangnya saat panggilan terhubung dengan seseorang, Rachel tak banyak bicara karena sudah tak bisa menahan rasa pusing dikepalanya.
📞"Bang! Tolongin gue. Gue di Delic..." kata Rachel dengan suara melemah. Belum selesai bicara, Rachel terjatuh dan pingsan dengan panggilan diponselnya masih terhubung pada seseorang.
📞"Chel! Rachel! Elo dimana?" ucap seseorang diseberang telpon sedikit panik.
***
Dengan perlahan, seorang laki-laki telah mengelus wajahnya yang cantik, putih mulus dan seksi seraya menatapnya lekat-lekat. Tubuhnya yang indah bak bidadari membuat siapapun terpesona melihatnya. Kecantikan yang sungguh begitu natural.
"Rachel, sayang. Saat ini, kamu milikku. Dan selamanya akan menjadi milikku." ucap laki-laki itu dengan suara pelan. Kemudian, sama-sama tak sadarkan diri dan tidur disebelah Rachel.
Saat ini, Rachel dan laki-laki itu sedang berada disebuah hotel mewah dalam satu kamar. Entah siapa yang telah membawa Rachel ke tempat itu? Yang jelas, laki-laki yang tengah bersama Rachel sedang mabuk berat. Sedangkan Rachel sendiri dalam keadaan tak sadar.
Disisi lain, seseorang yang merasa cemas dan khawatir terhadap Rachel segera bergegas pergi mencari keberadaannya yang entah dimana.
"Sepertinya dia dalam bahaya." pikir orang itu. "Tapi saat di telpon, kenapa dia panggil gue abang?" tanyanya heran. "Apa jangan-jangan, sebenarnya dia ingin menghubungi Rafa?"
Kemudian orang itu pun segera menepi dan mematikan mesin motornya. Lalu merogoh ponsel di saku celananya.
📞"Where are you?" tanyanya langsung tanpa basa basi saat ponselnya terhubung dengan seseorang.
📞"Gue dirumah. Why?"
📞"Apa Rachel dirumah?"
📞"No! Dia pergi keluar."
📞"Kemana?"
📞"I don't know."
📞"Barusan dia telpon gue. She's said help me. But, mungkin dia bermaksud menghubungi elo, Raf."
📞"What? Dia minta tolong?"
📞"Ya. Elo bisa lacak keberadaan dia kan? Gue juga sudah jalan, tapi entah mau kemana. Karena saat gue tanya dimana, not respon."
📞"Oke! Gue bakal nyusul elo setelah melacak keberadaannya. Thank you, Je!"
***
Perlahan Rachel pun mulai sadar. Ia memegang kepalanya yang masih terasa pusing. Lalu membuka kedua matanya dan sontak kaget ketika melihat langit-langit ruangan yang tak ia kenali ditambah selimut yang menyelimuti tubuhnya.
Kaget bukan kepalang, saat Rachel menyadari bahwa blezzer yang dirinya kenakan sudah terlepas dan hanya menyisakan mangset putih. Dan lebih terkejut lagi, saat melihat sosok laki-laki yang tidur disampingnya tanpa mengenakan pakaian sama sekali.
"AAAAAHHHHHH....!!!!!" teriaknya histeris sampai membangunkan laki-laki tersebut seraya beranjak menjauh dan turun dari tempat tidur.
Laki-laki itu pun sama terkejutnya, mendapati dirinya yang sama sekali tak memakai baju dan hanya mengenakan celana boxer. Dia juga tak mengingat apapun atas apa yang terjadi dengan Rachel.
"Ra-Ra-Ra-Rachel? Chel! Kamu gak berpikir aku melakukan semuanya kan?" tanyanya memastikan. Namun Rachel duduk tersudut di ujung lemari pakaian dengan menekuk kedua lututnya. Tubuhnya bergetar hebat seraya menangis ketakutan. "Aku yakin Chel, aku gak melakukan apapun terhadapmu." ucapnya menyakinkan sembari turun menghampiri Rachel.
"STOP!!!" cegat Rachel dengan suara lantang sambil menutup wajahnya.
"Chel, Please! Percaya sama aku!" tekan laki-laki tersebut menenangkan. "Ayo, Chel! Kita bicara baik-baik." ujarnya dan kembali melangkah maju mendekati Rachel.
"GUE BILANG STOP, YA STOP!!!" sentak Rachel. "BAJINGAAAANNNN!!!" emosinya tak bisa ditahan. Rachel pun menjambak rambutnya sendiri.
"Chel, dengerin aku dulu. Aku gak tahu apa yang telah terjadi? Aku sama sekali gak ingat apapun. Aku merasa aku tak melakukannya."
"KEPARAT ELO, LEON!!!!!"
Ya, laki-laki yang tengah bersama Rachel adalah Leon. Mantan tunangannya. Leon pun berusaha meyakinkan Rachel untuk percaya padanya bahwa semua ini bukan ulahnya.
"Aku yakin, Chel. Ini semua adalah jebakan." pikir Leon sembari mengingat ingat apa yang telah dilakukannya sampai sejauh ini. "Aku memang dalam keadaan mabuk berat tadi pagi. Yang aku ingat, aku sedang berada disebuah bar. Tapi entah siapa yang telah membawaku sampai sini." jelasnya.
"Elo sendiri gak ingat apapun. Bagaimana bisa, elo meyakinkan gue?" lirih Rachel. "GUE GAK SUKA! GUE BENCI SAMA ELO, LEON!"
"Ini sebuah jebakan Rachel. Kamu harus percaya aku." ungkapnya. "Aku memang sayang kamu, tapi aku gak mungkin melakukan semua ini." tegas Leon.
"I DON'T BELIEVE!" Rachel pun berlari menuju pintu dan berniat ingin keluar dari kamar tersebut. Namun sayang, pintunya terkunci dari luar.
Rachel semakin panik. Ia tak ingin berlama-lama didalam kamar itu. Apalagi berduaan dengan orang yang ia sangat benci. "HELP ME PLEASE!"
★★★★★