"Morning sayang !" ucap Leon seraya membuka pintu kamar dan masuk. "Aku bawain kamu par-..."
Matanya membelalak terkejut saat mengitari setiap sudut kamar Rachel yang penuh dengan parsel. "Sel." lanjutnya.
Wajahnya sedikit kecewa, karena ia pikir bahwa hanya dirinyalah yang selalu kasih perhatian lebih untuk Rachel. "Dari mana semua parsel-parsel ini ?" tanya Leon sedikit ketus.
"Heh singa ! Elo lupa, gue itu siapa ?" sanggah Rachel.
"Chel, aku ini tunanganmu. Aku gak mau kamu nerima barang apapun dari orang lain kecuali aku." pinta Leon.
"Hah, elo gila !" kesal Rachel. "Elo mau gue bunuh ? Gue lebih baik masuk penjara daripada harus nurutin kemauan lo yang gak masuk akal." ujarnya.
"Rachel ! Kamu itu cantik, kamu seorang model. Pasti diluar sana banyak sekali buaya buaya yang suka sama kamu. Fans kamu juga pasti 99% cowok semua." ucap Leon sok tahu.
"Elo tahu apa tentang fans gue ? Emang elo siapa ngatur ngatur gue ? Udah deh dari pada elo mengacau hari gue, mending elo pergi ." usir Rachel yang tak tahan dengan sikap Leon.
Waktu menunjukkan pukul 11 siang. Leon masih berdebat dengan Rachel. Tak lama dari itu, tiba tiba seorang laki-laki tanpa permisi masuk kamar Rachel.
"Hai Ell !" sapa laki laki itu membuat hati Leon terbakar cemburu. Sebelumnya Leon belum pernah bertemu dengan orang tersebut. Rachel pun tersenyum senang dan melambaikan tangannya.
"Siapa lo ? Masuk kamar orang tanpa permisi." ketus Leon dengan nada tinggi.
"Lah, rupanya ada tamu disini." kata laki laki itu iseng. "Hai, gue Dan-...
"Ah bacod lo !" potong Leon seraya melayangkan pukulan terhadap wajah laki laki tersebut.
Rachel pun tersentak kaget dan langsung berteriak membuat orang orang dirumah berlari berhamburan menuju kamar Rachel.
"Ada apa ?" tanya Rafa yang terlebih dahulu sampai dikamar Rachel. Ia pun mengerutkan keningnya saat melihat seorang laki-laki terjatuh dengan sedikit darah disudut bibir kanannya. "Daniel ?" ucapnya lalu membangunkannya.
Terlihat dari wajah Leon yang penuh dengan emosi. Entah apa yang ada dipikirannya, ia merasa hatinya diselimuti dengan amarah.
BUGH !
Rafa pun melayangkan pukulannya pada Leon sampai terjatuh pula. Kemudian menarik kerah baju Leon dan kembali memukul wajahnya yang sok kecakepan tanpa perlawanan.
"BERHENTIIII !" Teriak Rachel sekencang kencangnya. Rafa pun berhenti memukul Leon. "Keluar semuanya dari kamar gue !" pekiknya kesal.
Mereka pun keluar kecuali Laura dan Daniel. Rafa dan yang lainnya kembali berkumpul diruang keluarga.
"Elo punya masalah apa sama Daniel ?" tanya Rafi pada Leon.
"Oh, jadi nama dia Daniel." gumam Leon. "Gue gak suka aja sama sikap dia." jawabnya.
"Apa elo tahu siapa dia ?" pekik Rafi kesal menghadapi Leon.
"Fi , gue tunangannya Rachel. Wajar kalau gue gak suka lihat Rachel dekat sama cowok lain." sarkas Leon membela diri.
"Oh, jadi lo cemburu ?" ujar Rafi sambil tertawa. "Bodoh !" ucapnya lagi seraya mendorong Leon ke sofa. "Cemburu lo salah tempat."
Rafa dan Rio hanya duduk bersidakep melihat Rafi dan Leon berdebat. Seperti sedang menonton sebuah pertunjukkan.
"Daniel itu dokter pribadi keluarga gue, Leon." lanjut Rafi. "Dia itu seorang dokter, gak level punya saingan macam manusia kayak elo."
***
Pagi buta, Laura tengah sibuk didapur seusai melaksanakan shalat subuh. Dirinya berinisiatif membuatkan sarapan pagi untuk Rachel dan yang lainnya.
Laura sangat senang sekali ketika bisa memasak sesuatu untuk sahabatnya. Dengan dibantu bi Sumi, Laura membuat bantal telur isi nasi goreng. Didalamnya ada beberapa potongan sayuran seperti wortel, suir ayam, juga sawi hijau.
Usai menyiapkan sarapan, ia bergegas mengganti pakaian santainya dengan seragam sekolah. Hari ini hari senin, ia harus berpakaian lengkap agar terhindar dari hukuman saat upacara.
Jam didinding sudah menunjukkan pukul 05.45 WIB. Semua penghuni Rutan alias Rumah Sultan, telah bersiap dan segera menuju ruang makan untuk sarapan.
"Wow !" gumam Rachel saat melihat makanan yang sudah diplating dengan indah. "Siapa yang buat bi ?" tanyanya pada bi Sumi . "Tumben langsung disajikan ?"
"Euh, itu bukan bibi yang buat non. Tapi non Laura yang masak dan dibikin seperti itu." jawab bi Sumi.
"Wah, kayaknya ini enak deh." ucap Rey nimbrung.
"Ini apaan bi ?" tanya Rafi yang baru saja tiba dimeja makan.
"Ini bantal telur nasi goreng, den." jawabnya lagi.
"Cakep bener bi. Ada lalab lengkap sama sambelnya nih."
Rafi pun segera duduk dan menyantap hidangan paginya dengan lahap. "Enak banget nih, tumben bi Isum bikin ginian ?" tebaknya seraya memuji.
"Bang Rafi, ini bukan buatan bi Sumi. Ini kak Laura yang buat." timpal Rey polos.
"What ?" ucapnya kaget dan berhenti mengunyah. "Kenapa gak bilang dari tadi ? Tahu gitu, gue gak mau makan." sarkasnya.
"Heh Sapi ! Lo punya masalah hidup apa sih , sampai gak mau makan masakan gue ?" geram Laura.
"Ya siapa tahu elo taruh racun dimakanan ini, gue kan kagak tahu." tuduh Rafi tanpa alasan. "Udah lah, gue gak mau makan lagi." Rafi pun beranjak dari meja makan seraya menggendong tasnya.
"Gue masih waras, Sapi ! iya kali gue taruh racun." sangkal Laura.
"Laga lo bilang gak mau makan lagi, nyatanya nasi dipiringnya udah ludes sampai sambel-sambelnya gak bersisa." sindir Rachel.
Selesai sarapan, tak disangka tak diduga. Didepan rumah, Leon tengah menunggu Rachel keluar rumah.
"Chel ! Hari ini kamu bareng aku ya ?" ajak Leon dari dalam mobil miliknya.
"Ck ! Ini orang kagak ada otaknya apa ?" rutuk Rachel. "Gue kan bareng Laura, Singa ." jawabnya sinis.
"Dia kan bisa ikut sama yang lain." timpal Leon.
"Elo berani ngatur gue ?" ketus Rachel.
"Chel ! Udah deh, mending elo ikut dia aja. Gue mah gak apa apa, lagian bokap gue katanya pengen nganterin gue kesekolah." ujar Laura.
"Tapi gue males bareng dia, Fauna." ucap Rachel menekan.
"Ayok Chel , cepetan masuk." kata Leon.
Rachel pun menghela nafas dengan kasar. Ia terpaksa menuruti kemauan Leon. "Turun lo !" titah Rachel pada Leon.
"Loh, kenapa ?" tanya Leon penasaran.
"Turun gak elo ? Kalau gak mau turun, gue pergi bareng yang lain." ancam Rachel.
"Iya, iya aku turun." Leon pun menuruti perintah Rachel. Dan langsung duduk disamping kemudi.
"Pakai sabuk pengaman lo ." titah Rachel lagi. Kemudian tanpa aba aba ia langsung tancap gas. Begitu keluar dari gerbang, Rachel memulai aksinya. Tak tanggung tanggung, ia melajukan mobil milik Leon dengan sangat kencang. Membuat jantung orang yang duduk disamping kemudinya konser habis-habisan.
Gak sampai satu jam, Rachel sudah tiba diparkiran sekolah. Dengan tersenyum puas, ia keluar dari mobil meninggalkan Leon yang sedang mengatur nafasnya karena shock.
***
Usai mengasah otak, akhirnya mereka bisa merefreh kembali otaknya setelah beberapa jam bergelut dengan mata pelajaran yang selalu menghabiskan energi.
Saat hendak keluar kelas, Rachel menerima panggilan dari kak Roy. Dirinya dimintai pergi ke suatu tempat.
"Bang Rafa, anterin gue ke tempatnya kak Roy." titah Rachel.
"Okay !" sahut Rafa singkat.
"Rachel, kamu mau pergi kemana ?" tanya Leon kepo. "Kenapa gak minta aku yang temenin kamu ?"
"Ogah ! Yang ada nanti elo malah mengacau." ketus Rachel seraya berjalan menuuju parkiran.
"Aku janji Rachel, aku gak bakal melakukan hal yang aneh aneh lagi." ucapnya berjanji.
"Gue ada kerjaan, Singa. Elo mending kagak usah ngikut deh."
"Gak bisa gitu Rachel, aku tunangan kamu. Aku harus tahu apa yang sedang kamu lakukan."
"Halah, basi lo." Rachel pun segera masuk kedalam mobil Rafa dan bergegas pergi meninggalkan pekarangan sekolah.
Tanpa berpikir panjang, Leon pun segera menyusul mobil Rafa. Ia tak mau kalau dirinya tak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh tunangannya itu.
"Chel! Sepertinya tunangan lo ngikutin kita deh." ucap Laura yang duduk dibelakang bersama Rafi.
Rachel pun melihat sekilas dari kaca sepion. "Emang gak waras itu anak." gumamnya.
"Cemburu tingkat dewa." celetuk Rafi.
"Maksud lo ?" tanya Rachel tak mengerti.
"Tunangan elo itu, cemburu sama si Daniel." jelas Rafi. "Cemburu kok salah tempat."
"Heh bang, bisa gak sih ? Elo kagak usah nyebut dia tunangan gue. Eneuk gue dengarnya." sarkas Rachel.
"Iya, sorry ."
Tak lama kemudian, mereka telah sampai disalah satu gedung entertain. Mereka pun segera masuk dan menemui manager Rachel yang sudah menunggunya.
"Kak Roy !" panggil Rachel saat melihat sang manager dan lalu menghampirinya.
"Sampai juga kamu. Cepat ganti baju sana." titah Roy pada Rachel.
"Elo ? Ngapain disini ?"
★★★★★