Semilir angin menyapu dan menggelitik kulit wajah Mentari. Senyum mengembang di wajah cantiknya itu. Gadis cantik yang mempunyai mata besar dan bulu mata lentik itu hanya seorang diri saja di tempat ini. Tempat ini adalah pavoritnya di kampus. Atap. Di sinilah seorang Amanda Mentari berada.
Di jam istirahat begini, tempat ini memang rutin sekali ia kunjungi. Tidak ada satu pun temannya di sini. Atau lebih tepatnya, tidak ada yang mau berteman dengannya. Hal itu dikarenakan statusnya yang terkenal dengan anak pembunuh dan anak haram.
Memang menyedihkan hidup yang harus ia jalani. Dunia ini seolah menolak dirinya habis-habisan. Namun, bukan berarti begitu seorang Mentari tidak bersyukur kepada Tuhan sang Maha pencipta.
"Sejuk banget." Menikmati semilir angin.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com