Satu jam kemudian, mereka telah sampai dirumah sakit Medical Centre. Dan Rachel sudah mendapat penanganan dari dokter dan perawat. Karena luka tusuknya sangat parah dan sudah mengenai organ vital, dokter dan perawat membawanya ke ruang operasi. Semuanya pun menunggu diluar ruangan, termasuk Jason dan Laura.
Terlihat wajah cemas dan khawatir dari mereka berlima. Jason merasa paling bersalah atas kejadian ini.
"ARRGGHHH !!!" pekiknya seraya memukul dinding. "Bodoh!" Jason pun dengan sengaja memukul kepalanya sendiri beberapa kali kedinding.
"Je, sudahlah. Ini bukan salah elo." ucap Rafi menenangkan meskipun dirinya juga tak tenang.
"Gue bodoh Fi, bodoh!" tukas Jason menyalahkan diri sendiri seraya mengusap kasar wajahnya. "Gue udah membiarkan pisau itu menusuk Rachel. Kenapa dia selamatin gue ? Kenapa dia gak membiarkan saja pisau itu menusuk diperut gue ?"
"Jangan menyalahkan diri elo sendiri Je. Ini semua salah gue, bukan salah elo." sanggah Rafi. "Gue yang ngajakin kalian ke tempat itu. Gue juga lupa, kalau dipasar itu banyak copet." keluh Rafi. Ini pertama kalinya Jason mengeluarkan kata-kata banyak.
Lain hal nya dengan Laura yang duduk dilantai seraya terisak isak tak berhenti menangis. Ia menekuk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya. Sedangkan Rafa tak bisa diam, ia terus mondar mandir seperti sebuah setrikaan.
Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Sudah satu jam lamanya Rachel berada didalam ruang operasi. Rafa dan yang lainnya masih menunggu. Tidak lama kemudian, pintu ruang operasi terbuka. Rafa dan Jason sontak berdiri.
"Dok, bagaimana keadaan Rachel ?" tanya Rafa tak sabaran.
"Dia masih belum sadarkan diri. Apa kamu sudah menelpon orang dirumah ?"
"Sudah dok, sebentar lagi mungkin sampai."
"Jika orang tuanya sudah tiba, tolong segera temui saya diruangan saya." titah dokter tersebut. Rafa pun mengangguk.
"Apa kita boleh masuk ke dalam dok ? Kita ingin melihat keadaannya." tanya Rafi.
"Kalian boleh masuk, tapi hanya satu orang. Karena jika ramai-ramai, takutnya menganggu. Pasien juga akan segera dipindahkan keruang rawat inap, apabila pasien sudah sadar. Jadi, mohon dimengerti." dokter itu pun berlalu pergi setelah memberi penjelasan.
Rafa pun bergegas masuk ke dalam terlebih dahulu untuk melihat kondisi Rachel. Dan ia bersyukur dengan keadaan Rachel yang baik-baik saja. "Gue tahu Chel, elo pasti kuat. Tapi, cara elo basi untuk dapat perhatian dari Jason." gumam Rafa seraya menatap dan mengelus wajah Rachel sambil menyeringai. "Selamat, elo udah bikin anak orang panik, cemas, dan khawatir setengah mati." Setelah itu, Rafa beranjak keluar dari ruangan sembari menghela nafas lega.
"Je, sekarang giliran elo." titah Rafi pada Jason.
"Gue ? Kenapa harus gue ?" tanya Jason heran. "Gue gak pantes temui Rachel, gue malu Fi." elaknya. Namun tatapan Rafa penuh makna, seakan memaksa dirinya untuk masuk ke dalam. Jason pun mengalah pada ego nya, ia mau temui Rachel didalam.
***
Andrea dan Cellyn juga Bram dan Rere tiba dirumah sakit secara bersamaan. Mereka bergegas masuk dan langsung menemui Rafa dan yang lainnya diruang operasi.
"Rafa! Bagaimana keadaan Rachel ?" tanya Andrea.
"Alhamdulillah, Rachel baik-baik saja om." jawab Rafa. "Rachel juga sudah sadar, perawat akan segera pindahkan Rachel keruang rawat inap terlebih dahulu." jelasnya.
"Hufh! Syukurlah." ujar Cellyn mengelus dada.
"Bagaimana ini bisa terjadi ?" ketus Rere menatap Rafa, Rafi, Laura juga Jason.
"Saya minta maaf, oma." ucap Jason menunduk. "Ini semua karena saya. Karena Rachel menyelamatkan saya."
"Tidak oma! Ini semua salah Rafi." potong Rafi cepat. "Rafi yang mengajak mereka ketempat itu."
"Bukan! Semua ini bukan salah mereka, oma." bantah Laura. "Kejadian ini bermula dari dompet Laura yang dicopet. Dan Rachel pergi mengejar copet itu, lalu Laura bertemu Jason dan meminta bantuannya." ungkap Laura.
"Rachel mengejarnya sampai masuk ke sebuah gedung tua, dan mungkin gedung itu markas pencopet tersebut. Sehingga copet itu bertambah menjadi 3 orang. Awalnya Rachel bisa mengalahkan semuanya dengan dibantu Jason. Tetapi, salah satu dari mereka bangkit dan berniat menusuk Jason dari belakang. Dan saat itulah, Rachel berlari menyelamatkan Jason." lanjut Laura.
"Rafa! Kenapa kamu bisa lalai ?" tanya Rere. "Kamu juga Rafi, kenapa pergi ke tempat seperti itu ?"
"Kita semua berpencar oma." sahut Laura. "Laura dan Rachel pergi ke arah utara. Rafa, Rafi dan Rio ke arah Barat. Jason ke arah yang lain."
"Hukum saja saya oma, karena saya yang terakhir bersama dengan Rachel juga Laura." kata Jason pasrah.
"Kamu ? Kamu itu sebenarnya siapa ?" tanya Rere penasaran.
"Cukup oma!" pekik Rafi. "Jangan berlebihan seperti itu. Tanpa Jason, Rachel sudah pasti kehilangan banyak darah. Dan bisa saja Rachel kritis atau koma. Lagian, Jason juga sudah bertanggung jawab. Orang yang menusuk Rachel sudah ditangkap oleh polisi." Rafi pun membela Jason.
"Kalau oma ingin lihat copet itu, pergilah ke kantor polisi. Om Hamzah sudah mengurusnya." suruh Rafa. "Rio tadi sudah meminta bantuan padanya."
"Oma bakalan pergi, tapi setelah lihat kondisi Rachel." tukasnya.
"Sekali lagi, maafkan saya oma." ucap Jason terus meminta maaf.
***
Malam semakin gelap. Rachel saat ini sudah berada diruang rawat dengan ditemani Andrea dan Cellyn. Rafa dan yang lainnya beranjak pulang. Bram dan Rere pun segera pergi ke kantor polisi.
"Gimana keadaan kamu, sayang ?" tanya Cellyn sedih.
"Rachel baik-baik aja kok mih. Jangan sedih gitu dong. Rachel kan anak papih mamih, pasti kuat." jawab Rachel dengan suara sedikit parau namun mampu membuat Cellyn tersenyum.
"Oh iya, papih mau tanya dong. Boleh ?" ucap Andrea seraya mengambil kursi dan duduk disebelah ranjang. Rachel pun mengangguk. "Papih rasa, sepertinya papih pernah bertemu dengan Jason. Tapi entah dimana. Apa Jason sudah lama di Jakarta ? Katanya dia anak pindahan ya, dari mana asalnya ?"
"Entahlah." jawab Rachel singkat. "Dia orangnya tertutup."
"Rafa bilang, tadi kamu berakting. Maksudnya apa ?" pertanyaan Andrea membuat Rachel tersenyum-senyum. "Kok malah senyum-senyum sih ? Cerita dong."
"Jadi, sebelum Rachel sadar itu..."
**Flashback On**
"Gue tahu Chel, elo pasti kuat. Tapi, cara elo basi untuk dapat perhatian dari Jason." gumam Rafa seraya menatap dan mengelus wajah Rachel sambil menyeringai. "Selamat, elo udah bikin anak orang panik, cemas, dan khawatir setengah mati."
Saat Rafa hendak keluar, tiba-tiba tangan Rafa dicekal dengan lembut. Rafa pun menoleh dan tertawa kecil. "Bodoh!" kata yang dilontarkan kembali oleh Rafa. Rachel pun tak kuasa menahan tawanya. "Sudah berasa jadi artis kah ?" tanya Rafa sinis sekaligus kesal seakan ia mengetahui bahwa Rachel sedang berpura-pura. "Apa tujuan lo ?" Rachel pun segera mengatakan sesuatu pada Rafa.
---
"Kamu berdosa sayang, udah bohongin banyak orang." tutur Cellyn.
"Itu gak sengaja, mih." sanggah Rachel. "Sebelum bang Rafa masuk ke ruangan itu, Rachel sudah tersadar. Tapi saat Rachel memejamkan kembali mata Rachel hanya untuk mengumpulkan nyawa, Rachel mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki yang menghampiri." jelasnya.
"Rafa itu orang yang tahu segalanya tentang kamu. Dia khatam betul kelakuan kamu seperti apa, Rachel." terang Andrea. "Kamu gak bakalan bisa bohongin dia."
"Ya makanya, Rachel gak kuat nahan tawa saat bang Rafa bilang sesuatu ditelinga Rachel." ungkapnya. "Masa orang lagi sakit dia malah kasih selamat. Kagak waras emang tu abang satu." rutuk Rachel yang membuat kedua orang tuanya tertawa terbahak-bahak.
"Lalu apa yang kamu lakukan terhadap Jason ?" tanya Cellyn penasaran.
"Rachel melakukan hal yang sama seperti apa yang Rachel lakukan pada bang Rafa."
---
Usai Rafa keluar ruangan, masuklah seseorang dengan wajah ragu-ragu untuk menemui Rachel yang terbaring lemah tak berdaya. Ia melangkah maju perlahan menghampiri brangkar. Tertunduk malu melihat orang yang berada dihadapan nya tak sadarkan diri.
Ia pun membalikkan badannya seraya mengepalkan kedua telapak tangannya dan menahan emosi. Lalu kembali menatap lekat wajah Rachel dengan penuh penyesalan.
"Gue gagal kak." gumamnya dalam hati. Kemudian menggenggam jemari tangan Rachel. "Sorry Chel, gue gagal jagain elo buat Josen." ucapnya. "Kak Josen, Rachel sayang sama kakak." Terlintas bayangan Rachel saat mengucap kata-kata terakhir sebelum tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian, jari Rachel terasa seperti bergerak. "Jari Rachel bergerak ?" ujarnya seraya melepaskan genggamannya. Perlahan Rachel mengerjapkan matanya, lalu tersadar.
"Ja-Jason ?"
**Flashback Off**
Keesokan paginya, Rachel kedatangan Leon bersama orang tuanya. Sebelum pergi ke sekolah, Leon menyempatkan dirinya untuk menemui kekasihnya dirumah sakit. Ia tak bisa menahan rasa ingin bertemunya dengan Rachel setelah mendapat kabar bahwa Rachel terkena musibah.
"Sayang, aku minta maaf baru jenguk kamu sekarang." ucap Leon seraya mengelus rambut Rachel. "Aku baru dapat kabar semalam dari oma."
"It's okay." sahut Rachel singkat.
"Rachel sayang, gimana keadaan kamu sekarang ?" tanya Lydia sok perhatian. "Leon khawatir banget sama kamu semalam, sampai gak bisa tidur mikirin kamu."
"Udah enakan kok, tante. Makasih sudah nyempetin jenguk Rachel."
"Iya, sama-sama. Tante gak bisa lama-lama nih, harus cepat ke kantor. Kamu cepat sembuh ya, sayang."
"Kamsahamnida." ucap Rachel berterima kasih dengan menggunakan bahasa Korea.
"Aku pergi dulu ya. Cepat sembuh sayang."
★★★★★