webnovel

Crime

"Oh, masih ada murid jam segini?" tanya Anna. Nam Taemin memutar bola mata jengah sebab untuk setiap kejanggalan yang mereka temui hanya membuat Anna merasa aneh saja di banding rasa curiga atau waspada.

"Kenapa sekolah seperti dijaga siswa?"

"Kalau dijagain bodyguard nanti malah mengundang banyak perhatian masyarakat," sahut Nam Taemin.

"Emang kalau siswa enggak?" tanyanya lagi. Nam Taemin memejam sabar. Bisa-bisa nanti mereka ketahuan sebab Anna terus saja bertanya. Saat ia tidak jawab pun Annastasia malah mempertanyakan hal lain.

"Kamu gak tahu Boarding Anna— ssi? Masyarakat mungkin hanya mengira mereka siswa yang menginap di sekolah," jelas Nam Taemin. Annastasia baru saja akan membuka mulutnya untuk menjawab Nam Taemin yang cekatan membekap mulutnya.

Menyudutkan kembali Anna hingga raga wanita tersebut menepel di tembok termasuk Anna yang langsung meremat seragam Nam Taemin sebab wajahnya telah menyatu dengan dada Nam Taemin.

Apalagi ia nampak ganar sebab beberapa teman Veri tengah bercanda ria melewati mereka yang hanya terhalang pilar sekolah. Di mana Nam Taemin beranjak saat Anna malah masih meremat seragamnya.

"Kita pulang ya?" ajak Anna. Ini sangat berbahaya sebab selain aksi nekat mereka yang hanya berdua.

Kemampuan mereka pun tidak memumpuni bila melawan anak buah Veri yang tidak pernah berpikir bila bertindak. Mereka punya jaminan dari Veri bila melakukan sesuatu sesuai perintahnya.

"Sedikit lagi Anna— ssi," ucap Nam Taemin. Anna menggeleng cepat saat Nam Taemin akan melepaskan cengkeraman Anna pada baju seragamnya.

"Kita minta temani pak Jepri yah?" Nam Taemin menghela napas sabar kala melihat atensi Anna yang bergetar takut.

Tentu saja ia tahu bahwa melihat dari sikap Anna yang tidak pernah melakukan pemberontakan, memang akan sangat menakutkan seperti sekarang ini... Nam Taemin bisa merasakan gemetar hebat yang dialami Annastasia.

"Kita hanya akan mengambil kunci okey?" ucap Nam Taemin. Anna memejam— tidak mengerti kenapa semua teman-temannya ingin menentang Veri.

Apalagi Nam Taemin tidak tahu apapun mengenai Veri. Sebagai pendatang baru, Nam Taemin terlalu menyimpulkan dengan cepat mengenai sikap seseorang.

Nam Taemin yang mengedarkan pandangan itu lekas menarik Anna menuju sebuah ruangan yang mungkin dulu pernah dipakai menjadi tempat laboratorium yang sekarang ada lebih bagus, satu gedung dengan perpustakaan.

"Bagaimana bila menunggu?" tanya Nam Taemin. Akan merepotkan juga bila memaksa orang yang belum bisa mengatasi ketakutannya untuk tetap maju.

"Tapi—"

"Aku akan kembali cepat... Kamu hanya perlu menunggu di sini Minji, Ani! Maksudku Anna— ssi. Okey?"

*Ani (Tidak)*

Anna mengedarkan pandangan pada sekeliling ruangan gelap yang tengah melingkupinya. Anna takut gelap, Anna takut hantu, Anna juga takut Veri dan ia takut teman-temannya terluka atau Ayahnya diganggu bocah yang tidak menghormati orang tua.

"Boleh nyalain ponsel?"

"Aniya Anna— ssi, sama saja akan ketahuan," ucap Nam Taemin. Ia mengacungkan jari kelingking pada Anna yang perlu menyipitkan manik hanya agar penglihatannya menjadi lebih jelas.

"Tunggu sepuluh menit... Kau boleh menjewer telingaku bila terlambat," ucap Nam Taemin yakin.

Anna kemudian membalas uluran jari kelingking Nam Taemin kemudian menyalakan flash arlojinya untuk melihat waktu kepastian di mana Nam Taemin akan kembali menjemputnya. Mengangguk tanpa banyak berpikir, Anna tahu bahwa saat ini ia sangat menghambat Nam Taemin.

"Joh-a."

*Joh-a (Baik)*

Nam Taemin spontan mengusap pucuk kepala Anna cepat saat ia berlalu. Mengedarkan pandangan hingga keluar dari laboratorium tersebut, meninggalkan Anna yang di lingkupi kegelapan.

Tidak ada yang terlintas di kepala Anna selain ia berjongkok lesu untuk menikmati sepuluh menitnya.

Menanti Nam Taemin seraya terus berdo'a supaya tidak ada yang menarik kakinya atau menepuk pundak di area gelap ini.

"Bagaimana dengan Nana bos?" tanya seseorang. Anna kemudian melebarkan pendengaran dengan percakapan seseorang yang berada tepat di depan daun pintu lab.

"Aku harus mengujinya, dia memukulku tadi," sahutnya.

"Raihan?" gumam Anna. Dengan berani, Annastasia beranjak bangkit hingga menempelkan kupingnya pada bingkai pintu laboratorium.

"Setengah dari anak-anak sekolah sudah menjadi tentara bos Veri... Kita hanya perlu mengajak anak kelas sepuluh untuk ikut gabung," ucapnya.

"Kita tunggu saja perintah Bos. Dia lagi fokus sama pacarnya, kita mungkin akan punya mainan baru nanti... Nam Taemin," ucap Raihan.

Anna membekap mulutnya sendiri untuk mendengar percakapan mengerikan mengenai Nana yang nanti akan mendapat balasan dari Raihan. Termasuk Nam Taemin yang akan menjadi budak dari anak-anak SMA.

"Lu inget gak, anak sekolah yang ngasih coklat ke Anna dulu terus dia pindah?"

"Inget bos, inget!"

"Nah, dia juga sebelumnya dipukulin dulu sama Veri. Diancam apa gituh lupa, sampai akhirnya dia pindah, itu cuma ngasih coklat doang. Apalagi sekarang, Nam Taemin bawa Anna ke mall," jelas Raihan.

Anna semakin membelalakan manik tatkala mendengar perkataan Raihan ini sungguh sangat membuatnya merasa takut.

Veri benar-benar berkuasa bila di sekolah milik Ayahnya. Ia bukan tandingan Nam Taemin yang merupakan pendatang baru. Dengan cekatan Anna mengeluarkan ponselnya. Mencoba menghidupkan benda pipih tersebut sampai ia terpaku diam.

Nam Taemin masih berada di luar sana. Akan berbahaya bila lokasinya diketahui oleh Veri. Ia tidak boleh gegabah, dan untuk sekarang, Anna akan menunggu selama sepuluh menit.

"Eh, sesuka itu sama Anna? Bukannya bos lagi deket sama Amel yah?"

"Amel mah cuma mainan doang, tetep gilanya mah ke Annastasia," sahut Raihan. Selama lima menit yang Anna habiskan di dalam lab. Ia mendengarkan beberapa obrolan kotor Raihan dengan temannya hingga membuat Anna mual.

Apalagi mereka membicarakan mengenai Crystal yang menjadi incaran Raihan, ia menyukainya walau memang bertingkah seperti psikopat dengan menampar dua kali sebab Crystal terus mengikuti dirinya saat ia sedang melakukan tugas penting.

Namun Nana yang tengah menjadi tersangka bahwa ia menyukai Crystal juga memang menjadi target Raihan kenapa ia ingin melakukan interogasi ringan pada temannya itu. Anna terus saja menghidupkan layar LCD jam tangannya untuk melihat menit yang sudah berlalu.

"Sebentar lagi Anna... Sabar," gumamnya. Kenapa pula Raihan membeberkan banyak hal di depan daun pintu yang tengah Anna huni. Ia Menggosok lengannya perlahan sebab udara dingin menyergap lebih hebat dari sebelumnya.

Bahkan Anna bisa merasakan kakinya yang bergetar. Tubuh yang tiba-tiba memanas hingga berkeringat dingin dengan suasana mencekam. Annastasia membekap mulutnya kuat sebab ia ingin bersin. Sepertinya udara dengan debu tebal membuat tubuhnya terserang sesuatu.

Apalagi memang setelah hujan-hujanan bersama Veri kemarin, sedikit menganggu tidurnya semalam.

"Si Bayu juga lu tahu kan dia suka sama si Anna?" tanya Raihan. Annastasia tergemap tatkala nama satu temannya disebutkan bibir kotor tersebut.

Bahkan Anna bisa mendengar sebuah kaleng yang diadukan santai hingga Anna bisa menebak, mereka sedang melakukan apa.

"Iya, dia kan diancam cabut beasiswa sama bos?"

"Nah, lu tahu juga... Si Bayu tuh bagus juga suka ngelapor apa yang Anna lakuin. Dia terbebas dari biaya sekolah dan dijamin lulus nanti. Setiap laporannya juga bernilai seratus ribu. Gila gak tuh?" ucap Raihan.

Mereka berdua terlalu asik berbincang hingga orang yang mendengarnya malah membelalak tidak mengerti dan mencoba untuk mencerna apa yang sedang mereka perbincangkan. Mengenai Bayu yang selama ini ternyata anak buah Veri.

Ia... Berada di sampingnya hanya untuk terus mengawasi.

To Be Continued..