Ron menatap bayangan wajah kakak perempuannya dari cermin dari kursi kemudi mobil. Di kursi penumpang Via sedang sibuk membersihkan wajahnya dengan kapas, dia membersihkan kulit wajahnya dari make up yang membingkai wajahnya, dia sangat cantik bahkan ketika makeup itu separuh terhapus dari wajahnya.
Penampilan yang nyaman bagi Via adalah santai dan cuek, dia mengikat rambut dengan bentuk donat di atas kepala lalu kembali mengambil kacamata bulat tebal dari dalam tas dan memakai kacamata itu, wajah cantiknya seketika tertutup oleh kacamata bulat yang hampir menutup setengah wajahnya, Terakhir Hoodie. Gadis itu mengenakan Hoodie menutupi dress yang ia kenakan.
Mobil berhenti. "Oke sampai. Kamu sana pulang. Aku masih ada kegiatan di kampus." Ujar Via keluar dari mobil yang dikemudikan oleh adik lakinya.
"Kakak," lirih Ron, dia menyusul Via keluar dari mobil sambil menarik selembar tisu di dashboard mobil.
Mendengar panggilan Ron, Via langsung membalikkan tubuhnya. "Kenapa?" Tanya Via mendengar Ron memanggil namanya. Dengan perhatian dan lembut Ron mengelap sudut bibir kakak perempuan nya.
"Masih ada noda lipstik di sana" ujar Ron menggaris senyuman kecil. Dia kembali ke dalam mobil sementara Via mengangkat bahu dan melambaikan tangan. Dia menuju kampusnya meninggalkan Ron.
Ron memegang dadanya. Detak jantung yang tak beraturan. Entah sejak kapan dia selalu begini. Apa perasaan terhadap Via tidak terlalu berlebihan. Apa karena efek terlalu lama jomblo. Sepertinya Ron harus mencari wanita lain supaya penyakit sister complex nya itu bisa diatasi. Dia menggelengkan kepala. Membuang pikiran dan aura negatif yang menghampiri tubuhnya. Dia hanya akan terus menjaga Via seperti seorang adik. Ron menarik nafas dalam lalu memacu kecepatan laju mobil, pikirannya benar-benar gila, dia tak boleh berlebihan menjaga dan mencintai Via.
***
Ruth mendorong wajah Darwin yang semakin dekat nyosor bibir filler yang tampak berisi dan kenyal. Ruth menolak ciuman Darwin. Membuat pria itu kecewa.
"Aku sudah memoles lipstik bermenit-menit. Kamu tak boleh menghancurkannya, kamu pahamkan sayang." Ujar Ruth dengan alis naik sebelah, mimik wajahnya tampak kesal tapi tetap menggemaskan diata Darwin.
Darwin membalas wajah cemberut Ruth dengan senyuman. "Kamu tahu kalau kamu sangat cantik dan menggoda, bagaimana aku bisa menolak kecantikan kamu yang selalu membuat aku ingin mencium kamu." Darwin membujuk, dia melingkarkan tangan di pinggang ramping Ruth. Lagi dan lagi Ruth meraih tangan Darwin, menghindari pelukan kekasihnya, Darwin menyadari berbagai penolakan dari Ruth.
"Ayolah sayang. Sudah berapa lama kita tidak bersama. Aku kangen.." ujar Darwin merayu lagi.
"Tidak untuk saat ini ya sayang. Ah, kamu ada uang cash tidak?" Darwin tersenyum mendengar pertanyaan Ruth. Pria itu menunjuk pipinya. Meminta balasan atas apa yang diinginkan Ruth. Dia bisa memberikan uang cash pada Ruth tapi ada balasan yang harus dia dapatkan.
"Sudah ku bilang aku sudah berdandan, kita bertemu weekend ya sayang." Ruth memberikan harapan pada Darwin.
"Aku tidak akan menghancurkan riasanku hari ini!" Ketus Ruth dengan wajah galak.
Darwin semakin kecewa. Dia menarik dompet dari saku celana jeans yang dia kenakan. Meski Ruth tak mengabulkan keinginannya tapi dia tetap tak bisa untuk tidak mengabulkan keinginan kekasih tercintanya ini.
Ruth tersenyum senang. Dia mengelus lembut permukaan celana Darwin. Membangunkan adik junior yang selalu siap siaga. Ruth mengedipkan mata genit. Dia mendekatkan kepala ke telinga Darwin.
"Sabar ya. Aku ada pekerjaan akhir akhir ini. Jadi sedikit sibuk." Ruth memberikan alasan. Darwin terpaksa mengangguk. Mau bagaimana lagi. Dia pasrah saat Ruth meninggalkannya. Dia melirik juniornya yang kecewa.
"Sabar ya!" Ujar Darwin bicara sendiri. dia memutar kemudi, kembali ke jalan tadi meninggalkan Ruth di sebuah studio foto, kekasihnya itu akhir-akhir ini banyak menerima tawaran pekerjaan, khususnya foto model.
Darwin mengeluarkan ponsel dari saku, dia mencari nama kedua sahabatnya. Ron menjadi orang pertama yang dia hubungi. Dia mengirim pesan pada Ron.
RON, Kau di mana? Ketemu di cafe yuk! Tak perlu menunggu jawaban pesan dari Ron, Darwin menghubungi satu sobat gilanya lagi. Dia menelepon Eki.
"Ki---"
Suara erangan seorang wanita terdengar di sambungan telepon membuat Darwin merinding, sialan!
"Kau di mana Ki! jangan bilang kau sedang berada di motel?" Darwin mendesis kesal, Eki sialan, dalam seminggu berapa kali dia tidur dengan gadis, sementara dia tak dapat jatah sekalipun dari Ruth, dia sangat kesal.
"kenapa kau harus bertanya kalau kau tahu!" Nafas Eki terdengar tersenggal-senggal di panggilan telepon.
Darwin sudah berpikir ke mana-mana, apalagi yang pria itu lakukan kalau bukan bercinta. Siang malam, pagi sore, dia tak pernah mengenal waktu. Di kepalanya hanyalah selangkangan saja! Tak perlu menunggu balasan dari Eki. Darwin menaikkan nada bicaranya. "Tidak pakai lama aku tunggu kau di cafe!! " Teriaknya marah.
Eki menatap layar ponselnya dan menautkan alis.
"dia kenapa sih? Kalau tidak dapat jatah dari Ruth kan masih banyak Ruth-Ruth yang lain!" gumam Eki di belakang punggung seorang gadis, tentu saja dengan tubuh mereka yang polos. Tanpa sebenang pun. Kapan pria ini akan tobat. Dia selalu saja menghabiskan waktu di atas ranjang dengan wanita yang berbeda.
Plak! Dia menampar bokong gadis yang sedang memuaskan libidonya. "Percepat sayang!" Teriaknya sambil mengerang kenikmatan.
***
Darwin menggelengkan kepala. Eki selalu saja begitu, apa dia tidak capek menghabiskan waktu dengan banyak wanita seperti itu! sementara dia, satu kekasih saja sulit untuk ditaklukan. Entah siapa yang patut dikasihani saat ini, dia atau Eki.
karena sibuk dengan pikirannya sehingga Darwin tidak fokus dengan kemudi, dia hampir saja menabrak seorang gadis. Darwin menginjak rem dalam-dalam dan membanting setir.
Ccitt!!!
Dia menepuk kasar stir mobil lalu memegang dahi, dah dahi ini cukup sakit terbentur dengan stir mobil tadi. tidak masalah dengan jidatnya yang nyeri yang penting gadis di depan sana. Darwin langsung keluar dari mobil, dia membanting pintu mobil dan segera berlari menghampiri korban keteledorannya.
"Kamu tidak apa-apa?" Dia bertanya cemas.
"Apa ada yang terluka, Apa kamu bisa bangun.." suara Darwin terdengar cemas dan takut, dia membantu gadis muda itu untuk bangkit dari aspal, senyum tipis Darwin mengembang, dia membantu membersihkan bagian lutut dan bokong wanita itu yang kotor kena aspal dan debu. Kepalanya saja hanya menyentuh setir terasa sangat nyeri apa lagi wanita ini, dia hampir saja terlindas mobil Darwin.
Pria itu tidak tahu harus bagaimana kalau sampai insiden besar terjadi. Dia benar-benar ceroboh!
wanita itu mengangkat kepalanya, dia sudah siap menghardik pria yang hampir saja mencelakakan dirinya. Sebetulnya dia tidak tertabrak. Dia hanya terkejut dan terjatuh ke aspal karena tiba-tiba kakinya kehilangan tenaga.
"kamu! Kalau kamu tidak bisa menyetir dengan benar berhentilah membawa mobil! bayarlah seorang sopir! Sekelas mobil SUV keluaran terbaru seperti ini, sangat mustahil kalau kamu tak mampu bayar sopir kecuali mobil ini adalah mobil rental!" Wanita itu menghardik wajah Darwin dengan muka yang merah padam, jelas dia sangat marah saat ini. Darwin sadar diri. Dia berusaha menenangkan wanita itu meski dirinya sendiri tidak tenang.
"iya nona, aku minta maaf, ayo masuklah ke mobilku, aku akan membawa kamu ke rumah sakit.." ujar Darwin sopan, dia menawarkan tumpangan ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan wanita yang baru saja menjadi korbannya.
Darwin menyentuh bahu wanita itu, niat hatinya sih baik. Dia ingin menuntun wanita itu masuk ke dalam mobilnya.
"Lepaskan tanganmu dari tubuhku! Berani-beraninya Kamu memegang aku seperti ini! Kamu pikir aku wanita apa!!" Darwin langsung menarik tangannya, dia menelan ludah pahit. Dia hanya berniat baik dan menawarkan tumpangan.
"Nona, aku rasa kau salah paham. Aku akan bertanggung jawab dengan perbuatanku. Aku akan membawa kamu ke rumah sakit dan aku juga akan menanggung semua biaya!!" Darwin menjelaskan dengan suara gemetar.
"Kamu pikir aku akan percaya dengan dirimu. Jangan berani coba-coba ya, sana kau menjauh sedikit dariku, Aku tidak suka dekat-dekat dengan seorang pria! "Darwin mematung. Dia memperhatikan penampilan wanita yang baru saja hampir ditabrak oleh Nya ini. Tidak cantik, tidak juga seksi karena tubuhnya tertutup oleh Hoodie yang berukuran besar. siapa juga yang tertarik. belum lagi sikapnya yang kasar. seseorang dengan penampilan asal seperti ini mengatakan hal tidak masuk akal seperti tadi. tidak mau dekat dekat dengan pria. apa tidak salah, bukan malah sebaliknya. Darwin tersenyum sinis. Dia Atau Gadis ini yang salah sih? tapi tunggu. kalau di perhatikan dengan seksama. rasanya dia tak begitu buruk juga..