Zerena berusaha membuka matanya, saat merasakan ada tangan kokoh yang mengguncang lengannya, perlahan dibukanya mata hitam pekatnya.
ternyata yang pertama dilihatnya adalah Ryan yang tepat berada beberapa centimeter dari wajahnya.
Ryan berusaha membangunkan Zerena saat pesawat telah mendarat cantik di bandara, perlahan ia mengguncang lengan Zerena"Hei gadis kecil, bangun kita sudah sampai".
dan saat mata indah Zerena perlahan terbuka, ia ia seperti terhipnotis melihat mata pekat Serena, sungguh indah mata itu, mata bulat dihiasi bulu mata yang lentik.sungguh sangat sempurna.
Ryan termangu menatap Zerena, sampai Juan mengagetkan mereka berdua,"Bos mobil jemputan susah datang, barang barang anda juga sudah kami masukkan semuanya ke dalam mobil".
Ryan hanya mengangguk dingin,"Ayo" digandengnya tangan sang istri menuruni tangga pesawat, Zerena benar benar dibuatnya sampai senam jantung.
Ada apa dengan pria es balok ini, kenapa tingkahnya jadi seperti ini, ia terus memandangi wajah suaminya, tanpa sadar kalau Ryan telah berhenti berjalan, karena Zerena sibuk memikirkan kelakuan pria es balok, sampai tak sadar kalau mereka telah sampai di mobil. dan tubuhnya menabrak tubuh kekar Ryan, kalau saja Ryan tidak merengkuh tubuhnya dengan cepat, dipastikan tubuh Zerena akan ambruk.
"Ada apa hemmm, kamu masih mengantuk?"
kata Ryan menatap istrinya.
yang ditanya hanya menggeleng menahan malu, wajahnya sudah memerah seperti tomat apel.
"Ayo naiklah, kita ke rumah sekarang"
Zerena mengangguk lalu mengikuti suaminya naik ke mobil, Juan melajukan mobil dengan tenang, dia tidak ingin di hari pertama kedatangan Nona mudanya, dia melakukan kesalahan fatal.
Tanpa terasa, mereka memasuki pintu gerbang dan memasuki sebuah pekarangan rumah yang sangat luas, Zerena menatap takjub, "luas sekali bisa untuk main bola", gumamnya
"iya nanti kalau kamu melahirkan sebelas anak laki laki untukku, mereka akan main bola disini", ucap Ryan tersenyum jahat.
Lalu coba lihat reaksi Zerena setelah mendengar ucapan suaminya, dia menarik tubuhnya menjauh, dan menutupi kedua tangannya dengan kedua tangan saling silang, hahahaha....
"Turunlah....
Ini adalah rumah peninggalan kakek, papa cuma merenovasi bagian bagian tertentu saja, agar kelihatan lebih modern".
Iya Rena masih masih mengingat saat berumur 5 tahun, dia pernah diajak sang kakek dan neneknya kemari, saat itu Zerena sampai tersesat di taman depan rumah ini yang begitu luasnya ini,
makanya Rena kecil tidak pernah lagi mau kesini katanya takut tersesat.
Tanpa terasa air matanya menetes, membayangkan bagaimana bahagianya dia dan sang kakek saling kejar kejaran, lalu sang nenek datang membawa piring yang berisi keripik pisang kesukaannya, lalu anak laki laki yang berumur 12 tahun, berdiri melipat kedua lengan di dada, sungguh menyebalkan bukan?
Pandangannya tanpa ekspresi, dengan gaya coolnya, itulah Ryan kecil, dia hanya akan berbicara seperlunya saat sang adik sepupu berceloteh Riau di belakang.
"Kak Lian, Lena mau di gendong, Lena tapek dalitadi dalan tyulus" teriak Rena kecil saat itu.
Lalu lihat pria kecil itu, dia berbalik tanpa ekspresi ditatapnya gadis mungil di depannya,"Hai gadis kecil, jangan manja kerjakan semuanya sendiri, kamu tidak selamanya bisa bersama mama papa, atau kakek nenek.
Mengerti, dan satu lagi jangan terlalu banyak bicara, aku tidak suka gadis cerewet..."ucapnya lalu kembali berjalan.
Rena kecil berjalan tertatih tatih di belakang sang kakak Dajjalnya, dia terisak dalam diamnya, sungguh tega Pria itu membiarkan gadis kecil yang hanya setinggi lututnya berjalan dari kamar sampai ke kebun belakang. yah di belakang rumah itu ada kebun buah buahan lokal milik kakek yang luasnya kira kira 200 m².
Gadis kecil itu meratapi nasibnya yang harus berjalan dari kamar, dan harus melewati tangga, beberapa ruangan, lalu melewati taman kecil dan kolam renang, setelah itu kolam ikan yang sangat luas, lebih tepatnya danau buatan, dan pas di tengah danau kakek membuat jalan setapak yang membelah danau untuk menjadi jalan penghubung menuju kebun buah kakek.
Brruuukkkkk....
gadis kecil itupun terjatuh, karena sudah tak sanggup lagi untuk berjalan, tulang tulang kakinya seperti melemah, dia hanya menangis dalam diam, takut sang kakak mengomel lagi,
lalu Ryan mendekati sang gadis, lalu bertanya "kamu capek",
yang ditanya hanya diam tak bersuara, tapi air matanya cukup mewakili perasaannya saat ini.
"Sini kakak gendong", direngkuhnya gadis kecil itu dalam pelukannya tak ayal lagi tangis gadis kecil itu meledak, tangisannya begitu memilukan, karena merasa sang kakak masih memperhatikan keadaannya.
Setelah Ryan berusaha membujuknya akhirnya dia diam juga.
"Kak Lian, kakak tayang Ama Lena nda?" tanyanya kemudian.
"heeemmm???", Ryan bingung tak mengerti bahasa planet dari mana itu, lalu dia hanya mengangguk.
Diangkatnya tubuh kecil itu, digendongnya sambil berjalan menuju saung bambu dimana kakek dan nenek berada.
"Lho kamu kenapa sayang, kok sembab gini mukanya?, mata adik kamu sampai bengkak gini sayang"
ucap sang nenek mengambil alih gadis kecil itu dan menggendongnya.
"Dia jatuh nek, katanya capek kakinya lemes banget katanya" jawab Ryan.
"Jadi cucu nenek capek ya sayang?" tanyanya cucu perempuannya itu.
sebelum menjawab di tatapnya mata elang sang kakak, dan teringat ucapannya "jangan terlalu banyak bicara",
Dia menggeleng, " anda' nek, Lena anda' tapek kok, Lena cuma tepelecet doang" jawabnya sambil tertunduk, padahal dia ingin sekali mengadu pada kakeknya, kalau dia telah ditindas habis-habisan oleh manusia es balok itu.
Ryan tersenyum jahat kearah adik sepupunya itu, bukannya ia tega, ia hanya ingin adiknya tidak jadi gadis yang manja dan selalu bergantung pada orang lain, dan tidak ingin gadis kecilnya tumbuh jadi gadis cerewet yang bising, seperti kebanyakan teman temannya di sekolah.
Dan untuk merubah watak Zerena, Ryan merasa memiliki cukup waktu, sebab Rena diambil oleh nenek karena Mama Sinta sedang hamil lagi. jadi Rena akan tinggal disini mungkin sampai 1 tahun ke depan.
Perlahan perlahan kepribadian Zerena sedikit demi sedikit mulai berubah, dulu saat pagi hari dia akan berteriak teriak dengan kencangnya dan memekakkan telinga, saat pelayan akan memandikannya, pelayan akan mengeluarkan seluruh pakaiannya dari dalam lemari, karena ia sangat pemilih, dan makannya, dia akan menyuruh tukang masak mengganti makanannya kalau makanan itu tidak sesuai dengan yang ada di otaknya.
Tapi karena Ryan meminta kepada kakek dan neneknya, agar urusan Zerena di pagi hari biar menjadi urusannya.
awalnya nenek menolak, karena berpikir Ryan tidak akan sanggup melayani Tuan putrinya itu, tapi Ryan tetap memaksa, dengan alasan Si gadis kecil suatu saat akan kembali ke Indonesia, jadi dia ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengannya.
akhirnya sang nenek setuju.