Tepat pukul sepuluh pagi, Laura tiba di toko. Ia sangat takjub dengan bangunan toko tersebut yang menggugah selera. Dari luar gedung saja, toko itu sudah mampu menarik orang-orang yang berlalu lalang disekitarannya untuk masuk ke dalam toko.
"I,ini ? Ini toko tante juga ?" tanyanya kagum.
"Iya sayang." jawab Cellyn meyakinkan. "Ini toko tante cabang ketiga. Kamu belum pernah kesini ya?"
"Belum pernah tante. Laura gak tahu, lagian Rachel gak pernah ngajak aku kesini."
Cellynpun terkekeh menutupi senyumnya. "Ya Rachel mana mau kesini, Laura. Disini ramai banget, gak seperti di Kafe Brownies." ungkapnya.
"Iya juga sih." timpal Laura seraya melihat arloji ditangannya. "Ini baru pukul 10 lewat, tapi sepertinya toko sudah ramai banget." ujarnya. Lalu mereka berdua pun segera masuk ke dalam toko.
"Laura, kamu boleh keliling toko. Kamu juga boleh pesan atau ambil apa saja yang kamu mau." suruh Cellyn. "Tante mau ada briefing dulu sama manager dan tim lainnya disini. Kamu nanti ditemani sama... Hah, sama Shadam. Shadam!" panggilnya sambil melambaikan tangan.
"Selamat pagi bu! Ada yang bisa saya bantu?" sapa Shadam sangat sopan.
"Kenalin, ini anak saya! Kamu tolong bawa dia keliling toko."
"Baik bu." ucap Shadam. "Mari non, kita ke arah sana." tunjuknya ke arah belakang Laura. Laura pun mengikuti salah satu pelayan di toko itu menuju sebuah meja kasir.
"Loh, kenapa kita ke meja kasir?" tanya Laura heran pada Shadam.
"Maaf non, peraturan disini kalau ada pengunjung baru harus diberi panduan terlebih dahulu." jelasnya. "Apalagi, non anaknya pemilik toko ini. Kami harus memberikan pelayanan terbaik."
"Eh eh eh... Jangan panggil non, panggil saja Laura." sanggahnya. "Lagian sebenarnya aku bukan anak kandungnya tante Cellyn."
"Oh gitu. Pantas saja saya tidak mengenali non. Eh, maksud saya Laura."
"Anak tante Cellyn kan cuman satu."
"Oh iya, saya lupa."
"Memangnya Rachel pernah kesini ?"
"Cuma sekali. Setelah itu, tak pernah kesini lagi."
***
Laura kini berada dilantai dua yang sering disebut Mellow citty yang dari kata lain Mellow maksudnya Marshmellow. Lantai dua paling diminati banyak orang karena menu utamanya adalah marshmellow. Baik itu makanan maupun minuman.
Laura pun mencoba salah satu eskrim yang paling disukai orang-orang. Yaitu, Chocomellow ice with boba. Eskrim coklat yang menyelimuti marshmellow didalamnya dengan topping boba diatasnya ditambah whipe cream putih yang ditaburi kacang almond.
Saat sedang menikmati eskrim, tiba-tiba ponsel Laura berdering. Seseorang telah menghubunginya dengan video call.
📞"Hai! Hai, hai, hai, hai!!!" sapa orang itu bersemangat. "Guten morgen Faunaaaa !"
📞"IEW berisik!" tukas Laura. "Herman deh gue sama elo?"
📞"Wae ?"
📞"Bukannya elo lagi di Jepang? Tapi elo malah nyapa gue pakai bahasa Jerman. Dasar FREAK !" umpat Laura seraya menekan kata freak.
📞"Yeeehhhh.... Serah gue dong! Mulut-mulut gue, napa elo sewot?"
📞"Iya, iya. Terserah baginda ratu deh." Laura pun mengalah. "Tumben vicall? Kenapa? Rindu gue ya ?"
📞"Anjim elo! Gue tutup lagi nih vicall nya."
📞"Rachel, Rachel! Baperan amat sih elo."
Ya, orang itu adalah Rachel. Sahabat Laura yang masih berada dinegeri orang. Mereka berdua pun saling menanyakan kabar dan mengobrol yang lainnya.
📞"Heh, Fauna! Sepertinya gue kenal tu tempat?" pikir Rachel.
📞"Ya iyalah kenal. Orang gue lagi di Candy's rainbow.
📞"Lah, kok elo bisa nyasar ke sana? Tahu dari mana?"
📞"Gue diajakin mamih elo kesini. Katanya lagi rindu sama elo. Tapi dia malah meeting bareng manager toko ini." keluh Laura membuat Rachel tertawa ngakak.
📞"Itulah mamih gue. Makanya gue gak pernah mau diajak jalan berdua bareng mamih. Ya gitu jadinya."
***
Jelang sore hari, Rafa, Rafi, Rio dan Rey sedang asyik bermain game dan berkumpul dihalaman belakang.
"Biasanya kalau lagi ngumpul gini, ada kak Rachel yang suka heboh sendiri." ucap Rey seraya fokus bermain. "Rey jadi rindu sama kak Rachel." keluhnya.
"Benar! Gue juga." timpal Rafi.
"Kemarin dia DM gue." timpah Rio. "Dia nyuruh gue ngelakuin sesuatu."
"Apaan ?" tanya Rafi kepo. Rio pun menceritakan sesuatu pada mereka. Sampai maghrib tiba, mereka menyudahi obrolannya dan bersiap untuk melaksanakan ibadah shalat maghrib.
Pukul 19.00 WIB, seluruh keluarga Winata sudah berkumpul dimeja makan untuk makan malam, termasuk Laura. Ya, selama ini Laura memang sudah dianggap seperti putri dan cucu Winata. Sebab, dia hanya memiliki orang tua tunggal yaitu Gilang.
Orang tuanya dipercaya oleh keluarga Winata untuk mengelola satu perusahan dalam bidang kuliner. Yakni mengelola Kafe Brownies milik Cellyn. Dan Rere merasa kasihan jika Laura harus tinggal disebuah apartemen sendirian, meskipun sebenarnya berdua bersama Gilang. Dikarenakan sebuah pekerjaan, Gilang jarang pulang dan tidak bisa menemani Laura dalam waktu yang lama.
"Laura sayang, kamu duduk saja tak usah membantu bi Sumi." kata Adriana heran melihat Laura sering membantu Sumi dalam menyiapkan makan malam.
"Tidak papa tante." timpalnya. "Laura senang kok melakukannya. Lagipula, Laura gak enak kalau mau makan tinggal makan. Anggap saja ini rasa ucap terima kasih Laura pada kalian." ungkapnya.
"Kamu memang anak yang baik." ucap Rere. "Rachel gak salah pilih teman seperti kamu." Rere pun memuji Rachel meskipun tidak ada orangnya.
"Terima kasih oma."
***
Senin pagi adalah awal yang rata-rata paling menyebalkan bagi sebagian pelajar. Maupun itu tingkat sekolah dasar, menengah pertama bahkan menengah atas. Sebab harus tiba disekolah lebih pagi.
Di Indonesia hari senin merupakan hari yang wajib melaksanakan upacara sebagai pengingat dan mengenang masa kemerdekaan negara Indonesia pada para pahlawan.
Selesai upacara, seluruh murid berhamburan meninggalkan lapangan upacara. Meskipun masih pagi, tetapi panasnya matahari sudah seperti dipuncak kepala. Sehingga membuat murid murid tak tahan dengan sinar mentari pagi itu.
Tak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi. Seluruh murid MIPA Elit sudah berada dikelasnya sebelum guru bahasa Inggris masuk duluan.
"Hello! Good morning!" sapa bu Merry saat tiba didepan pintu.
"Hi! Good morning too, Mis." sahut semua murid.
"Okay! Are you ready ?"
"Yes, sir!"
"Today, I will give a presentation assignment on how to make food or drink." ucap bu Merry. "Well, kalian buat dalam sebuah video. Silahkan diskusikan dengan grup kalian. Dan ibu akan menentukan ketua grupnya."
"Grup pertama dipimpin oleh Rafa. Silahkan kamu pilih siapa saja yang akan menjadi anggotamu."
"Saya memilih... Nadin." tunjuknya.
Semua orang pun terkejut dengan pilihan Rafa. Mereka mengira jika Rafa akan memilih Laura sebagai partner utamanya. "Juga Melani." lanjutnya.
"Yes!" gumam Melani senang.
"What? Rafa, elo gak salah pilih kan?" tanya Nadin memastikan. "Gak! Gue gak mau satu kelompok bareng nenek kebayan." bantahnya. Tetapi Rafa tidak ingin mengubah keputusannya.
"Sepertinya kita harus damai, Nadin?" kata Melani dengan menyungging senyumannya.
"Dih, najis!"
"Akhir-akhir ini, Rafa memang menghindar dari gue." batin Laura. "Tapi kenapa?" Laura dan Rafa semakin hari semakin menjauh. Rafa seperti menjaga jarak dengannya, entah apa itu alasannya. Laura pun enggan bertanya, dan tak ingin bertanya. "Sudahlah, gue gak bakal berharap lebih." ucapnya pasrah.
"Ok! Selanjutnya, Rafi! Silahkan kamu pilih anggotamu."
"Saya pilih... Laura dan Rio." Tanpa basa basi Rafi langsung sebut nama mereka berdua. Dan memang Laura target utamanya.
Bu Merry pun menyebut kembali satu nama yang dijadikan ketua dalam grupnya dan menyuruh untuk memilih anggotanya sampai kelompok terbagi menjadi enam grup.
Kemudian memerintahkan semua murid untuk duduk sesuai kelompoknya dan menyuruh untuk segera mencari bahan presentase. Tak lupa juga menjelaskan apa saja yang akan dinilai dari setiap presentase yang ditampilkan dari masing-masing kelompok.
★★★★★