Waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Rachel ditinggal seorang diri dirumah sakit. Karena Andrea sedang ada proyek besar sehingga dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya dan tak bisa menemani Rachel. Begitu juga dengan Cellyn yang harus pergi ke resto sebentar.
Untung saja kamar Rachel berada diruangan VVIP, ia bisa tiduran sambil menonton tv supaya tidak bosan dan merasa jenuh.
Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Lalu masuklah seorang laki-laki dan gadis remaja kedalam ruangan Rachel.
"Morning sister." ucap laki-laki tersebut.
"Morning too." sahut Rachel seraya tersenyum. "Loh, Grace ?" ucapnya saat melihat seorang gadis disebelah laki-laki itu.
"Hai Chel!" sapa Grace. "Gimana keadaan elo ?" tanyanya.
"Not bad." jawabnya singkat.
"Are you serious ?" tanya Grace tak yakin dengan jawaban Rachel.
"Of course. Oh iya, bukannya hari ini jadwal audisi elo ?" tanya balik Rachel yang langsung dijawab satu anggukan oleh Grace. "Kak Roy, jadwal aku gimana ?" Rachel pun melemparkan pertanyaan pada laki-laki itu yang memang dia adalah Roy, manager Rachel.
"Jadwal dia harus nya nanti siang. Tapi karena pengen ikut kesini, jadi sore." timpah Roy. "Soal jadwal kamu ?" lanjutnya ragu. "I'm sorry Rachel, kamu tidak bisa lanjutkan audisi ini." ungkapnya.
"Sudah ku duga." ujar Rachel sambil menyeringai.
"Ekspresi macam apa itu Chel ?" tanya Grace yang heran dengan ke absuran Rachel. "Gue sangat menyayangkan Chel, tapi elo kok biasa aja ?"
"Ya, mau begimana lagi. Kalau oma gue udah turun tangan, gue bisa apa." timpal Rachel.
***
Sepulang sekolah, Rafa dan yang lainnya kembali ke rumah sakit untuk menjenguk Rachel. Kali ini Nadin dan Salsa juga ikut ke rumah sakit menengok keadaan Rachel.
Tok Tok Tok !!!
Terdengar kembali suara ketukan pintu ditelinga Rachel. Namun ia mengabaikannya karena fokus menatap layar ponsel seraya bermain game favoritnya.
"Masih sakit juga bisa-bisanya elo asyik bermain game." cibir seseorang begitu masuk ke ruangan Rachel dan berdiri disamping nakas yang tak lain adalah Jason. Ia sengaja datang terlebih dahulu menjenguk Rachel karena harus pergi ke suatu tempat.
"Yak! Yang sakit perut, bukan tangan gue bambang." ketus Rachel tanpa menatap lawan bicaranya.
"Nih, gue bawain buah-buahan. Elo mau apa ?" tanya orang itu. Sekilas Rachel melirik orang tersebut.
"Elo ngapain sih bawa gituan buat gue ? Kesambet setan dimana elo ?" tanya Rachel heran dan membuat orang itu berdecak kesal.
"Ck! Sinting elo. Gara-gara elo, gue jadi merasa bersalah." umpatnya.
"Heh, es kutub ! Udah bagus gue tolongin. Bilang makasih kek, apa kek. Laknat emang elo jadi teman." rutuk Rachel.
"Hellow ! Sejak kapan gue setuju jadi teman elo ?" timpalnya tak kalah ketus.
"Lah anjim! Terus elo ngapain sok baik segala sama gue, pake acara bawain gue buah-buahan lagi sampai nawarin segala ?"
"Oh my to the god ! Gue herman deh sama kalian berdua." ucap Nadin setengah berteriak dari ambang pintu. "Kek tikus sama anjing tahu gak ? Beramtem mulu." Suara cemreng milik Nadin membuat Rachel dan Jason menoleh seketika.
"Bodyguard elo udah pada datang, kalau gitu gue cabut dulu." ucap Jason dan berlalu pergi.
"Ish! Dasar aneh."
Nadin, Salsa dan yang lain pun termasuk Laura masuk ke dalam ruangan Rachel. Mereka pun mengobrol sambil bercanda.
"Bonyok (bokap nyokap) elo mana Chel ? Dari tadi gak kelihatan." tanya Nadin penasaran karena tak melihat siapa-siapa saat tiba diruangan Rachel.
"Eh Nadin! Elo lupa apa begimana ? Si Rachel kan kena tusuk pisau diperutnya, ya masa yang bonyok pantatnya? Jan ngadi-ngadi elo." timpal Salsa sewot.
"Heh kutu beras! Maksud gue itu, bokap nyokap nya Rachel. Norak elo." Nadin pun geram pada Salsa yang kelewat polos. Semua orang pun tertawa melihat tingkah mereka berdua.
"Bokap gue masih ngantor, nyokap lagi beli makanan dikantin." jawab Rachel dengan diiringi tawanya.
"Udah sore nih. Gue balik dulu ya." ucap Nadin seraya melirik jam ditangannya.
"Balik sama siapa elo ?" tanya Rafi kepo.
"Gue dijemput supir kok." jawabnya.
"Oh, bagus deh. So, gue gak perlu repot-repot nganterin elo." ujar Rafi nyebelin.
"Cuih! Pede banget elo." ketus Nadin kesal.
"Okeh! Thanks ya, udah jengukin gue. Hati-hati Din." tukas Rachel.
"Gue juga pulang ya. Cepat sembuh Chel." ujar Salsa. "Bye!"
***
Hari sudah mulai gelap, langit kian memudar. Waktu berlalu begitu cepat. Malam pun tiba, Rachel masih baringan diranjang. Kali ini ia sedang asyik menatap layar laptopnya. Bukan mengerjakan tugas, melainkan ia sedang mencari sesuatu di internet.
"Apa Rio bisa meretasnya ? Gue rasa dia perlu mencobanya." gumam Rachel.
"Haduh! Perasaan tiap gue kesini, elo selalu sibuk." ucap Jason tiba-tiba masuk mengagetkan Rachel.
"Gila! Gue kaget anjim." rutuk Rachel. "Lagian elo ngapain sih malam-malam kesini ? Mana gak ketuk pintu lagi." sontak Rachel pun menutup laptopnya.
"Elo juga bukannya tidur malah main laptop. Banyakin istirahat lo." saran Jason. "Barusan didepan gue nemu kang batagor nih, gue beli tiga bungkus."
"Ebuset! Banyak amat."
"Ya kan sekalian beliin buat nyokap sama bokap lo."
"Eh, bonyok gue udah balik rumah. Besok bokap mau berangkat ke Bali."
"Terus elo sendirian disini ?"
"Tadi katanya si Fauna mau temenin gue, tapi sampai sekarang dia belum nongol juga."
"Bodyguard elo pada kemana ?" pertanyaan Jason membuat Rachel tertawa ngakak. "Kok elo malah ketawa ?" tanyanya lagi heran.
"Ya iyalah gue ketawa. Nih ya, gue kasih tahu. Mereka itu mana mau nemenin gue dirumah sakit. Yang ada, mereka gue jadiin babu." jelas Rachel. Jason pun tersenyum menyeringai.
"Sok ratu elo." cibirnya.
"Emang gue ratu." sombong Rachel seraya menjulurkan lidahnya.
Tak lama kemudian, Laura pun tiba dirumah sakit bersama dengan Gilang sang ayah yang mengantarnya sekalian menjenguk anak dari bosnya.
Setelah beberapa menit Gilang mengobrol, beliau pun pamit pulang karena waktu juga sudah larut malam dan membiarkan Rachel untuk beristirahat.
"Terima kasih om Gilang." ucap Rachel pada papahnya Laura.
"Sama-sama non, cepat sembuh ya."
***
Keesokan paginya, Laura dan Jason telah rapi dengan pakaian seragamnya dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Yang memang Jason juga ikut menginap dirumah sakit menemani Rachel bersama Laura.
Pagi itu juga Daniel sedang berada diruangan Rachel. Sebab Rachel bukan pasiennya, ia belum sempat menengok walaupun satu rumah sakit. Ia sibuk dengan pasien-pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
"Je, Je, Je! Leon, Je." ucap panik Laura saat melihat Leon sedang berjalan menghampiri ruangan Rachel. "Ngumpet Je, ngumpet." Jason pun hanya mengerutkan keningnya melihat Laura yang ribet sendiri. "Aih! Suruh ngumpet malah duduk disamping Rachel." umpat Laura.
"Pagi sa-... Leon menggantung ucapannya saat masuk kedalam ruangan Rachel dan melihat banyak orang. Termasuk melihat Rachel yang sedang makan bubur dengan dibantu Jason yang menyuapinya tanpa penolakan.
Dan seketika raut wajah Leon yang semula sumringah kian berubah layaknya wajah wayang si Cepot yang merah padam.
"Si Jhonson benar-benar ya." gerutu Laura pelan.
"Chel! Kamu kok mau sih disuapin dia ?" geram Leon yang tak bisa menahan amarahnya.
"Eh, halo bro!" sapa Jason pura-pura. "Jangan salah paham bro. Gue hanya jadi babu dia aja." ungkapnya santai.
"Babu ? Maksud elo apaan ?" tanya Leon tak mengerti.
"Iya, karena gue buat kesalahan. Si Parsel jadiin gue babu sampai beberapa minggu ke depan." jawab Jason seraya menahan tawanya. "Dan karena elo udah datang, gue cabut duluan ya. Nih, elo lanjutin." ucapnya sembari menyodorkan mangkuk bubur yang dipegangnya pada Leon. Dan berlalu pergi bersama Laura. Daniel pun juga segera keluar ruangan meninggalkan Rachel dan Leon.
"Bagaimana dengan luka kamu ?" tanya Leon sedikit ketus sambil mengaduk bubur.
"Elo apa-apaan sih ?" ucap Rachel dengan nada sedikit tinggi.
"Maksud kamu apa Chel ? Kok kamu bentak aku. Harusnya aku yang nanya seperti itu sama kamu."
"Aduk terus! Sampai mampus!" ujar Rafi yang entah kapan masuk ke dalam ruangan Rachel dan tiba-tiba sudah berada dibelakang Leon. "Nih, roti dari nyokap lo."
"Chel, kalau kamu makan roti, bagaimana dengan buburnya ? Mubazir dong, gak kamu makan." tutur Leon.
"Lagian elo ngapain aduk buburnya Singa ? Mana mau si Rachel makan bubur diaduk kayak adukan semen tiga roda." tukas Rafi sinis. "Chel, audisi elo gimana ?" Rafi pun melempar pertanyaan pada Rachel.
"Ga-tot!" jawab Rachel sedikit mengeja.
"Why ?"
"Berkat oma lah."
"Chotha!" timpal Rafi. (Dalam bahasa Korea artinya Bagus)
★★★★★