Seketika telingaku memanas dan wajahku berubah menjadi merah, "Baiklah, berlatihlah setiap hari."
"Suaramu terlalu kecil. Bicaralah lebih keras." Bei Mingyan semakin mendekat dengan mata yang penuh dengan kelicikan.
Aku sengaja tidak menoleh dan mengabaikan ejekannya.
Namun ia mencondongkan tubuh ke bibirku dan menyeringai samar-samar, "Atau kita akan berlatih sekarang?"
Tok tok tok!
Tiba-tiba terdengar ketukan keras di pintu yang memotong aksi panas Bei Mingyan.
Tidak hanya aku yang terkejut, tetapi juga Bei Mingyan. Seketika ekspresinya menampilkan ketidaksenangan karena interupsi dadakan ini.
"Siapa?" Ia bertanya dengan suara rendah dan dingin.
"Yang Mulia, tentara neraka sudah lama menunggu di lapangan. Mohon Anda bergegas." Di luar pintu terdengar suara Han Su.
"Ya, aku tahu." Jawab Bei Mingyan dengan lebih dingin.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com