webnovel

SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard

Rachel Gabriella Winata , cucu perempuan satu satunya yang dimiliki Bram Winata dan Retno Winata. Gadis remaja SMA yang dikawal oleh 3 orang anak laki laki seusianya yang memang merupakan saudaranya sendiri. Mereka adalah cucu cucu keturunan SULTAN. Rachel dijodohkan oleh Retno , atau oma Rere alias neneknya sendiri kepada seorang anak dari orang paling terkaya nomor dua setelah keluarganya . Akankah Rachel menuruti permintaan sang Nenek ? Atau Rachel akan menolaknya ? Simak terus kisahnya hanya di SULTAN FAMILY . Selamat membaca ! Semoga kalian suka :)

FheeKamikaze_ · Teenager
Zu wenig Bewertungen
111 Chs

JANGAN GE'ER...

**Di Rumah Sakit**

Tiba dirumah sakit, Rachel segera membawa Jason ke ruang UGD dengan dibantu suster. Rachel yang panik cemas dan khawatir terus mondar mandir diruang tunggu. Melihat itu, Rafa yang memang menemani Rachel ke rumah sakit hanya mengerutkan keningnya.

Sikap Rachel yang berbeda begitu jelas dimata Rafa. Ia tak pernah melihat saudara perempuannya bertingkah aneh seperti itu sebelumnya. Rachel terlihat begitu mengkhawatirkan Jason sampai bolak balik tak mau diam kayak setrikaan.

"Chel! Elo bisa diam gak sih? Pusing gue lihat elo bolak balik, bolak balik kek bola bekel." cetus Rafa.

"Gimana bisa diam, Rafa? Gu-gue?"

"Gue apa?" potong Rafa cepat. "Bilang aja kalau elo khawatir." sindirnya.

"Gue bukannya khawatir, Rafa!" sangkal Rachel.

"Ya terus apaan? Ceritain semuanya sama gue." titah Rafa sembari menarik lengan baju Rachel untuk duduk.

"Gue gak tahu sama sekali apa yang terjadi sama dia?" terang Rachel. "Tiba-tiba darah itu keluar begitu saja dikepalanya." ungkapnya.

"Gak usah panik juga kalik!"

"Elo gila? Mana mungkin gue gak panik!" ketus Rachel kesal. "Mak-maksud gue? Ya dia kan anak orang, disini dia cuma sendirian. Kalau terjadi apa-apa bagaimana? Dia kan teman kita." alibi Rachel agar Rafa tidak berkata yang aneh-aneh lagi.

**Beberapa Menit Sebelumnya**

Rachel panik saat kepala Jason terus mengeluarkan darah. Ia langsung menghubungi Rafa untuk segera datang ke rooftop dan membantunya.

"Rachel?" ucap Rafa saat tiba di rooftop dan melihat seseorang tergeletak dengan banyak darah dikepalanya.

"Elo apain tu anak orang?" tanya Rafi penasaran.

"Udah deh gak usah bacot elo!" pekik Rachel. "Bantuin gue cepat!"

Rafa dan Rafi pun segera membantu Rachel dan membawa Jason ke ruang kesehatan sekolah terlebih dahulu. Kemudian Rafa membawanya pergi ke rumah sakit untuk segera ditangani dokter langsung karena lukanya cukup dalam.

***

Melani cukup penasaran dengan apa yang terjadi diantara Rafa, Rachel dan Jason. Lalu dia bertanya pada seluruh murid dikelasnya. Namun sayang, tak ada yang mau memberitahunya.

"Ck!" decihnya kesal. "Kalian itu kenapa sih? Gue juga murid disekolah ini. Kenapa kalian gak mau memberitahu gue?" umpatnya kesal.

"Heh Jamilah!" ucap Hesti. "Justru karena elo murid disekolah ini, jadi elo gak usah kepo deh." cetusnya.

"Apalagi urusan mereka." tambah Desi.

"Memangnya kenapa?" tanyanya penasaran.

"Hadeuh! Masih aja nanya."

Desi dan Hesti pun tak berkata apa-apa lagi. Terlalu malas untuk memberi penjelasan pada Melani. Mereka membiarkan Melani berpikir dan mencari jawabannya sendiri.

Jam pertama dikelas XI.MIPA Elit adalah jam kosong. Wajar saja jika suasananya sedikit gaduh dan berisik. Karena Shandy membawa gitar ke kelas, Rafa meminjamnya untuk menghibur murid-murid dengan menyanyikan sebuah lagu milik One Direction.

🎶You're insecure, don't know what for

You're turning heads when you walk through the do-o-or

Don't need make-up to cover up

Being the way that you are is enou-ou-ough

Everyone else in the room can see it

Everyone else, but you, ooh

Baby, you light up my world like nobody else

The way that you flip your hair gets me overwhelmed

Murid yang lainpun ikut bernyanyi bersama dan mengiringinya dengan tepuk tangan sesuai iramanya.

But when you smile at the ground, it ain't hard to tell

You don't know, oh-oh

You don't know you're beautiful

If only you saw what I can see

You'll understand why I want you so desperately

Right now I'm lookin' at you, and I can't believe

You don't know, oh-oh

You don't know you're beautiful, oh-oh

That's what makes you beautiful 🎶

***

Waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Jason masih berada diruang UGD dan masih ditangani oleh dokter dan perawat. Rasa penasaran Rachel semakin bertambah dengan penanganan dokter yang cukup lama terhadap Jason.

"Kenapa lama banget sih?" tanyanya seraya sesekali melihat jam yang melingkar ditangannya.

"Sabar aja napa sih Chel?" ujar Rafa heran.

Selang beberapa menit, dokter dan perawat pun akhirnya keluar dari ruangan unit gawat darurat tersebut.

"Gimana keadaan Jason, dok? Dia gak papa? Gak ada luka yang serius kan?" tanya Rachel menuntut. Untung saja dokter yang menangani Jason adalah dokter Bagas.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Rachel." jawab dokter Bagas sambil mengulum senyumannya karena merasa lucu dengan sikap Rachel yang sepertinya sangat mencemaskan Jason.

"Lalu kenapa dokter Bagas lama sekali?" tanyanya lagi. Rafa pun sampai geleng kepala dan senyum-senyum sendiri melihat tingkah aneh Rachel yang terus bertanya pada dokter Bagas.

"Luka di kepalanya cukup dalam. Ada robekan di dahinya yang harus dijahit. Mungkin itu goresan kaca atau beling." jelas dokter Bagas. "Dan sebenarnya, apa yang sudah terjadi?" tanya balik dokter Bagas.

"Sepertinya dia berkelahi." sahut Rafa sedikit ragu. "Tapi entah dengan siapa, kita tak tahu?"

"Why?"

"Setahu Rachel dia gak punya musuh. Lagian kita gak searah, jadi jarang berangkat bareng." ujar Rachel.

"Aneh sekali." ucap dokter Bagas heran.

"Aneh bagaimana maksudnya, dok?" Lagi lagi Rachel melontarkan pertanyaan yang spontan.

"Iya aneh. Lukanya sangat dalam loh. Dan itu akan menyebabkan dia kehilangan banyak darah, jika tidak langsung ditangani oleh medis." jelasnya.

"Mungkin dia tutupi dengan sesuatu supaya darahnya tidak banyak yang keluar."

"Dia pasti mengikat kepalanya dengan dasi. Karena saat tiba disekolah dia tidak memakai dasi."

**Diruang Rawat Inap**

Jason telah dipindahkan keruang rawat inap VIP oleh dokter Bagas, meskipun belum sadarkan diri. Jarum infusan telah tertancap dibagian punggung telapak tangan sebelah kiri. Kepala Jason pun dibalut dengan perban.

Satu jam kemudian, Jason mulai sadar. Dengan perlahan dia membuka matanya. Ia mendapati langit-langit yang bersih tanpa jaring laba-laba. Lalu memutar bola matanya mengitari sudut ruangan.

Dia menyadari bahwa dirinya sedang berada dirumah sakit. Nampak seorang gadis sedang tidur pulas di sebuah sofa dipojok kiri. Jason tidak mendapati siapa-siapa lagi selain gadis itu.

Ia pun berusaha untuk merubah posisi tidurnya menjadi setengah duduk. "Ck! Sshhh! Aw!" lirihnya kesakitan sembari memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.

Mendengar adanya suara, Rachel juga terbangun dari tidurnya. Dia melihat Jason yang sudah sadarkan diri. Kemudian menghampiri dan duduk disebelah brankar pasien.

"Udah siuman elo? Gue kira elo gak bakalan bangun lagi." tanya Rachel sembari sedikit mengumpat.

"Gak ada akhlak emang elo!" rutuk Jason. "Gue bangun, bukannya tanyain gimana kek? Kasih aer minum kek? Ini malah ngatain." omelnya.

"Ck! Males gue!" decih Rachel. "Lagian elo ada-ada aja sih. Pake acara terluka segala. Jadi gue yang repot." ketusnya. Jason pun hanya tersenyum menyeringai.

"Halah! Bilang aja elo khawatir sama gue." sindir Jason membuat Rachel muak mendengar perkataannya. Padahal dia lagi sakit, tapi masih bisa-bisanya bercanda.

"What!? Gue? Khawatir sama elo? Hahaa... Jangan ge'er elo!" Rachel menyangkal ucapan Jason.

"Udah deh gak usah ngeles."

"Heh es kutub! Asal elo tahu, gue ngelakuin ini karena gue seorang manusia yang punya hati nurani. So, elo gak usah kepedean."

"Alesan elo!" kekeuh Jason tak mau ngalah. Melihat selang infusan yang menjalar ditangan membuatnya sedikit memutar malas bola matanya. Seketika ia berinisiatif untuk mencabutnya.

"Weh! Weh! Weh! Mo ngapain?" cegah Rachel. "Maen buka-buka aja elo!" rutuknya.

"Ck! Gue gak suka disini. Gue mo balik apart aja." pintanya.

"Kagak bisa! Tunggu dokter Bagas dulu." Rachel pun membantahnya. "Kek bocah elo! Kalaupun pulang, siapa yang mo ngurus elo? Setan?"

"Ciee... Yang masih khawatir sama gue." ucap Jason usil. "Oh, jadi kalau gue disini? Elo mau ngerawat gue? Mmm... Oke!" serunya mengiyakan saran dari Rachel.

"Dih, najis!" tolak Rachel kelewat kesal. "Maksud gue itu kalau elo disini ada perawat atau suster yang jagain elo. Bukan gue!"

"Yaudah! Kalau gitu gue mau pulang aja." rengeknya kayak bocah TK. Perseteruan antara Rachel dan Jason tak ada habis-habisnya. Mereka masih sama saja seperti biasanya, berantem merupakan kesibukan mereka berdua setiap bertemu.

★★★★★