Keesokan harinya Melani berulah lagi dikelas. Ia memberitahu seluruh murid MIPA Elit sesuatu yang mengejutkan. Dia berdiri didepan kelas dan siap membongkar segudang cerita yang ia miliki.
"Apa kalian masih percaya? Bahwa dia...." tunjuk Melani pada Laura. "Adalah Laura Shaqueena?"
"Elo ngapain sih, Jamilah? Jangan aneh-aneh deh." ujar Hesti tak suka.
"Sudahlah, hentikan omong kosong elo" tambah Ripan.
Hati dan perasaan Laura pun tak karuan. Jantungnya berdegup cepat. Wajahnya berubah menciut, pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Melani. Ia berpikir mungkin memang saatnya semua orang tahu. Meskipun resiko nya dibenci semua murid bahkan bisa saja satu sekolah.
"What? Omong kosong? Ini adalah fakta yang akan mengejutkan kalian semua." lanjut Melani meyakinkan. "Gue punya bukti, kalau dia itu bukan Laura." ucapnya seraya menunjukkan tiga lembar kertas berukuran A4.
"Mau elo itu apa sih?" tukas Nadin. "Kalau gitu, gue juga perlu bukti bahwa elo adalah Melani Puspa Sitanggang."
"Bener tuh!" timpah Desi.
Tiba-tiba kertas yang dipegang Melani direbut oleh Rachel. Lalu dibacanya satu persatu kertas tersebut.
Kertas pertama menunjukkan data seorang murid bernama Laura Shaqueena, lengkap dengan foto. Kertas kedua pun sama, menunjukkan sebuah data tetapi atas nama Lara Sidqia. Dan kertas ketiga adalah sebuah potokopian kartu keluarga.
Kartu keluarga tersebut beranggotakan empat orang dengan Gilang Cahya sebagai kepala keluarga. Lira Firna sebagai istri dan nama Laura juga Lara tercatat sebagai anak dengan tempat tanggal lahir yang sama.
Namun berbeda sekali dengan dataan yang ada dikertas satu dan dua. Dikertas itu, tertulis nama Ratih sebagai orang tua tunggal dari Lara Sidqia. Sedangkan kertas satunya lagi menunjukkan bahwa Gilang dan Lira adalah orang tua dari Laura Shaqueena.
"Fauna!" panggil Rachel. Membuat Laura sedikit tersentak kaget. "Apa ini maksudnya? Please! Katakan yang sebenarnya." Laura pun tertunduk pasrah. Rachel menatap tajam wajah Laura dan sesekali memperhatikan kedua foto yang ada dikertas tersebut lalu membandingkannya.
Merasa ada jalan untuk berbicara lagi, Melani semakin antusias untuk membongkar rahasia Laura dengan mudah. "Biar gue yang menjelaskan." katanya.
"Gue gak butuh penjelasan dari elo!" ujar Rachel menekan dengan tatapan mematikan. Mungkin kesal dan merasa dibohongi oleh Laura yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. "LAURA! JAWAB!"
"Chel, Chel, Chel! Stop Chel!" cegah Rafi tiba-tiba muncul.
"Shut up Rafi!" bantah Rachel.
"No! Dia teman elo. Dia teman kita. You don't believe of the paper." sarkas Rafi.
Seketika Laura pun beranjak dari tempat duduknya dan melangkah maju ke depan lalu berdiri disamping Rachel.
"Oke! Gue bakal jelasin sekarang." ucap Laura. Rafi pun menatap Laura dan menggeleng pelan seperti memberi perintah jangan melakukan apapun. Tetapi Laura hanya tersenyum seakan dia baik-baik saja. Lalu ia pun segera menjelaskan semuanya.
***
**Pukul 16.15 WIB**
Setelah sekolah usai, Rachel, Rafa juga Rio pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Jason. Tak lupa, Rachel juga membawa motor kesayangannya Jason ke rumah sakit. Karena ia telah berjanji padanya jika sore ini Jason boleh pulang dengan persetujuan dokter Bagas.
Sebenarnya luka Jason tidak begitu serius dan tak harus rawat inap. Tetapi karena permintaan Rachel, Jason terpaksa menginap satu malam di rumah sakit.
"Ck! Lama bener elo!" ucap Jason ketus yang sudah tak tahan diam di rumah sakit.
"Aelah! Baru juga nongol, udah ngomel aja." timpal Rachel yang baru masuk ke ruangan Jason.
"Bertiga aja nih?" tanya Jason heran setelah Rafa dan Rio mengikuti Rachel masuk. "Rafi dan Laura mana?"
"Gak usah bahas mereka. Bikin mood gue ancur aja elo!" tukas Rachel berubah datar.
"Lah? Kesambet setan dimana elo?" iseng Jason yang memang selalu usil Pada Rachel.
"BACOD ELO!" Rachel pun duduk disofa seraya melipat kedua tangannya dengan tatapan penuh emosi.
"Gimana? Are you oke?" tanya Rafa.
"Gue sih fine-fine aja. But... Dianya aja yang alay!" tuduh Jason pada Rachel sambil menunjuk dengan bibirnya. "Pake nyuruh dirawat segala." adunya pada Rafa yang membuatnya sedikit tertawa. "Oh iya! What heppened?" tanyanya penasaran. Rafa pun menceritakan apa yang terjadi.
**Flashback On**
Laura kini tengah berdiri dihadapan seluruh murid kelas MIPA Elit. Ia menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutup tutupi lagi.
"Sebelumnya... Gue minta maaf!" ucap Laura dengan kepala sedikit menunduk. Lalu menaikan kepalanya menjadi tegak. "Gue? Gue gak tahu harus mulai dari mana?"
Semua murid pun bingung dan terheran-heran dengan apa yang sedang dilakukan oleh Laura?
"Elo itu bicara apa sih Ra?" tanya Nadin. "Elo jangan dengerin omongan si cocomelon. Gak ada gunanya Ra."
"Iya, Ra. Elo jangan kepancing omongannya dia." lanjut Shandy.
"Udah deh! Kalian dengerin aja." pinta Rachel.
"Se-se-se, sebenarnya? Gue anak kembar." lanjut Laura dan membuat seluruh murid terkejut luar biasa. Termasuk Rachel dan Rafa. Mereka masih tak percaya apa yang dikatakan oleh Laura didepan semuanya.
"Ya! Gue memang bukan Laura. Tetapi... Lara Sidqia." kata Laura mulai jujur. "Laura Shaqueena adalah nama saudara kembar gue. Dia kakak gue."
Rachel dan seluruh murid pun semakin terkejut. Sedangkan Melani hanya tersenyum penuh kemenangan meskipun dirinya pun ada rasa tak percaya jika sebenarnya Lara yang dia kenal mempunyai saudara kembar. "Sudah gue duga." gumamnya dalam hati.
"Jadi, elo!? Selama ini?"
"Gue minta maaf! Sekali lagi, gue minta maaf!" tekan Laura. "Gue gak bermaksud menipu atau membohongi kalian."
"Halah! Sekali penipu tetap penipu!" cemooh Melani memperkeruh suasana. "Inilah fakta Laura Shaqueena. Gue sudah buktikan perkataan gue pada kalian." ujarnya.
"Gue punya alasan! Dan kalian harus dengerin alasan gue. Setelah itu, kalian boleh benci marah atau apapun itu terserah kalian." tukas Laura dan sedikit meyakinkan semua murid agar mau mendengar penjelasannya terlebih dahulu.
**Flashback Off**
"What!?" ucap kaget Jason usai mendengar cerita dari Rafa. "Dia benar-benar hebat." gumam Jason malah memuji.
"Ck! Gak waras elo!" cibir Rachel tambah kesal. "Sudahlah, gue mau pulang!" Mood Rachel sedang tidak baik-baik saja. Padahal dia hanya sedang berakting. Sebetulnya Rachel ingin menyelamatkan Laura dari Melani. Dan ini termasuk rencana Rachel dan Rafa.
"Bukankah ini rencana elo?" tanyanya.
"Tapi gue benci dibohongin." jawab Rachel. "Gue gak suka! Harusnya elo tahu itu." ujarnya sedikit menyindir.
Selang beberapa menit, mereka pun segera pergi meninggalkan rumah sakit. Rafa dan Rio tidak pulang bareng Rachel. Mereka harus pergi ke suatu tempat terlebih dahulu. Dan Jason terpaksa harus mengantar Rachel pulang ke rumahnya.
Sebelum memasuki komplek perumahan Rachel, mereka dicegat oleh lima orang tak dikenal memakai motor besar yang menghadang ditengah jalan. Jason pun berhenti mendadak sampai membuat Rachel kejedot helem.
"Awh!" lirihnya. "Gila lo! Kepala gue bisa pecah, anjim! Kenapa berhenti mendadak sih?" omel Rachel pada Jason tanpa melihat situasi seraya mengelus-elus kepalanya yang sakit karena ia tak memakai helem.
"Sial! Mereka lagi, mereka lagi." gumam Jason pelan. Namun masih terdengar oleh telinga Rachel. Kemudian Jason pun membuka helem yang dipakainya.
"Ada apa sih?" Rachel pun mulai menyadarinya bahwa ada segerombolan preman yang menghadang perjalanan mereka. "Siapa mereka?" tanyanya penasaran.
"Mana gue tahu, parsel!" jawab Jason menekan. "Belum kenalan gue sama mereka." lanjutnya iseng.
"Ya kalau kagak kenal, ngapain mereka ngalangin jalan kita? Elo punya urusan apa sama mereka?
"Itu preman dari kemarin ngikutin gue mulu. Kagak paham juga gue." ungkap Jason.
"Oh! Jadi mereka yang bikin elo babak belur?"
"Anjim! Luka gue cuma satu, parsel! Gak bonyok juga." sangkal Jason membenarkan perkataan Rachel.
"Sama aja!" Rachel dan Jason malah asyik ribut sendiri. Sampai membuat kelima preman yang menghadangnya kebingungan.
Dan kebetulan sekali, jalanan yang Rachel dan Jason lewati nampak begitu sepi seperti di pemakaman alias kuburan. Sehingga preman-preman itu dengan mudah bisa menghadang mereka berdua.
"WOI!!! TURUN ELO BERDUA!!!"
★★★★★