webnovel

Sorry, i love him

WARNING!! Adult konten banyak adegan dewasa dan kekerasan

NvigirlFanaticzz · LGBT+
Zu wenig Bewertungen
40 Chs

Part 28

Saat ini jungkook sedang berada di kantornya bertarung dengan berkas-berkas yang sudah menumpuk di depan mejanya karena beberapa hari yang lalu ia mengambil libur untuk menemani jimin yang ingin di temani olehnya dan entah mengapa pemuda mungil itu menjadi lebih manja padanya.

Saat jungkook teringat akan semua perilaku jimin yang berubah dan menjadi lebih manja membuat jungkook merasa senang karena semua perjuangan untuk mendapatkan hati pemuda manis itu tak sia-sia. "Ah... Akhirnya.. Jimin menerima ku. Aku sangat bahagia saat ini." Ucapnya sambil menerawang jauh ke atas menatap langit-langit ruangannya yang berwarna putih.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

"Jungkook." Ucap seorang pria yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.

"Mau apa kau kesini?" Ucap jungkook dengan dingin.

"Aku hanya ingin mengingatkanmu. Jangan mengulangi kesalahan di masa lalu jung. Aku tak ingin jimin mengalami hal yang sama dengan jinan."

"Wonwoo hyung cukup! Jinan hanya masa lalu dan aku tak ingin mengingat gadis bodoh itu."

"Bodoh katamu?! Semua terjadi karena dirimu hingga ia depresi dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Hyung mohon jungkook lepaskan jimin." Ucap Wonwoo lembut meyakinkan adiknya agar kejadian masa lalu tak terulang kembali. Jungkook menatap geram pada Wonwoo.

"Sudah cukup hyung! Kau membuatku muak! Pergi dari sini!" Teriak jungkook pada sang kakak. Wonwoo pun menghela nafasnya kasar.

"Baiklah jungkook aku tak akan ikut campur lagi. Semoga kau tak akan menyesal di kemudian hari."

"Keluar!" Wonwoo pun keluar dari ruangan jungkook dengan perasaan yang berkecamuk. Ia merasa gagal untuk ke dua kalinya karena tak bisa menjaga adiknya dengan baik, "eomma, appa maafkan Wonwoo tak bisa menjaga jungkook dengan baik dan sekali lagi aku telah gagal." Gumam wonwoo setelah keluar dari ruangan sang adik.

***

"Bagaimana?"

"Kami sudah menemukannya. Benar pria itu tinggal di apartemen itu tuan. Kami juga sudah mendapatkan informasi nomor apartemennya tuan."

"Bagus. Berikan padaku untuk selanjutnya biar aku yang melakukan sesuatu kau cukup pantau saja."

"Baik tuan."

Setelah itu sambungan pun terputus. Chanyeol pun menatap ke arah yoongi yang kini berada di depannya. Saat ini ke dua orang itu sedang berada di dalam ruang CEO milik Chanyeol di perusahaan nya PARK CORP.

"Bagaimana Chanyeol-ah?"

"Mereka sudah menemukannya hyung."

"Woah, hanya dalam dua hari mereka sudah mendapatkan informasinya." Yoongi berdecak kagum atas kerja keras anak buah Chanyeol.

"Tentu saja hyung. Sebentar lagi mereka...—ucapan Chanyeol terpotong karena sebuah notifikasi pesan pada ponselnya—

𝙏𝙞𝙣𝙜!

... Ah ini dia. Pasti pesan dari anak buah ku hyung."

Chanyeol pun membuka pesan itu dan benar saja. Di pesan itu terlihat sebuah lokasi dan nama gedung apartemen serta nomor pintu apartemen dan lantainya.

/*lokasi* apartemen xxxxx lantai 5 nomor 1358./

"Apa kita beri tahu taehyung sekarang?" Tanya Chanyeol.

"Lebih cepat lebih baik." Chanyeol pun mengangguk kemudian ia segera menghubungi taehyung untuk memberi tahu keberadaan istrinya.

.

.

.

Di tempat lain, di sebuah apartemen seorang pria tan sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang King size nya. Hari ini ia sungguh malas untuk sekedar beranjak dari sana. Mungkin sudah ke sepuluh kalinya ia menghela nafasnya untuk meredam perasaan rindunya yang tak bisa hilang. Rasa ingin bertemu dengan sang istri begitu besar. Dan sekali lagi ia menghela nafasnya,

"Jimin-ah aku ingin bertemu denganmu. Aku ingin memelukmu. Aku ingin.. Aku ingin.. Aarrrgggghhhh.. Sialan! Aku sangat merindukannya!!" Taehyung berteriak frustasi. Ia sangat merindukan istri mungilnya ah.. Ralat mantan istrinya.

𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩 𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩

Ponsel taehyung hyung berbunyi sedikit malas untuk melakukan sesuatu bahkan hanya sekedar menggerakkan tubuhnya saja enggan namun ia harus menerima telepon itu karena mungkin itu penting.

"Yoboseo..." Dengan nama malas taehyung mengangkat telepon itu.

"Oh.. Taehyung-ssi? Ada apa dengan mu?" Taehyung pun menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap nama pada ponselnya 'Chanyeol-ssi' sebuah nama yang ia tunggu teleponnya beberapa hari ini untuk mendengar kabar terbaru tentang jimin nya.

"Oh! Maaf Chanyeol-ssi aku pikir siapa yang menghubungi ku. Ngomong-ngomong ada apa Chanyeol-ssi?"

"Begini taehyung-ssi, aku sudah mendapatkan informasi dari salah satu anak buah ku. Mereka menemukannya."

"Eoh? Jinjja?" Ucap taehyung sambil menaikkan kedua alisnya.

"Nde."

"Kapan kita melakukannya?"

"Secepatnya. Kita tunggu dia lengah."

"Baiklah, aku tunggu kabar selanjutnya."

"Nde." Sambungan pun terputus. Taehyung pun tersenyum lebar saat mendengar bahwa sebentar lagi jimin nya akan kembali.

"Baby aku tak sabar menunggu kau kembali." Berakhir dengan taehyung yang sedang berguling-guling di atas ranjang king size nya.

***

Jimin saat ini tengah bersantai di balkon kamarnya dan jungkook. Duduk santai di atas sofa kecil sambil mengusap perutnya yang sedikit membuncit. Genap 2 bulan usia kandungannya, jimin sangat senang saat melihat perutnya yang tampak buncit saat ini.

"Hah.. Baby, apa kau merindukan papa? Mommy sangat merindukannya sekarang. Sedang apa ya papa di sana?" Ucap jimin yang mengajak janinnya bicara.

Jimin pun beranjak dari duduknya karena ia merasa lelah pada punggungnya kemudian jimin pun beralih masuk ke dalam kamar untuk merebahkan diri di ranjang. Namun sebelum jimin melakukannya, jimin di kejutkan dengan suara dobrakan pintu yang cukup keras dari luar kamarnya. Jimin pun tersentak dan menoleh ke arah pintu kamarnya yang tertutup.

Dengan perlahan jimin mendekat ke arah pintu kamarnya.  Setelahnya jimin mendekatkan telinganya ke pintu. Kini dapat ia dengar derap langkah beberapa orang yang ada di luar sana dengan suara barang yang pecah di sertai suara bentakan seseorang yang jimin yakini adalah bosnya. Dengan perasaan yang kalut dan jantung yang berdetak kencang, jimin mengambil langkah mundur menjauh dari pintu saat mendengar seseorang memerintahkan orang lainnya untuk memeriksa setiap kamar. Jimin pun mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat bersembunyi dan kemudian ia berlari ke arah kamar mandi dan masuk kedalamnya.

"Ya tuhan, apa yang terjadi? Kumohon selamatkan aku." Lirihnya sambil bersandar di balik pintu kamar mandi.

𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠

Jimin kembali tersentak saat ia mendengar pintu kamarnya di dobrak dari luar. Kini tubuhnya bergetar dan air mata pun jatuh. Tangannya membungkam mulutnya saat suara isakan hampir saja keluar dari belah bibirnya.

"Bagaimana?" Ucap salah seorang pria yang berada di kamar jimin.

"Nihil." Ucap orang ke dua saat memeriksa kamar itu.

𝙏𝙖𝙥

𝙏𝙖𝙥

𝙏𝙖𝙥

Jimin dapat mendengar suara langkah seseorang yang mendekat ke arah pintu kamar mandi. Jimin semakin memeluk tubuhnya dan memejamkan matanya.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

Pintu pun di buka dan dapat jimin lihat dari celah antara dinding dan pintu yang di buka lebar hampir menyentuh dinding yang dapat menutupi keberadaan jimin yang saat ini berada di balik pintu itu  orang itu masuk ke dalam kamar mandi Dengan perlahan sambil mengedarkan pandangannya.

"Hyung di sini kosong."

"Baiklah kita keluar." Ucap pria yang ada di dalam kamar mandi itu. kemudian pria itu pun melangkah keluar dari sana namun, langkahnya terhenti saat menyadari sesuatu dan tampak bibirnya menyunggingkan seringai di bibirnya.

"Ada apa?" Pria yang lebih muda menoleh saat yang lebih tua menghentikan langkahnya. Yang lebih tua pun memberikan tanda untuk yang lebih muda untuk diam dan mengeluarkan sebuah pistol dari balik jaketnya.

"Hai manis.. Berusaha untuk sembunyi eoh?" Jimin terkesiap saat sebuah suara yang berada tepat di depannya dan sebuah pistol dengan ujungnya yang kini berada di keningnya.

"Berdiri!" Ucap pria itu sambil menatap pada jimin yang ketakutan.

"S-siapa kalian?" Ucap jimin gugup setelah berdiri tepat di depan pria yang masih menodongkan pistolnya.

"Itu tidak penting manis. Sekarang kau ikut kami." Jimin pun menggelengkan kepalanya.

"T-tidak.. Ku mohon lepaskan aku." Ucap jimin sambil menangis dan melangkah mundur namun, tiba-tiba dari belakang sebuah sapu tangan putih membungkam mulut dan hidungnya yang ternyata terdapat obat bius yang sudah dilumurkan ke sapu tangan itu membuat jimin yang tadinya memberontak kini mulai melemah dengan pandangan yang memburam dan berakhir tak sadarkan diri.

𝙏𝘽𝘾