Sonya melambaikan tangan saat melihat kedatangan Bara yang membalas dengan senyum tipis di ujung bibir. Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan rasa kesal atau pun marah dengan kelalaiannya yang tidak menepati janji untuk menjemput di jam makan siang.
"Mari makan, Pa!"
"Kalian duluan saja. Aku mandi sebentar," jawab Bara, seraya melirik Riki yang sudah duduk dan bersiap untuk makan.
"Hmm! Jangan lama-lama, ya!" sahut Sonya.
Pria itu langsung berlalu, menaiki tangga dan membiarkan sang istri yang sudah memulai makan malam dengan putra semata wayangnya.
"Apa dia belum menghubungi Mama?" tanya Riki.
"Hmm?" sahut Sonya, menatap wajah Riki tak mengerti.
"Dini. Apa dia belum memberi kabar?"
Sonya terhenyak, lalu mengernyitkan dahi saat mendengar ucapan sang putra yang sedikit sembrono.
"Tante Dini. Bukankah lebih sopan kalau kau memanggilnya dengan sebutan 'Tante'?" tegurnya.
"Kenapa aku harus memanggilnya begitu? Kita tidak ada hubungan darah dengan dia, kan?" sahut Riki datar.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com