Dari semalam Night tak pernah menampakkan diri di apartemennya hingga pagi menjelang. Bahkan sampai Honey pergi berangkat kuliah pun, mahluk itu tak kunjung menampakkan diri. Honey kemudian hanya tahu ulahnya saat membaca kabar yang menghebohkan pagi ini.
Tapi sejujurnya semua kejadian ini membuatnya semakin keberatan untuk berbagi tempat tinggal dengan Night. Tak hanya masalah tumbal manusia ini, tapi Honey jadi kembali teringat akan pembicaraan antara Night dan Jessica semalam.
Sampai sekarang Honey tetap saja tak mengerti tentang maksud ucapan Jessica, terutama pada bagian dimana dirinya disebut berperan penting dalam alur takdir kaum mereka. Namun mengingat semua yang terjadi semenjak Night hadir di hidupnya, Honey merasa kalau semua itu bukan isapan jempol belaka. Apalagi kenyataan kalau Night kemungkinan adalah raja dari perkumpulan mereka.
Namun masalahnya apa hubungan semua itu dengannya? Kenapa manusia biasa sepertinya dilibatkan dalam hal ini? Lalu mengenai tatapan benci Jessica, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa bisa vampir betina itu terkesan sangat terancam akan kehadirannya.
'Ini sangat membingungkan.'
Namun walau begitu Honey tetap nekat beraktifitas seperti biasanya. Dia ingin mencari jawaban dari masalahnya ini sendiri. Honey tahu dia tak akan bisa lari. Jadi dia harus tetap bersikap tangguh dengan mulai terus beradaptasi dan bersiap akan apapun yang akan terjadi nanti.
Dan mengenai Jessica… Honey sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukannya kalau bertemu lagi dengan vampir itu. Yang jelas seharian ini dia berencana untuk terus menempeli Hana, satu-satunya sahabatnya yang telah dipastikan merupakan seorang manusia. Selagi itu mungkin dia juga bisa memeriksa identitas Ariel dan Shaena. Mungkin ada cara mengetahui identitas mereka tanpa bantuan dari Night.
"Honey!"
Seseorang memanggil namanya, sehingga membuat lamunannya itu buyar. Ketika Honey menoleh dia mendapati Hana yang tengah berlari kecil ke arahnya. Ariel dan Shaena tampak mengikutinya di belakang.
Honey menggembungkan pipinya gugup, berusaha mempersiapkan mentalnya menghadapi ketiga sahabatnya itu. Berusaha tetap yakin kalau tidak ada lagi dari mereka yang mengkhianati pertemanan mereka seperti yang dilakukan oleh Jessica padanya.
"Selamat pagi, sang pengkhianat!" sindir Hana dengan wajah cemberut.
Wajah Honey dengan cepat memucat mendengar ucapan itu. Apa maksud Hana berkata begitu? Apa Hana mengingat kejadian semalam ketika dirinya dan Night mendatangi kamarnya? Padahal vampir itu kan bilang sudah menghapusnya?
"Pengkhianat yang sudah merebut taksiranku," sambung gadis itu tak lama.
Honey segera menghela napas lega, walau dia tetap tak terima dengan tuduhan itu. "Enak saja. Kapan aku melakukannya? Kalau ini masih mengenai Kris sebaiknya kau jangan salah sangka. Kan kau tahu sendiri kalau dialah yang terus menempeliku tadi malam."
"Iya sih…." Hana mendesah dengan wajah sebal. "Tapi kalau boleh jujur semalam itu sedikit aneh."
"Aneh bagaimana?"
"Ya… aneh saja karena kau tiba-tiba dikerubungi oleh pria-pria tampan di kampus kita. Kris yang cuek saja jadi perhatian padamu. Kan tak biasanya." Hana sedikit menurunkan nada bicaranya. Lalu berbisik pada Honey. "Jangan bilang kalau ini semacam konspirasi? Honey, apa jangan-jangan… kau memakai jimat atau semacam mantera untuk ditakdir oleh mereka. Kalau ada bagiku padaku dong. Aku juga ingin punya pacar, tahu."
"Jangan mengada-ada." Honey terkekeh sambil menyikut pelan pinggang temannya itu.
"Terus kalau bukan itu lalu kenapa? Aku mengakui kalau kamu cantik, Hon. Tapi semalam itu sepertinya terlalu aneh saja. Soalnya kau bener-bener seperti dikerubungi oleh pria-pria tampan. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianmu."
Benarkah?
Honey hanya bisa tersenyum masam. Andai saja Hana tahu kenyataannya, mungkin dia akan berpikir sebaliknya. Mereka bukan naksir padanya, tapi kemungkinan besar adalah mahluk yang mengintai dirinya dengan maksud-maksud tertentu.
'Kalau dipikir-pikir ini sedikit masuk akal. Memang semalam itu tiba-tiba banyak yang menaruh perhatian padaku, seakan menginginkan sesuatu dariku.'
Terutama sosok Kris dan teman-temannya. Honey curiga kalau mereka itu adalah sekumpulan vampir yang tengah mengawasinya.
Kecurigaannya ini mendasar, mengingat perubahan perilaku Kris padanya cukup kentara. Di masa lalu pria itu sangat dingin seakan begitu membencinya, namun kini tiba-tiba berubah menjadi begitu penuh perhatian. Bisa jadi alasan anak itu dan teman-temannya berusaha mendekati Honey adalah karena mereka mulai mencium kebangkitan Night di sekitarnya bukan? Mencocokkannya dengan perkataan Jessica.
'Aku harus menghindari mereka semua. Aku harus berhati-hati untuk menyelesaikan semua ini.'
"Hon, kenapa kamu malau melamun?" Seruan Hana membuat gadis itu sedikit tersentak.
"Nggak papa. Oh ya, bagaimana tidurmu semalam, Han? Kau tak… mimpi yang aneh-aneh, bukkan?" tanya Honey penasaran. Mencoba memastikan kalau memang Hana sudah melupakan kedatangannya dan Night semalam.
"Yang aneh-aneh gimana maksudnya? Bahkan saking nyenyaknya, semalam sehabis mandi aku langsung ketiduran dengan masih make handuk. Kayaknya aku kecapekan banget karena pesta semalam deh. Sedikit mabuk juga sih." jawab Hana sambil mengangkat bahu. Honey tampak menghela napas lega mendengarnya. Berarti ini tak perlu ia khawatirkan lagi.
"Apa sih yang kalian bicarakan sejak tadi?" tanya Shaena yang sejak tadi hanya diam mendengarkan obrolan antara Honey dan Hana. Sementara Ariel tampak juga hanya berdiri diam sambil mendengarkan musik melalui earphone yang terpasang di telinganya.
Honey mengamati mereka bergantian, berharap dapat menemukan petunjuk tentang kemungkinan adanya identitas lain yang tersembunyi di balik sosok-sosok yang dia pikir sudah dikenalnya dengan baik itu. Tapi tidak bisa. Dia tidak menemukan apapun. Karena memang dia bukan Night yang bisa langsung mengetahui hal itu dalam sekali lihat. Dia tak punya kekuatan seperti itu.
"Ya sudah. Ayo ke kelas. Tahu sendiri kan kalau selanjutnya kita akan masuk ke kelas dosen paling galak di satu jurusan. Jangan sampai kita semua kena omel."
Keempat gadis itu pun akhirnya mulai kembali berjalan menuju kelas yang harus mereka hadiri selanjutnya. Di saat itu Honey terus saja berjalan dekat-dekat dengan Hana. Sepertinya untuk saat ini dia harus tetap berhati-hati dulu dari Shaena dan Ariel. Ini demi kebaikannya juga. Karena Honey tak mau kecolongan lagi seperti yang terjadi dengan Jessica.
Oh ya, bicara soal Jessica….
"Si Jessica mana? Kok gue nggak lihat dia?" tanya gadis itu sedikit berbasa-basi. Penasaran dengan apa yang terjadi.
"I don't know. Masih tidur kali. Tu orang 'kan ratunya tidur," sahut Shaena cuek.
Apa Jessica memutuskan untuk tak datang ke kampus? Kenapa? Apa karena dia tak ingin bertemu Honey lagi atau memang karena dia merasa perlu untuk berpura-pura?
Vampir perempuan itu mengaku hanya berada di sekitar Honey untuk memastikan kebangkitan Night. Kini setelah dia memastikan jawaban yang di acari, sepertinya Jessica merasa sudah tak perlu lagi melakukan sandiwaranya. Sehingga itu sebabnya dia tak menampakkan dirinya.
Entalah. Mungkin memang lebih baik begitu. Karena setidaknya Honey juga tak perlu harus memikirkan bagaimana cara untuk berlama-lama dengan mahluk itu.
"Percepatlah langkah kalian. Kenapa dari tadi berhenti-berhenti terus. Kita bisa kena omel kalau terlambat masuk kelas," kata Ariel melepas earphone miliknya sejenak. Tampak mulai bosan menunggu ketiga temannya itu berhenti bergosip.
"Iya."
Honey lagi-lagi menyeret Hana agar tidak jauh-jauh darinya. Ia bahkan mengapit erat salah satu tangan temannya itu. Seperti tak mau melepaskannya sama sekali.
'Kali ini hanya Hana yang bisa kupercaya. Aku harus berhati-hati.'
***