Honey panik ketika Night bertingkah aneh. Secara tiba-tiba mahluk itu memegang salah satu tangannya, lalu mengendusi lehernya. Seakan tengah berusaha untuk mengincar lehernya.
"K-Kau ini sedang apa?"
Honey sedikit risih. Dalam hati dia mulai takut kalau ucapannya tadi benar-benar memancing kemarahan sang vampir. Bagaimana kalau mahluk ini benar-benar akan menghisap darahnya?
"H-Hei, Night? Jawab aku," ucapnya menjadi pelan ketika bibir mahluk itu semakin dekat dengan di lehernya. Honey dapat merasakan napas yang hangat menyapu kulitnya.
"Barusan kau darimana?" sang vampir akhirnya menjauhkan wajahnya dari leher Honey. Ekspresi wajahnya tampak kian serius. Bahkan dari cengkraman Night di lengannya, gadis itu dapat menangkap ada yang tidak beres.
"Memang kenapa?" tanya Honey entah mengapa ikut merasa cemas.
"Jawab saja!" seru Night terlihat tak sabar.
Honey tak menyahut. Masih tak mau bicara.
"Miss Honey? Tolong jawab."
"Bar. Aku diajak oleh teman-temanku ke sana?" kata gadis itu akhirnya dengan siapa.
"Teman-teman siapa?"
"Buat apa aku memberi tahu? Toh, kau juga tidak akan mengenal mereka, bukan?"
"Jawab saja!"
Dengan sedikit susah payah Honey berusaha melepaskan tangannya dari cengeraman Night. "Aku tak mau. Memangnya apa rencanamu dengan mencari tahu soal mereka? Memangsa mereka? Aku tak akan membiarkannya. Sampai kapanpun," ucapnya berusaha tegas walau dengan nada suara yang bergetar.
Ada sinaran yang sejenak berbeda di mata itu. Tatapannya melunak, sama halnya dengan genggaman tangannya di lengan Honey yang perlahan melonggar hingga terlepas sama sekali.
"Kau tahu? Sebagian dari orang yang kautemui hari ini bukanlah manusia," ucap Night dengan nada berbisik. Ekspresi lebih serius lagi, seakan hendak menyampaikan teror.
"A-Apa? J-Jangan bercanda!"
"Mana mungkin aku bercanda. Asal kau tahu Miss Honey, aku dapat merasakannya. Di tubuhmu, saat ini aku dapat mencium adanya aroma vampir yang kuat. Bahkan tidak hanya satu, aku mencium aroma yang sangat banyak jumlahnya seakan kau baru saja kembali dari sebuah pesta yang dihadiri oleh banyak vampir…."
***
Honey jadi tak bisa tidur. Sejak tadi pikirannya terus saja tersita memikirkan perbincangannya dengan Night sekitar satu jam yang lalu. Hal itu membuatnya resah dan kesulitan memejamkan mata walau sudah berulang kali berguling ke kiri dan ke kanan.
Dia bimbang apakah dirinya harus mempercayai ucapan Night atau tidak. Baru beberapa hari ia menghabiskan waktu dengan mahluk itu, jelas dia tidak bisa menelan semua yang diucapkan olehnya bulat-bulat. Apalagi karena sejak awal Honey tidak pernah menginginkan kehadiran mahluk itu di sekitarnya.
Namun ekspresi Night tadi terlihat begitu serius, membuatnya terus berfirasat buruk. Tak pernah ia melihat mahluk itu berekspresi seperti itu.
Tapi kalau memang Night tidak bercanda, apakah selama ini dia telah bergaul dengan para vampir? Hampir semua orang yang menghadiri pesta semalam adalah kenalannya, bahkan sahabat-sahabatnya juga di sana. Tak mungkin, bukan?
Hingga hari ini terhitung sudah dua tahun lebih dirinya mengenal Hana, Jessica, Ariel, dan Shaena. Lalu kalau ucapan Night adalah kebenarannya, mungkinkah ada di antara mereka yang juga bukan manusia? Kalau begitu siapa? Apa salah satunya? Apa dua orang di antaranya? Atau bagaimana kalau semua dari mereka?
"Tidak, tidak, tidak. Aku tak boleh terpengaruh dan berburuk sangka pada mereka," bisik Honey sambil menggelengkan kepalanya cepat. Dia sampai memukul pelan kepalanya demi mengusir ide buruk ini dari otaknya. "Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Tidak boleh."
"Sesuatu hanya dapat dibuktikan kebenarannya apabila sudah mata yang bersaksi…"
Honey tersentak kaget ketika mahluk itu muncul tiba-tiba tepat di hadapannya. Membuatnya refleks mundur ke belakang hingga punggungnya membentur sandaran tempat tidur.
"Kalau kau begitu penasaran kenapa tak kau pastikan sendiri saja? Hanya dengan begitu kau mempercayaiku dan berhenti menuduhku sembarangan," sambung Night dengan senyuman tipis seakan tengah menantangnya.
"Kau ini. Bisa tidak berhenti muncul tiba-tiba seperti itu?" omelnya sambil mengelus pinggangnya yang sedikit sakit karena benturan tadi. "Berhenti mengejutkanku!"
"Kau penasaran, bukan? Kau pasti ingin mengetahui semua jawaban dari pertanyaanmu itu?" Night hanya terus bertanya, seratus persen mengacuhkan peringatan Honey barusan. "Kalau begitu bagaimana kalau kita langsung buktikan saja? Dengan begitu kau tak perlu membuang waktu dengan melamun begini."
Honey diam. Masih belum memutuskan.
"Ayolah. Kita cek. Ini yang terbaik dan teraman untukmu. Selain itu, aku mungkin juga dapat memanfaatkan ini untuk keuntunganku. Aku perlu menanyakan vampir itu soal sesuatu?"
"Soal apa memangnya?"
Belum satu detik Honey bertanya, tiba-tiba suasana di sekitar kamarnya langsung berubah dengan ajaib. Tempat tidur, cat dinding, bahkan Bedcover semuanya berubah menjadi sangat asing. Mengindikasikan kalau tempat ini bukan kamarnya lagi.
"Aaaa…"
Honey kembali tergagap walau ini bukan pertama kalinya dia menyaksikan hal ajaib ini dengan matanya sendiri. Mahluk ini pasti akan membuatnya terkena penyakit jantung suatu hari nanti.
"Apa-apaan kau ini? Ini di mana lagi?" bentaknya pada mahluk itu dengan begitu kesal.
Tapi Night dengan taj acuh turun dari tempat tidur dan mengitari kamar. "Kau bilang dia temanmu, bagaimana mungkin kau tidak mengetahui kamar temanmu sendiri?"
"A-Apa?"
Honey menatap sekitar kamar itu dengan lebih seksama. Pehatiannya langsung tersita pada pigura bergambar Hana yang terletak di atas meja rias. Rasa panik langsung menyerangnya.
"Kenapa kau seenaknya sekali? Bagaimana kalau tadi dia ada di sini? Dia bisa kaget karena kemunculan kita yang mendadak!" bisik gadis segera bangun dari tempat tidur. Menarik lengan tangannya. "Ayo pergi sebelum Hana melihat kita. Ayo!!"
Night menepis tangan Honey dengan entengnya. "Kau sendiri yang bilang ingin mengetahui kebenaran ucapanku, bukan? Memangnya kalau tidak begini ada cara lain?"
"Itu urusanku. Biar aku yang memikirkannya Yang jelas sekarang kita pergi dulu sebelum Hana melihat kita!" Honey kembali malah kembali mendekati sang vampir dan menarik-narik lengan bajunya lagi. Terus berusaha menarik tubuh yang lebih tinggi besar itu darinya. "Ayo pulang…" rengeknya frustasi karena sang vampir tak bergerak sedikitpun.
"Kalau kau segitu inginnya pulang pergi saja sendiri."
"Mana bisa aku pulang sendiri?
"Kalau begitu diam dan lihat saja," Night lagi-lagi menyingkirkan kedua tangan Honey dari bahunya. "Aku akan tinggal di sini untuk menyelesaikan urusanku."
"Tapi—"
Ucapan Honey menggantung begitu pintu di sampingnya terbuka. Ketika ia menoleh dilihatnya Hana baru keluar dari sana dengan hanya sebuah handuk yang membalut tubuhnya.
Sudah ditebak kalau gadis itu akan sangat kaget begitu melihat mereka. Mulut gadis itu tampak terbuka begitu melihat ada dua orang yang tiba-tiba saja sudah berada di kamarnya. Matanya melotot karena kaget.
"H-Honey. K-Kenapa kau di sini—"
Hana baru saja hendak bersuara ketika gadis itu tiba-tiba kehilangan kesadarannya. Dalam sekejap mata, Night bergerak cepat demi menyambut tubuh itu sebelum jatuh ke lantai. Sementara Honey hanya bisa terperangah di depannya karena terus menyaksikan hal-hal yang mengejutkan ini.
***