Rania berusaha menguatkan hatinya, ketika mendengar perkataan Erick barusan. Karena perkataan pria itu sangat sarkas dan membuatnya merasa sakit hati.
Karena tidak ingin terus-terusan berdebat dengan Erick, akhirnya Rania mengikuti semua yang diinginkan oleh pria tersebut.
"Kamu harus sadar Rania. Jika kamu itu bukan siapa-siapa. Kamu hanyalah seorang pegawai rendahan di mata pria itu. Jadi sebaiknya kamu diam saja, jangan pernah membantah perkataannya lagi," pikir wanita itu dalam hati yang berusaha menasehati dirinya sendiri.
Rania hanya diam dan juga pasrah. Di saat para pegawai putik itu mendandani dirinya. Walau sebenarnya ia sedikit canggung, karena selama ini wanita itu jarang menggunakan make-up lengkap. Kecuali saat ia wisuda dulu.
"Sudah selesai, Mbak Rania. Sekarang Anda bisa melihat penampilan Anda di cermin. Katakan saja bila ada yang kurang, biar nanti saya perbaiki," ucap salah seorang MUA yang melakukan makeover kepada Rania.
Seketika Rania pun terkejut, ketika melihat tampilannya saat ini cermin. Karena kini tubuhnya dibalut dengan dress berwarna peach, yang membuat tampilannya begitu anggun.
Ditambah lagi dengan riasan wajah, serta tata rambut yang terlihat memukau. Membuat Rania seakan tidak mengenal dirinya sendiri. Saat melihat pantulan tubuhnya di cermin.
"Bagaimana, Mbak Rania? Apa ada yang perlu saya perbaiki dengan penampilan Anda sekarang? Jika ada katakan saja," pinta MUA tersebut.
Dengan cepat Rania langsung menggelengkan kepala. Karena saat ini ia benar-benar sangat puas dengan penampilannya sekarang.
"Tidak, Mbak. Semuanya sangat bagus. Detail dan juga sempurna. Saya sangat suka dengan penampilan saya sekarang," jawab Rania dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
"Syukurlah kalau Mbak Rania suka. Ya sudah, kalau begitu ayo, Mbak. Kita temui Pak Erick, karena dia dari tadi sudah menunggu Anda," ajak MUA yang kini berjalan berdampingan dengan Rania.
Kini mereka berdua pun sudah berada di hadapan Erick, yang saat ini sedang asyik menatap ke arah tabletnya, sambil memeriksa pekerjaan yang ada di sana.
"Pak Erick, Mbak Rania sudah siap." MUA tersebut segera memberitahukan Erick, membuat pria itu tersadar lalu mengangkat kepalanya untuk menatap ke arah wanita itu.
Erick pun menatap Rania sekilas. Awalnya ia melihat biasa saja, hingga akhirnya ia menatap wanita itu lagi dan berusaha mengamati penampilan Rania sekarang.
"Wah, ternyata kalau di dandani, wanita ini cantik juga." Erick berucap dalam hati, karena ia merasa terpesona dengan penampilan Rania. Membuat Erick tanpa sadar, terus menatap ke arah wanita itu.
"Bagaimana, Pak Erik? Apa Anda suka dengan penampilan Mbak Rania sekarang?" tanya MUA itu yang menyadarkan lamunan Erik.
"Ya, saya suka. Terima kasih, karena kamu sudah merubahnya menjadi seorang wanita berkelas." Erick berkata seperti itu, sambil menatap ke arah Rania. Membuat wanita itu akhirnya membuang muka.
"Terima kasih atas pujiannya, Pak. Semoga lain kali Anda bisa mampir lagi ke butik kami," ucap salah seorang wanita yang merupakan pemilik butik tersebut.
Erik mengangguk sambil tersenyum, menjawab pertanyaan wanita itu. Ia pun segera mengajak Rania untuk berjalan menuju ke arah mobil. Karena mereka harus segera pergi makan siang sekarang.
Kini, Erick dan Rania sudah berada di dalam mobil mewah tersebut. Tadinya Rania ingin duduk di depan. Namun, dengan cepat Erick melarangnya.
"Rania, sebaiknya sekarang kau duduk di sampingku. Karena sekarang kita sepasang kekasih. Jadi jangan membuat kedua orang tuaku merasa curiga nantinya," pesan Erick kepada wanita itu.
Rania pum tidak punya pilihan lain. Dengan perasaan yang tidak menentu, akhirnya ia membuka pintu belakang mobil dan duduk di samping pria tersebut.
Kini mereka berdua berada dalam keheningan. Erick pun segera mengingatkan Rania, agar tidak melakukan kesalahan saat bertemu dengan kedua orang tuanya nanti.
"Ingat ya, Rania. Nanti kamu harus meyakinkan kedua orang tuaku, jika kita adalah sepasang kekasih. Jangan membuat mereka merasa curiga," pesan Erick kepada wanita itu.
Mendengar perkataan pria itu, Rania langsung mengangguk mengerti.
"Baik, Pak. Saya akan melakukan apa yang Anda perintahkan," jawab wanita itu yang agak sedikit kaku.
***
Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai Niko telah tiba di rumah mewah milik keluarga bos besarnya. Erick sengaja meminta Rania untuk tetap berada di dalam mobil, karena ia bermaksud untuk membukakan pintu mobil bagi wanita itu.
"Pak, Anda tidak perlu repot-repot melakukan semua ini. Lagi pula saya bisa membuka pintu mobil sendiri," tolak Rania, membuat Erick menatap tajam ke arah wanita itu.
"Ingat ya, Rania. Sekarang kita ini sepasang kekasih, jadi kita harus bisa bersikap mesra. Karena aku sangat yakin, jika mamaku memperhatikan gerak-gerik kita dari kejauhan," jelas Erik kepada wanita itu.
Rania pun mengerti. Akhirnya ia mengangguk pasrah. Membiarkan Erik yang seorang bos besar, membukakan pintu mobil untuknya. Dengan sedikit menahan degup jantungnya, ia memberanikan diri melingkarkan tangannya di lengan pria itu. Agar kedua orang tua Erick yakin, jika mereka memang sepasang kekasih.
"Pintu rumah mewah itupun terbuka lebar. Saat Erick baru saja menginjakkan kaki di teras rumah tersebut. Membuat Rania sangat terkejut dan juga terpukau, ketika melihat kecanggihan rumah pria itu.
"Ingat, Rania. Sebaiknya jangan kamu tunjukkan sikap kampungan mu itu. Karena kamu harus bersikap seperti wanita berkelas pada umumnya. Satu lagi, kau jangan selalu menunduk seperti itu. Sebaiknya sekarang kau berjalan dengan mengangkat kepalamu," pinta Erick yang saat ini menggandeng tangan wanita itu.
Rania pun mengangguk mengerti. Ketika mendengar permintaan pria itu barusan. Walau saat ini jantungnya tidak karuan, tapi ia berusaha untuk bisa menenangkan dirinya. Agar tidak mempermalukan Erick, yang merupakan bos besarnya.
Ternyata kedatangan mereka pun sudah disambut oleh Riana yang merupakan mama kandung dari pria tersebut.
"Wah, mimpi apa Mama semalam? Melihat kamu menggandeng tangan wanita lain, selain Viona. Apakah mama tidak salah lihat?" tanya Riana yang berusaha menggoda putranya.
Erick hanya bisa menghela napas. Ketika mendengar perkataan mamanya barusan.
"Mama tidak salah lihat. Karena semua ini nyata," jawab Erick dengan santainya.
Riana pun kini tersenyum hangat menatap ke arah Rania. Wanita itu pun segera berjalan menghampiri Rania. Wanita yang diperkenalkan Erick sebagai kekasihnya.
"Siapa nama kamu?" tanya Riana yang berusaha tersenyum ramah kepada tamunya.
"Nama saya Rania Syifa, Tante. Hmm, tapi biasanya saya dipanggil dengan sebutan Rania," jelas wanita itu.
Mendengar Rania menyebutkan namanya untuk memperkenalkan diri, seketika senyum pun terbit di wajah Riana.
"Wah, kalau Tante lihat-lihat, nama kita memiliki kemiripan. Rania, Riana. Apa jangan-jangan, Tuhan sudah mentakdirkan kamu yang akan menjadi pendamping hidup putra Tante?" tanya Riana dengan antusias.
Karena selama ini, Riana berusaha membujuk putranya. Agar segera menikah dengan wanita lain. Namun, ternyata Erick memberikan kejutan spesial. Dengan membawakan seorang wanita ke kediaman kedua orang tuanya.
"Ya sudah, Rania. Sebaiknya sekarang kita ke meja makan. Karena Mama sudah membuatkan masakan spesial untuk kamu," tawar Riana dengan sangat antusias.
"Iya, Tante," jawab wanita itu.
Sementara Erick, ia merasa sangat senang. Ketika melihat mamanya yang begitu bersemangat menyambut kedatangan Rania.
"Bagaimana kalau seandainya mama tahu, jika semua ini hanyalah kebohonganku semata?"
Deg!
Bersambung.