Maria meletakkan kedua sendok dan garpunya, lalu meraih gelas berisi air putih. Hampir tandas separuh sebelum ia meletakkan gelas itu kembali ke tempat semula. Ia tidak menyangka kalau Dini akan mengatakan sesuatu yang sungguh membuatnya ingin melompat kegirangan.
"Kami serius, kan?" tanya Maria, masih belum yakin dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Iya. Kami menikah di Sukabumi dua hari yang lalu, malam-malam."
"Bagus. Setidaknya sudah ada pengakuan dari laki-laki itu mengenai keabsahan anak kamu."
"Kami hanya menikah siri, Mbak."
"It's oke, Sayang. Aku merasa sedikit lega, sekarang. Pokoknya kamu tenang saja, karena aku akan menjadi orang yang akan membelamu sampai akhir."
"Terima kasih, Mbak."
"Setidaknya ... laki-laki itu sudah bertekuk lutut di kakimu. Itu yang paling menguntungkan kamu, Din."
"Aku tidak merasa seperti itu."
"Iya, baiklah. Habiskan saja es buahmu itu, ya. Aku juga akan melanjutkan makanmu yang sempat kepotong iklan."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com