webnovel

Senyum

SiNegatif · Teenager
Zu wenig Bewertungen
4 Chs

Alasan

"Kriiing" nada dering telepon ku berbunyi,

Ah, dari Mama,

"Halo Mah" ucapku di telepon,

"Kak, Kamu lagi di mana?" tanya Mama,

"Di kampus, memang nya kenapa Mah?" tanyaku,

"Enggak, mau tanya aja, Kamu jadi kerja sampingan?" tanya Mama,

"Jadi kok, Udah diterima malahan" ucapku,

"Bagus lah, padahal Kamu gak usah kerja sampingan lho, masih ada uang di tabungan Mama" ucap Mama,

"Nggak usah Mah, Aku bisa kok kuliah sambil kerja sambilan" ucapku,

"Ya sudah, kuliah yang rajin ya Kak, jangan bolos" ucap Mama,

"Iya Mah" ucapku lalu menutup telepon,

Kadang Aku bingung dengan yang nama nya pernikahan, jika kebanyakan orang berpikir perempuan lah yang selalu terbebani jika keluarga itu pecah (Dalam kasus ini keluargaku termasuk) tapi kenyataan nya mau perempuan atau pun laki-laki akan terbebani jika tidak ada nya persiapan (Tapi siapa yang bersiap atau berpikir akan bercerai) tapi ya...., tetap saja.

"Nih" ucap orang yang kemarin dipanggil 'Rek' padaku sambil memberikan celemek berwarna hitam,

"Apa ini?" tanyaku,

"Di sini tidak ada seragam, tapi pakai ini" ucap nya,

"Oh iya, namaku Rian" ucap nya,

"Lalu kenapa kemarin Pak David memanggilmu dengan kata 'Rek' ?" tanya ku penasaran,

"Itu panggilan saja" ucap Rian,

Hari pertama Aku bekerja di sana, cuma ada satu kata tentang tempat itu adalah "Mengerikan", kenapa? Kasir kemarin sangat-sangat tidak bersahabat, selain Dia karyawan lain cukup cuek, Rian? Dia jarang terlihat tapi entah kenapa seluruh kegiatan Kami merasakan kehadiran nya.Tapi Aku masih bingung kenapa ada meja belajar di sebuah ruangan kecil di lantai atas dengan begitu banyak buku di atas nya.

Hari pun turun hujan dan sial nya Aku tidak membawa payung,

"Kau tak pulang?" tanya Rian,

"Aku tidak bawa payung" ucapku,

"Owh..." ucap Rian singkat,

"Kau, tidak pulang?" tanyaku balik,

"Anggap saja Aku punya alasan yang sama denganmu" ucap Rian,

"Kau pulang hingga kafe benar-benar tutup?" tanyaku,

"Tentu tidak, paling sebentar lagi hujan selesai" ucap Rian,

Kami benar-benar menunggu hujan reda, masalah nya hujan tak kunjung reda ditambah lagi Aku ada kelas pagi besok, kalau Aku tidak beristirahat bisa-bisa Aku tertidur di kelas.

"Rek, gak pulang Kamu?" tanya Pak David setelah Rian membalik papan di pintu yang awal nya tertulis 'Buka' kini bertuliskan 'Tutup',

"Nggak pak, mau pulang gimana?" ucap Rian,

"Michelle, Kamu?" tanya Pak David,

"Nggak tahu pak, Saya gak bawa payung" ucapku,

"Ya sudah, kalau nanti hujan benar-benar tidak reda, tidur saja di kafe" ucap Pak David,

"Siap pak" ucap Rian,

Beberapa saat setelah pak David pulang dan kafe benar-benar tutup, Aku menunggu di lantai atas yang kebetulan ruangan terbuka sambil memainkan telepon ku, sementara Rian masih di bawah, entah apa yang Dia lakukan.Tak lama kemudia Rian naik membawa dua gelas kopi yang asap nya masih mengepul,

"Untukku?" tanyaku,

"Tidak, untuk kuminum sendiri" ucap nya sambil menyodorkan kopi itu ke arahku,

Aku mengambil kopi itu dari tangan nya, lalu Dia duduk di sampingku menghadap ke arah luar sembari bersandar di meja, Dia hanya duduk, sama sekali tidak melakukan apapun,

"Itu ada meja belajar sama buku-buku banyak punya siapa?" tanyaku,

"Enggak tahu, memang nya kenapa?" tanya Rian,

"Aku boleh belajar di sana gak?" tanya ku,

"Silahkan, sampai ketiduran pun nggak apa-apa" ucap Rian,

Aku pun beranjak sembari mengangkat gelas kopi tapi tiba-tiba Rian menahan tanganku,

"Sebentar" ucap nya lalu turun ke bawah dan kembali membawa alat pembersih dan mulai mengeringkan lantai,

"Sudah, silahkan berdiri" ucap nya,

"Kenapa Kau yakin Aku akan tergelincir?" tanyaku,

"Bukan begitu" ucap nya,

"Tapi kalau Kau jatuh dengan kopi di tangan mu akan lebih banyak yang harus di bersihkan" ucap nya,

"Dan mugkin tangan mu terluka terkena pecahan gelas itu" lanjut nya,

"Terlebih lagi kopi nya panas" lanjut nya lagi,

Aku sempat terdiam melihat nya, "Bagaimana ia berpikir sejauh itu?" pikirku,

"Terima kasih" ucapku lalu beranjak menuju ruang belajar itu.