Aku pun juga tak mengerti kenapa aku bisa dijodohkan oleh Tuhan dengan lelaki baik-baik seperti Aziz. Padahal aku bukanlah wanita yang baik-baik seperti yang seharusnya Aziz dapatkan.
Tiga bulan usia pernikahan kami berlangsung dengan sangat tidak wajar. Aku memperlakukan dia tak selayaknya seperti suami. Aku tidur di tempat tidur, dan Aziz hanya tidur di kursi. Aku tak ingin Aziz tidur di sebelahku.
Dan lagi-lagi ia tak pernah mengeluh. Ia tak pernah marah. la selalu tersenyum padaku. Melayaniku layaknya ratu dalam hidupnya.
Pernah pada suatu malam ia pulang hujan-hujanan dari kantor. Ia basah kuyup. Aku melihatnya dari balik selimut sangat kedinginan. Bukannya memberikan handuk dan membuatkan teh hangat, aku malah menarik selimutku lebih erat.
Akhirnya ia pun membersihkan diri sendiri. Membuat minuman sendiri. Lalu berjalan ke arahku. Mengelus-ngelus keningku. Membenarkan letak bantalku. Dan menyelimuti kakiku yang terbuka.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com