Kembali lagi ke sisi Anna beserta dengan kedua sosok yakni Gen serta Ruwet, saat ini ketiganya tengah berada di ruangan lain.
Mereka melakukannya dalam rangka untuk berdiskusi sekaligus bertukar pikiran satu sama lain, lagipula ketiganya bisa dikatakan terikat satu sama lain dengan Anna sebagai intinya. Adapun kenapa mereka berdiskusi seperti ini, bisa dikatakan karena tawaran menggiurkan yang baru saja dilontarkan oleh sisi Leo sang putra tertua keluarga Erlangga..
Tidak pernah sedikit-pun terlintas dalam benak ketiga sosok makhluk gaib tersebut kalau tawaran sederhana yang dilontarkan oleh Leo justru membuat mereka agak tergiur seketika, membayangkan kalau mereka akan berada di naungan sosok yang bisa dikatakan termasuk dalam kategori Maha Kuasa dalam lingkup sebuah pulau tertentu...
Jelas membuat mereka agak terkejut sekaligus penuh akan antisipasi juga, terutama sisi Gen yang benar-benar terlihat sangat ingin menyetujui tawaran Leo tersebut tapi apalah daya genduruwo satu ini jangankan menyetujui tawaran dari Leo..
Memikirkan cara untuk lepas dari kutukan 'Anna' saja ia tidak bisa melakukannya jadi bagaimana mungkin ia bisa menyetujui tawaran Leo sementara dirinya saja tidak bisa terlepas dari lingkungan GCA kan??
(Sungguh Gen, apa kau tidak pernah berpikir kalau Leo agaknya mampu untuk memecahkan masalahmu tersebut?? Ya apapun itu terserah Gen saja, mungkin saja Gen merasa kalau kata-kata Leo itu hanyalah sebuah bualan semata saja kan?!!!!)
"Bagaimana, menurutmu Nenek Ruwet?? Apa kita harus menyetujui tawaran dari remaja lelaki tersebut??" Anna yang saat ini bertingkah jauh dari kata 'Anak manusia normal' jelas membuat Gen terdiam sesaat.
Hanya diam saja karena Gen jujur sudah merasa agak bias dengan hal-hal bernamakan 'Anak manusia' lagipula jika dibandingkan dengan Anna. Leo di masa kecilnya justru lebih mengejutkan bagi Gen bahkan sampai dimasa sekarang-pun, Gen masih terkejut dibuat anak sulung Erlangga tersebut...
Nenek Ruwet-pun diam untuk sesaat membuka dan menutup bibir pecah-pecahnya tersebut, "Iya dan tidak, meski tawarannya terdengar sangat mengiurkan sekali tapi kita sama sekali tidak bisa mempercayai kata-kata remaja itu secara mentah-mentah" Timpal nenek Ruwet.
Mendengar ucapan dari nenek Ruwet tersebut yang terdengar agak menjelek-jelekkan teman baiknya, Gen jelas pecah dengan amarah untuk seketika "Nenek tua sialan?!! Apa maksud dari kata-katamu hah?? Berani-beraninya dirimu mengatakan hal seperti itu, tarik ucapanmu jika tidak akan ku patahkan tulang-tulang reot-mu itu!!" Ucap Gen sembari mengangkat tubuh nenek Ruwet.
Gen mengangkatnya hingga kaki keriput milik nenek Ruwet tidak menyentuh tanah sama sekali, "Sebagai generasi yang lebih muda, kau benar-benar tidak memiliki sopan santun terhadap generasi yang lebih tua ya??" Jelas nenek Ruwet bukanlah sosok yang muda untuk ditindas, sehingga reaksi nenek Ruwet ini termasuk normal-normal saja buat Anna.
Bahkan tindakan Gen yang penuh amarah itupun termasuk ke dalam dugaan 'Anna' juga, dan hal yang bisa dilakukan 'Anna' sekarang ialah menghentikan kedua sosok gaib untuk berseteru sekarang.
"Tenanglah kalian berdua!!" Sebuah gelombang tak terlihat terpancar dari sisi Anna, dan dengan menggunakan gelombang tersebut ia-pun memisahkan kedua sosok yang tengah berseteru itu.
"Lebih baik kalian berdua mendinginkan 'Kepala gaib kalian' sekarang juga, jika tidak aku tidak keberatan untuk melakukan hal kecil ini!!" Cibir Anna memberikan tatapan tajam kepada kedua sosok tersebut.
.
.
.
.
.
.
[Kriet...]
Suara pintu reot yang tengah terbuka pun memasuki gendang telinga Leo yang saat ini terlihat tengah mengotak-atik smart-watch kesayangannya tersebut, "Hmm?? Bagaimana apa kalian bertiga telah mengambil keputusan terhadap tawaranku??" Leo bertanya sembari mematikan panggilan telepon miliknya.
Ketiganya saling memandang satu sama lain sebelum akhirnya Anna yang merupakan media kutukan dari seluruh makhluk gaib bangunan GCA-pun melangkah maju ke hadapan Leo sambil berkata "Kami menyetujui tawaranmu itu, tapi aku punya syarat untuk dipenuhi"
Sebuah senyuman pun bersemi di wajah Leo ketika ia mendengar paruh pertama kalimat Anna tersebut akan tetapi senyuman itu-pun langsung menghilang seketika saat ia mendengarkan paruh kalimat kedua Anna itu.
Dengan ekspresi datar miliknya Leo-pun bertanya kepada Anna, "Syarat apa yang perlu aku penuhi?? Jika syarat yang kau berikan itu terlalu berat, maka maaf aku tidak bisa memenuhinya sama sekali".
Kali ini giliran Anna lah yang memiliki sebuah senyuman di wajah antiknya "Syaratnya cukup muda, jika memungkinkan aku ingin menjadi pasanganmu..." Ucap Anna dengan ekspresi polos tak bersalahnya tersebut.
Leo yang saat ini tengah bersandar ria di dinding kamar tersebutpun langsung oleng seketika mendengarkan syarat yang di ucapkan oleh Anna, "MUSTAHIL!! AKU TIDAK BISA MELAKUKAN HAL KONYOL SEPERTI ITU" Timpal Leo yang tampaknya kehilangan kendali sehingga harus berteriak begitu kan??
Anna jelas agak terkejut terhadap reaksi Leo, meski ia telah menduga kalau Leo akan memberikan penolakan terhadap syaratnya tapi penolakan yang di duga oleh Anna bukanlah termasuk ke dalam kategori seruan keras seperti ini??
"Lalu bagaimana jika menjadikan diriku sebagai adik perempuan-mu saja?? Tidak masalah bukan menjadikan diriku sebagai sosok 'adik perempuan'??" Ucap Anna memberikan penekanan khusus terhadap kata adik perempuan, jelas ini merupakan pertanda khusus untuk Leo.
Leo terdiam untuk sejenak menghembuskan nafasnya secara perlahan-lahan, "Oke syarat yang sangat mudah sekali, mari kita menjadi adik kakak!!!" Ucap Leo mengajukan tangannya kedepan berniat untuk bersalaman dengan Anna.
"Senang bertemu denganmu, kakak Leo" Timpal Anna yang langsung menyambut salaman dari Leo tersebut, jelas media kutukan spesial ini terlihat sangat tertarik dengan tawaran Leo mengingat bentuk asli Anna sebelumnya merupakan sebuah boneka.
.
.
.
.
.
TBC