webnovel

SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard

Rachel Gabriella Winata , cucu perempuan satu satunya yang dimiliki Bram Winata dan Retno Winata. Gadis remaja SMA yang dikawal oleh 3 orang anak laki laki seusianya yang memang merupakan saudaranya sendiri. Mereka adalah cucu cucu keturunan SULTAN. Rachel dijodohkan oleh Retno , atau oma Rere alias neneknya sendiri kepada seorang anak dari orang paling terkaya nomor dua setelah keluarganya . Akankah Rachel menuruti permintaan sang Nenek ? Atau Rachel akan menolaknya ? Simak terus kisahnya hanya di SULTAN FAMILY . Selamat membaca ! Semoga kalian suka :)

FheeKamikaze_ · Teenager
Zu wenig Bewertungen
111 Chs

DJI SAM SOE...

"WOI!!! TURUN ELO BERDUA!!!" titah salah satu preman dengan kepala botak mengkilap bagaikan lampu taman berjalan.

"Gimana nih? Si botak nyuruh kita turun?" tanya Rachel sok polos.

"Lah? Sepertinya gue salah bawa orang deh." tukas Jason yang heran pada Rachel. Bukannya panik melainkan seperti menantang. Lalu Jason pun memberanikan diri turun dari motor. Begitu juga dengan Rachel. "Elo ngapain turun?" tanyanya.

"Kan yang disuruh turun, berdua goblok!" sarkas Rachel. Lagi-lagi Jason dibuat seperti orang bodoh oleh Rachel.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Tetapi entah kenapa, suasana jalanan itu tidak ramai seperti biasanya? Rachel dan Jason tidak bisa meminta bantuan siapapun, sebab tidak ada satu pun orang yang melewati jalan tersebut.

Rachel juga tidak punya waktu untuk berpikir bagaimana caranya agar bisa lolos dan menghindari preman-preman itu? Mau tak mau mereka harus melawannya.

"Heh! Kalian itu siapa? Maen hadang hadang aja." tanya Rachel memberanikan diri. "Kalian pikir ini jalan punya nenek moyang elo? Seenak jidat elo nyegat gue dijalan sepi begindong!" omelnya tanpa rasa takut.

Kelima preman tersebut malah tertawa mendengar omelan Rachel yang entah itu ngelawak atau ancaman bagi mereka. "Cantik juga cewek nya." ujar preman berambut gondrong.

"Heh gondrong! Elo bodoh atau gimana?" ketus Rachel yang mungkin bisa membuatnya emosi. "Dimana mana cewek itu cantik. Lah elo apaan? Rambut gondrong, cewek bukan. Cantik kagak, sangar iya. Turunan mak lampir nomor berapa elo?"

Kata-kata Rachel sedikit menghibur sampai-sampai ke empat teman preman itu tertawa kecil. Termasuk Jason.

Tak terima dirinya dikata-katain, preman berambut gondrong itu pun tanpa aba-aba langsung menyerang Rachel. Sayangnya, dengan sigap Rachel berhasil menakis serangan preman tersebut.

"Mau ngapain sih?" tanya Rachel heran seraya menahan pukulan dengan satu telapak tangannya. Lalu dengan cepat memutar tangan si preman itu sampai kesakitan. Kemudian menendang perutnya dengan lutut, dan terakhir mendorongnya sampai jatuh tersungkur.

Melihat itu, keempat preman lainnya bergidik ngeri jika harus melawan Rachel. Nyalinya berubah menciut seperti bunga putri malu.

Jason pun hanya menonton dan berdiam diri sambil bersandar dimotor. Seperti sedang menyaksikan film the karate kid yang dibintangi oleh Jackie Chan dan Jaden smith.

Usai membuat preman-preman kalah dan tak berdaya sampai-sampai tak punya tenaga lagi untuk melawan, Rachel dan Jason segera pergi meninggalkan mereka.

📞"Maaf bos! Kita gagal lagi." ucap preman botak melapor pada seseorang ditelpon yang mungkin itu adalah atasan para preman tersebut. Entah itu siapa, yang jelas atasan mereka marah besar karena tak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik.

📞"Tapi bos, kita bukan melawan anak cowok itu." katanya lagi. "Kita malah bonyok dipukulin sama cewek cantik."

Mendengar kata cewek cantik, yang ditelpon malah semakin marah. Atasannya pun mengancam kelima preman itu bahwa mereka tidak akan dibayar sepeser pun jika perempuan yang mereka keroyok babak belur bahkan lecet sedikitpun mereka tidak akan mendapat ampun darinya.

***

Dering sebuah ponsel menggema sempurna hingga terdengar di seluruh penjuru ruangan, mengusik seorang gadis yang tengah terlelap. Gadis itu hanya menggeliat sebelum membenamkan kepalanya ke dalam bantal. Kesabarannya mulai habis, bising dering ponsel tersebut seakan mengejeknya sehingga dengan berat hati ia meraba meraba kasur mencari keberadaan ponselnya.

Matanya masih enggan terbuka, tetapi dengan tepat ia menggeser tombol hijau ke atas dilayar ponselnya. Lalu menempelkan ponsel itu pada telinganya.

📞"Wae?" ucapnya dengan suara sedikit serak.

📞"Dalam waktu 5 menit, oma tunggu kamu dibawah!" ucap Rere yang langsung menutup teleponnya.

📞"Heemm!" sahut gadis itu. Namun bukannya bangun dari tidurnya melainkan kembali terlelap seraya menarik selimut tebalnya sampai menutupi bahu dan lehernya. Gadis itu kembali membiarkan dirinya terbuai dialam bawah sadarnya.

Seketika keningnya mengernyit, ia merasa seperti ada sesuatu yang berusaha menerobos matanya. Perlahan ia membuka matanya yang berat dan langsung disambut oleh silau cahaya matahari dari arah balkon.

Sebelah tangannya terangkat untuk menyembunyikan wajahnya, dengan setengah kesadarannya ia meraih benda pipih dibawah bantalnya dan membuka lockscreen ponselnya. Matanya membelalak sempurna saat ponsel di genggamannya sudah menunjukkan pukul 06.38 WIB.

Damn... Batinnya. Tanpa basa basi dia menyibak selimut yang sebelumnya membalut tubuhnya dan berjalan sempoyongan ke kamar mandi.

Setelah kurang dari 10 menit merapikan diri, gadis itu akhirnya keluar kamar. Dengan sangat tergesa-gesa, ia sedikit berlari kecil menuruni anak tangga yang lumayan banyak jumlahnya dari lantai 3 menuju bawah seraya memasangkan sebelah sepatunya.

Karena tak sempat untuk merapikan rambutnya, gadis itu membiarkan rambutnya tergerai dan hanya menyapukan wajahnya dengan bedak juga sedikit mengoles bibirnya dengan lipbalm agar tidak terlihat pucat.

"Jam berapa ini Rachel?" tanya Rere dengan tatapan yang begitu menusuk.

"Ah! Iya oma. Rachel minta maaf." ucapnya dengan wajah tanpa dosa.

"Gila lo! Ngapain aja semalam? Sampai bisa bangun telat." umpat Rafi kesal sebab harus menunggunya selama hampir satu jam.

"Elo gak sholat subuh?" tanya Rio.

"Gue lagi halangan Rio. Makanya gue telat bangun." jawab Rachel.

"Gak ada hubungannya baby bear." rutuk Rafi lagi.

"Rachel! Kamu, oma hukum selama satu minggu." tutur Rere seperti biasa memberikan hukuman pada cucu-cucunya yang melakukan kesalahan atau tidak disiplin.

"WHAT!? Satu minggu?"

***

Bel masuk telah berdenting 5 menit yang lalu. Pagar besi yang menjulang tinggi sudah rapat tertutup dan digembok. Rachel dan ketiga saudaranya tidak dapat masuk kedalam sekolah. Mungkin jam pertama pun sudah dimulai.

"Oalaaahhh! Non Rachel kok bisa sih terlambat masuk sekolah?" tanya pak Anton sang satpam. "Ndak biasanya toh."

"Iya pak. Tadi ban motor bang Rafa sempat bocor." ujar Rachel sedikit berbohong. "Mana harus nyari bengkelnya dulu sebelum nambal." tambahnya lagi dengan menunjukkan ekspresi wajahnya yang sedih.

"Lah, mas Rafi dan mas Rio juga bocor ban ya? Kok sama-sama terlambat?" ucap pak Anton seperti mengejek.

"Kita kan saudara pak Anton." sela Rafi.

"Iya, iya, iya! Kalian kompak sekali. Apalagi mas Rafi, memang DJI SAM SOE dah." kata pak Anton lagi mengacungkan jempol tangannya.

"Hah? Apaan tuh?"

"Gak ada elo, gak rame." lanjut pak Anton yang diakhiri gelak tawanya sambil membuka gembok pagar sekolahnya.

"Ish! Pak Anton nih!" gerutu Rafi. Lalu mereka pun masuk seraya mengucap terima kasih. Namun sayang, setibanya diparkiran mereka bertemu dengan Pak Surya guru kesiswaan.

Dengan tampangnya yang cukup menyeramkan, tubuh tinggi besar dan perut buncit lalu matanya yang tajam membuat Rachel dan yang lainnya harus menguatkan mentalnya.

"Selamat pagi pak!" sapa Rafi basa-basi. "Maaf kami...

"Sudah jam berapa ini?" tanya pak Surya memotong ucapan Rafi. "Kalian terlambat 10 menit! Saya tidak menerima alasan apapun, sekarang juga kalian pergi kelapangan basket dan lari 15 putaran!" perintahnya.

"Saya juga pak?" tanya Rachel sok polos.

"Iya!"

"15 putaran?"

"Sudah cepat sana! Apa mau saya tambahin hukumannya?"

"Ah, tidak-tidak pak!" Rachel dan yang lain pun segera pergi meninggalkan parkiran sekolah menuju lapang basket dan segera memulai hukumannya.

Sebelum berlari, Rachel menguncir satu rambutnya terlebih dahulu seperti ekor kuda. Agar tidak kegerahan saat berlari. Ia pasrah dengan hukuman yang diberikan guru kesiswaan itu.

"Gara-gara elo nih!" umpat Rafi pada Rachel.

"Lah, kenapa nyalahin gue?" kata Rachel.

"Ya kenapa elo bangun telat, BABY BEAR?" tanya Rafi lagi menekan nama panggilan Rachel.

"HEH SAPI! Gue kan ke sekolah bareng bang Rafa. Kenapa elo gak berangkat duluan? Habis itu elo bisa ijinin gue sama bang Rafa. Emang ya? Manusia kalau udah bucin, bodohnya minta ampun." gerutu Rachel tak terima dirinya disalahkan.

"Yeehhh... Malah ngatain gue bucin segala lagi." tukasnya.

"Untung si Flora gak bareng elo." sambung Rio sambil sedikit terkekeh.

"Ck! Bacod elo!" Mereka pun saling adu mulut meskipun sedang dalam menjalani hukuman.

Rachel terlihat lebih santai dan sedikit malas. Ditambah teriknya matahari membuat tubuhnya lebih cepat mengeluarkan keringat. Baru 5 putaran saja, Rachel sudah merasa kelelahan padahal dirinya sering berolahraga.

Ada sedikit rasa pusing dikepalanya, sehingga membuat pandangannya agak buram sampai tidak fokus berlari dan tiba-tiba....

"AAAWWHH !!!"

★★★★★