Riki mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari perempuan berbibir mungil itu. Merasa malu bukanlah alasan yang pas dilontarkan, mengingat kedekatan hubungan yang telah terjalin dengan mereka selama ini.
"Kenapa harus malu? Apa ada yang sudah kau curi?" tanya pemuda itu dengan datar.
Seketika wajah Dini terasa menghangat dan merasa telah berubah merah saat itu juga. Hanya saja, ia masih mencoba untuk bersikap tenang.
"Ngomong apa sih kamu, Riki? Mencuri apa? Jangan ngomong sembarangan gitu, ah!"
"Riki cuma bertanya, Ma."
"Bertanya kok, begitu! Jangan merusak mood sarapan kita, dong. Kalau Dini tidak mau diantar ya ... jangan dipaksa."
"Maaf," sahut Riki datar saja.
Mereka kembali menikmati sarapan pagi itu dengan tenang. Dini harus susah payah untuk menyembunyikan rasa gugupnya ketika kemudian terdengar suara langkah dari lantai atas dan menuruni tangga.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com