webnovel

Keributan

Kita terkadang bermimpi tentang apa yang kita inginkan, bahkan hingga melebihi batas wajar, tetapi apakah kalian bisa mewujudkannya? apakah itu hanya sebuah mimpi belaka? terkadang kita hampir tenggelam dalam mimpi yang indah, namun apakah itu nyata? apakah dengan usaha dan doa saja bisa mewujudkan impian? terkadang juga apa yang kita mimpikan menjadi boomerang, penghalang, dan pembatas kita apakah kalian menyadarinya?

Perjalanan kelompok G pun dimulai para peserta berkumpul di depan pos bus sekolah kelompok G. Semua orang disana terlihat antusias dan semangat karena apa yang kita inginkan sebentar lagi akan menjadi nyata.

"3 bulan, ya 3 bulan lagi dan aku akan menjadi raja yang tak terkalahkan"

Semua orang disana berkata seperti itu, semuanya sudah siap melanjutkan ronde kedua pertarungan perebutan kursi ini.

Namun beberapa orang menatap anggota kelompok G dengan mata yang tajam, benci, dan juga takut. Ridwan pun berpikir ada sesuatu yang aneh ada disini, karena Ridwan ingin memastikan ia pun memegang pundak Zhafran dan menanyakan tentang hal ini.

"Bro, ada yang janggal gak sih? kok aku merasakan ada yang menatap kelompok kita daritadi."

Zhafran pun berbalik badan dan membisikan jawaban yang Ridwan tanyakan.

"Ridwan, kayaknya ada yang gak beres deh kok kelompok kita doang yang ditatap seperti ini? apa mungkin mereka kesal karena wali pendamping kita Kepala Sekolah SMA Cahaya Bulan?"

Mendengar jawaban Zhafran yang logis, Ridwan pun menjawabnya dengan santai seperti sudah mengerti sebenarnya apa yang terjadi.

"Ohh iya juga ya? kalau begitu apa yang harus kita takutkan, harusnya kita senang mendapatkan pendamping yang sangat super spesial ini. Bukan hanya pendampingnya saja, Wakil pendampingnya pun keturunan bangsawan.

Setelah mendengar perkataan Ridwan, Zhafran pun tersenyum lebar dan kembali menghadap ke depan.

Mereka berdua merasa lega seperti tidak ada yang harus ditakutkan lagi. Pada saat ini semua orang harus menanamkan tekad yang kuat bukan hanya tekad, mental seseorang juga merupakan kunci dari kemenangan ronde kedua ini.

Bel pun berbunyi

"*Teng* Teng *Teng *Teng"

"Wooooohooooo."

Seketika semua orang berteriak riang penuh semangat karena sebentar lagi mereka akan berangkat ke tempat seleksi kedua. Mata yang berapi api dengan kepalan tangan, Ridwan langsung tersenyum lebar dengan bahagia karena mimpinya sebentar lagi akan terwujud dan bukan hanya angan angan lagi.

Wali pendamping kelompok G pun mengeluarkan pemberitahuan agar seluruh anggota kelompoknya menuju kedalam bus yang sudah disediakan.

"Kelompok G silahkan masuk kedalam bus G yang berada di gerbang timur, dalam 20 menit kita akan berangkat silahkan cek kembali barang barang kalian."

Dengan gagahnya kami pergi ke gerbang timur, tidak butuh waktu lama, semua orangtua yang hadir menyaksikan anak anak mereka pergi langsung sedih namun mereka tetap menyemangati karena mereka tahu bahwa anak anak mereka bukan anak kecil lagi yang harus dijaga setiap saat.

"Yang semangat belajarnya ya nak Zhafran, jangan lupa berdoa dan belajar, ibu dan ayah yakin kamu akan menjadi yang terbaik, tetap berjuang Zhafran."

Teriakan orangtua Zhafran membuat ia mengeluarkan sedikit air mata karena terharu melihat kedua orangtuanya yang datang hanya untuk menyemangatinya.

"Tenang saja ibu, ayah. Zhafran akan melakukan yang terbaik."

Disisi lain Ridwan terlihat sedih, sedih karena tidak ada lagi orang yang menyemangatinya. Ridwan menundukan kepala dan terus berjalan kedepan dengan wajah murung. Walaupun Ridwan hanya sebentar tinggal bersama orangtuanya, tapi Ridwan sangat sayang dan senang jika berada di pelukan kedua orangtuanya bagaikan bayi yang berbadan dingin ingin dipeluk.

"Ridwan, kamu tidak boleh murung gitu dong kalau gitu mana bisa kau mengejar langkahku."

Tiba tiba ada yang memegang pundaknya, Ridwan pun menoleh secepat kilat dan melihat Zhafran.

"Ternyata masih ada ya."

Tersenyumlah Ridwan dengan optimis dan membuang semua keraguan yang ada dihati agar bisa tetap maju kedepan.

"Terimakasih Zhafran."

Mereka berdua pun kembali berjalan.

Tiba tiba barisan terhenti dan semua orang terkagum kagum melihat apa yang ada di depannya.

"Apa ini mimpi?"

"Jenis apa ini?"

"Tak kusangka akan segila ini"

Itulah pertanyaan pertanyaan yang diucapkan seluruh orang setelah melihat kemegahan yang ada didepannya.

"Beneran nih naik bus yang ini?"

Ridwan bertanya kepada Siti dengan ekspresi bingung dengan kagum.

"sepertinya iya, ayo masuk yang lain sudah ada di dalam."

Akhirnya seluruh kelompok G sudah berkumpul di dalam. Ridwan pun duduk dibelakang sedangkan Zhafran duduk di depan dekat supir bus. Ridwan pun berkenalan dengan orang yang ada disampingnya sembari menunggu waktu bus berangkat.

"Halo namaku Ridwan, Ridwan Ferdana aku orang asli Indonesia. Boleh tanya gak nama kamu siapa?"

Orang tersebut mengangkat buku yang sedang ia baca dan menjawab pertanyaan Ridwan dengan ramah dan santun.

"Hai Namaku Hiro, Akihiro akiyama panggil saja aku Hiro salam kenal, aku berasal dari kota hiroshima di Jepang, semoga kita bisa menjadi teman yang akrab."

Hiro juga mengeluarkan senyuman khas orang Jepang sambil memegang bukunya.

Karena penasaran Ridwan menanyakan buku apa yang sebenarnya Hiro baca.

"Hiro, kamu baca buku apa sih sepertinya kamu asyik sekali."

Hiro kembali tersenyum sambil menjawab pertanyaan dari Ridwan.

"Ini buku yang membosankan lho, ini buku tentang sejarah runtuhnya Kekaisaran Rusia dan Bangkitnya Komunisme."

Ridwan yang dengan tatapan penasaran menjadi terdiam dan mengerti seperti apa hobi dari seorang Hiro yang ada disampingnya.

"Hiro, kamu suka sejarah ya?"

Hiro pun menutup bukunya sambil memperbaiki kacamatanya sambil menjawab pertanyaan dari Ridwan.

"Ya seperti yang kau lihat."

Setelah mendengar perkataan Hiro. Ridwan kembali bertanya dengan serius apa motivasi Hiro yang dari Jepang pergi ke sekolah SMA Cahaya Bulan.

"Hiro, mengapa kamu ikut mendaftar di sekolah ini sedangkan kampung halaman mu itu jauh sekali?"

"Apakah kau yakin ingin mendengarnya?"

Jawab Hiro yang membuat Ridwan semakin penasaran.

"Ya"

Jawab lagi Ridwan dengan mata penasaran.

"Baiklah jika kau memaksa. Aku mendaftar disini karena aku penasaran, sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan dunia pendidikan yang terjamin karena menurutku semua hasil di dunia ini tergantung dirimu sendiri dan pilihanmu sendiri bukan jaminan dari orang lain. Aku hanya ingin mempunyai pengalamam baru udah itu saja tujuanku. Karena tidak ada guru yang terbaik selain dari pengalaman jadi aku tidak boleh membuang buangnya."

Apa yang dikatakan Hiro ada benarnya terkadang apa yang dijamin belum tentu akan sebanding dengan apa yang kita ingin.

Akhirnya bus kelompok G pun berangkat dengan membawa bibit harapan yang akan di sirami dan dipupuk, agar menjadi tumbuhan unggul kelak.

"Hiro, aku masih penasaran dengan sekolah ini! semua bus mewah ini didapatkan dari mana ini terlalu gila untuk sebuah bus, bahkan setiap kursi yang kita duduki dilapisi emas murni. Sebenarnya sekaya apa sih sekolah ini ?"

Ridwan bertanya tanya sambil menunjuk sekeliling bus.

Setelah memikirkan jawaban yang tepat Hiro pun menjawab pertanyaan Ridwan.

"Sepertinya sekolah ini di danai oleh semua orang kaya, hebat, dan berpengaruh di dunia sehingga dana yang mengalir di sekolah ini bagaikan sumber mata air yang mengalir deras tanpa henti karena semua hal sudah terjamin."

Ridwan akhirnya mengerti kalau sekolah ini bukan sekolah mewah biasa tapi luar biasa hebat gila mewah. sampai tidak ada yang bisa berkata kata melihat busa yang dilapisi permata di setiap sisinya dan bahkan setiap kursi yang ada didalam bus juga terbuat dari emas yang sangat berharga.

Akihiro akiyama berasal dari keluarga terhormat di Jepang, kedua orangtua mereka adalah orang penting yang ada di Jepang namun, walaupun begitu Hiro tidak merasa bangga malahan Hiro merasa sedih. Kedua orangtua Hiro melarangnya mengambil jurusan IPS karena menurut kedua orangtuanya jurusan IPA lebih baik dan juga lebih mudah untuk mencari pekerjaan.

Ayah Hiro membakar semua buku buku sejarah dan ekonomi yang dipunyai oleh Hiro dan juga melarang Hiro untuk membeli buku apapun yang berbau sejarah. Karena keterpaksaan akhirnya Hiro mendengarkan kedua orang tuanya dan mulai belajar dan mendalami ilmu IPA. Terkadang Hiro membeli buku sejarah dan menyimpannya di tempat rahasia agar aman dari kedua orang tuannya. Kedua orangtua Hiro juga melarangnya bersosialisasi karena membuang buang waktu ujar kedua orangtuanya. Setelah berlatih keras akhirnya kedua orangtua Hiro mendaftarkannya sekolah di SMA Cahaya Bulan. Hiro merasa senang karena ia akan bertemu dengan bermacam macam orang yang bisa diajak berteman.

"*Tes_*Tes"

Tiba tiba datang lah pemberitahuan dari wali pendamping.

"Untuk semua anggota kelompok G di depan kalian ada buku menu makan siang hari ini, kalian boleh memilih salah satu dari 15 menu makanan yang ada di bus ini. Kalian hanya harus menyentuh gambar menu yang ada di buku itu dan makanan yang kau pesan akan segera diantar oleh Chef Chef kami. Diharapkan kalian semua memakan makanan secepatnya karena tubuh kalian sudah terkena sinar matahrai terlalu lama tadi yang dapat merusak energi tubuh kalian, setelah makan kalian bisa beristirahat dan menunggu bus ini sampi ke bandara. Sekian terima kasih."

"Gila, hal gila apa lagi ini steak daging yang dimasak oleh Chef ternama bisa kita makan secara gratis?? sudahlah pesen aja yang banyak biar nanti gak kelaparan, sekolah ini kan seperti surga. Tinggal pilih langsung jadi."

Setelah Ridwan dan yang lain makan dengan lahap tiba tiba mereka merasakan kantuk yang sangat berat yang membuat mereka merasa pusing dan ingin tidur.

"Tidur ahh."

"Ngantuk."

"Saatnya tidur."

Semua orang yang di dalam bis seketika tertidur karena rasa kantuk yang sangat kuat tetapi, mereka semua terkejut saat bangun melihat seluruh sisi dan lorong bis menjadi berubah.

"Tempat apa ini? sebenarnya apa yang terjadi?"