webnovel

Setelah Kehadiranmu

Kisah Zack dan Anne!

Uniyeppeo · Urban
Zu wenig Bewertungen
395 Chs

Bab 7

bab 7

Edric Al Thompson sang pewaris tunggal perusahaan Thompson grup. pria dua puluh delapan tahun yang cerdas dan tampan itu sudah menjabat sebagai CEO di perusahaan nya. muda, tampan, cerdas semua di borong oleh Edric.

Sir Thompson termasuk cepat mengambil pensiun nya dan segera melantik putra nya sebagai penerus Edric menerima tugasnya dengan senang hati karena dirinya adalah seseorang yang ambisius, perfeksionis dan tak pernah main-main kalau soal pekerjaan.

seperti biasa ia sedang duduk di kursi kebanggaan nya dan menatap layar laptop, ternyata foto seorang gadis yang berada di laptopnya lah yang sedang ia tatap. gadis yang menjadi cinta pertamanya

"Anne sekarang kau sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang luar biasa cantik"

siapa sangka ternyata Edric sudah lama menaruh hati kepada Anne tetapi perasaan nya tidak berbalas.

jika saja Edric tak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Anne mungkin saja ia sudah memperkosa dan menghamili nya.

pria itu tampak tenang saat berada di ruang rapat. matanya tajam mendengarkan setiap pendapat hang keluar dari mulut rekan bisnisnya. satu jam lebih berlalu berlalu sebelum akhirnya semua keluar ruangan, pertanda bahwa rapat sudah usai. pria tampan berusia dua puluh delapan tahun itu kini tampak uring-uringan. ternyata baru sekarang dia bisa melampiaskan kekesalannya. hei dia itu sangat kompeten, tak mungkin membawa-bawa masalah pribadi ke dalam rapat bukan?

30 menit sebelum rapat di mulai ternyata ada permasalahan yang mendera pria itu. ketika ia sedang melamun menatap layar laptop nya sebuah pesan melalui email muncul. tanpa pikir panjang Edric membuka surel itu dan ia lihat sebuah rekaman video. ia pun membuka isi video itu karena tak ingin merasakan penasaran terlalu lama.

putra tunggal dari keluarga Thompson itu tampak tengah menonton sebuah rekaman. rekaman di mana seorang gadis dengan gaun putih sedang berjalan menyisir kerumunan orang.

entah ingin kemana wanita itu, Edric mengelus dagunya masih menatap seksama layar laptop hingga akhirnya kejutan di akhir video itu mengagetkan Edric.

meskipun di tengah keramaian Edric masih bisa menemukan wanita idaman nya itu. Anne Caroline.

"how are you baby?" Edric tersenyum simpul menyaksikan video itu

kemudian Edric kembali fokus menonton kegiatan gadis yang tampaknya berjalan semakin tergesa-gesa. Edric mengernyitkan dahinya karena mulai merasakan sesuatu yang aneh. tepat saat Anne berbelok ke kanan masuk ke sebuah lorong dua orang pria berbaju hitam menggunakan kasebo membekap kemudian cctv di seputar daerah itu mati begitu saja.

Edric melihat nya geram "siapa mereka" emosi Edric mulai membara ingin sekali dia membanting komputernya sekarang juga.

"kami sedang mencari tahu tuan, sejauh ini belum ada informasi lebih tentang mereka dan tidak ada jejak rekam kemana mereka membawa nona Anne"

"hmm" guman Edric kemudian ia menekan ujung rokoknya ke dalam asbak dengan geram "siapa yang berani menyentuh wanita ku"

Edric mengetuk-ngetuk jemarinya di meja, kemudian memejamkan matanya tersenyum tenang. sudah ciri khas Edric tetap tenang walau otaknya sedang berkecamuk dengan fikiran.

"cari tahu dan bawa Anne kembali padaku"

"baik, Sir"

Dua ajudan Edric pun langsung keluar ruangan sesaat setelah Edric memberi perintah. tepat ketika mereka meninggalkan pintu yang tertutup, Edric langsung melayangkan barang-barang yang ada di atas meja di hadapanya melesat cepat ke dinding.

You cant run from me!

Never!!!!

napas pria itu memburu, yang semula tampak tenang. namun sekuat tenaga ia mencoba menetralisir emosinya yang mendidih. matanya kembali terpejam, dan ingatan nya tentang Anne datang begitu saja.

Dia masih dapat mengingat bagaimana tangan Anne menggenggam tangan nya dulu. saat kematian ibunya. hari itu menjadi hari pertama Edric melihat sisi hangat Anne, senyum nya Edric dapat melihat jelas senyum indah yang terukir di wajah gadis kecil itu. ia tersenyum lepas berbeda hal dengan sebelum-sebelumnya ketika Edric melihat Anne yang selalu murung. hal itu yang membuat Edric terpukau dan terpesona dengan kecantikan Anne.

dan setelah hari itu dirinya tak mampu menghapus bayangan dari gadis kecil itu. setahun yang lalu dia memberikan beasiswa untuk gadis itu menggunakan tanganya sendiri. otaknya masih ingat betul wajah polos seorang Anne yang dapat membuat nya tersenyum sendiri. bagai bulan dalam dingin nya malam Edric.

"aku ingin memiliki, bulan ku"

Edric menghela napasnya panjang dan menyenderkan punggung di sofa besarnya itu. sebuah ketukan di pintu membuyarkan lamunan nya.

"Edric, kau si dalam?"

"ya sayang"

pintu terbuka dan sosok wanita cantik dengan rambut golden brown terurai indah melewati bahunya, mini dress warna merah dan sepatu flat hitam muncul di hadapan nya.

Paula Queen Roan, istrinya. wanita yang ia nikahi sebulan yang lalu.

Edric mencoba tersenyum manis seperti biasanya sambil membuka tanganya membiarkan Paula masuk ke dalam pelukannya "come here honey"

Paula berjalan menghampiri Edric wanita tinggi semampai itu segera masuk ke dalam dekapan sang suami. Paula menempelkan pipi di dada suaminya sambil merasakan kehangatan tubuh kekar itu.

"hmmm seperti nya, ada yang merindukan ku"

"heiii, tentu saja kau sudah menghabiskan waktu dua jam lebih di ruangan ini. kau bilang hanya sebentar" rengek Paula manja. tentu sifat manja jelas terlihat karena ia sangat di manjakan oleh saudara laki-laki nya dan tentu saja kedua orang tuanya.

"maafkan aku sayang, tapi tak bisakah kau lihat pekerjaan ku menumpuk"

Paula membuka matanya, melihat dokumen berserakan di meja dan juga beberapa pecahan gelas yang berserakan di lantai. ruangan apa ini terlihat seperti kapal yang hampir pecah.

"sayang apakah kau baik-baik saja, kau tampak sedang marah"

Paula mendongak kan kepalanya, lalu Edric langsung merengkuh wajah sang istri menempel kan bibirnya di bibir Paula melumat nya dengan ganas.

"ya aku sedang marah, anak buah ku tak ada yang becus" jawab nya

"tapi sayang, aku tak perlu merusak barang-barang yang ada di sekitar mu. kau sangat mengerikan dan merugikan seperti ini. aku tahu uang mu banyak tapi tak begini juga caranya sayang"

"hmmm... iam sorry honey lain kali aku tak akan begitu lagi. aku sangat sulit mengontrol emosiku"

"kau sudah berjanji seribu kali tapi.... hem ini bukan lah sekali dua kali aku melihat mu seperti ini sayang"

mulut Paula langsung di bungkam kembali oleh bibir Edric. kepalanya masih sangat mendidih, tapi seks pasti dapat mencairkan segalanya. di angkatnya tubuh Paula ke atas sofa, di cumbunya wanita itu dengan gaya brutalnya.