webnovel

Kejahatan yang Melampaui Batas (3)

Redakteur: Wave Literature

Ayah Gu Xiaoran dituduh sebagai penyebab jatuhnya perusahaan Shengtang ke tangan Han Ke. Dia dituduh sebagai pelaku utama dan dituntut secara hukum atas kasus itu. Demi ayahnya tidak mendekam di balik jeruji besi, Gu Xiaoran mau tidak mau merelakan dirinya untuk menikah dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya, yaitu Han Ke.

Besok merupakan hari pertunangan Gu Xiaoran. Namun saat ini, Mo Qing malah memanfaatkan keadaannya untuk merebut 'pengalaman pertamanya'. Bibirnya terlihat menyunggingkan sebuah senyum kecil saat ini, sementara tangannya sibuk mengelus halus pipi dingin gadis yang ada di pelukannya. Jemarinya terus menyentuh wajahnya, seolah menolak untuk melepaskan wajah mungil yang menatapnya dengan penuh kebencian saat ini.

Tidak lama kemudian, terdengar bunyi mobil van yang membawa ayah Gu Xiaoran meninggalkan tempat itu.

"Kamu harus tampil cantik dan menawan di acara pertunanganmu besok," ucap Mo Qing sambil tersenyum licik.

"Mo Qing, kamu benar-benar seorang iblis!" maki Gu Xiaoran sambil berpegangan dan menopang tubuhnya pada batu taman yang ada di situ. Tubuhnya kehilangan keseimbangan setelah Mo Qing mengendurkan pelukannya. Lututnya benar-benar terasa kehilangan seluruh kekuatannya saat ini.

"Kamu benar-benar tidak membuatku kecewa. Rasamu sungguh luar biasa," ujar Mo Qing sambil kembali mengusap lembut pipi Gu Xiaoran. Tampaknya dia tidak peduli akan makian yang baru saja gadis itu lontarkan padanya.

"Mengapa kamu melakukan ini terhadapku?" tanya Gu Xiaoran dengan hati yang terluka.

"Tentu saja karena aku ingin merasakan kenikmatan tubuhmu," jawab Mo Qing acuh tak acuh.

Ingin merasakan kenikmatan tubuhku dengan menjebakku dan memperkosaku seperti ini? Batin Gu Xiaoran geram. Tangan mungilnya terlihat terkepal di samping tubuhnya. Dia menahan diri untuk tidak melayangkan tinjunya ke wajah pria biadab itu.

"Ke mana kalian membawa ayahku?" tanya Gu Xiaoran setelah berusaha lebih mengatur emosinya.

"Orang-orang tadi itu bukan orang-orang suruhanku. Akan tetapi, asalkan kamu menurut dan mengikuti semua kemauanku, aku jamin ayahmu akan segera kembali dengan selamat," tutur Mo Qing dengan santai.

"Kamu memangnya tidak takut kalau aku memberitahu Han Ke akan semua hal yang sudah kamu lakukan ini?" ancam Gu Xiaoran.

"Usahakan agar kamu memberitahukan semua hal ini padanya. Namun sebelumnya, jangan lupa untuk mempersiapkan peti mati untuk Gu Zhengrong, ayahmu itu," balas Mo Qing sambil tertawa ringan dan santai.

"Sebentar lagi, polisi akan segera tiba di tempat ini. Kalau kamu tidak ingin bermalam di kantor polisi, sebaiknya kamu segera meninggalkan tempat ini," lanjut Mo Qing sambil memasukkan tangannya ke saku celananya dan berjalan pergi meninggalkan Gu Xiaoran seorang diri.

Gu Xiaoran hanya terdiam menatap punggung Mo Qing yang terus menjauh. Lututnya kini terasa semakin lemas, dia menjatuhkan tubuhnya ke tanah dan duduk di sana dengan lemas. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat, kuku tangannya yang belum dipotong rapi, membuat meninggalkan bekas merah pada tangan mungil itu.

Gu Xiaoran berusaha menoleh dan menatap bangunan yang hangus terbakar. Sekelebat perasaan bercampur aduk di dalam hatinya, hembusan angin menerpa wajahnya dan membawa aroma busuk dari tubuh yang hangus terbakar memenuhi indera penciumannya. Dengan segera dia menyandarkan kembali tubuhnya pada batu besar itu, perasaan jijik dan mual yang hebat menguasai dirinya saat ini. Namun mungkin karena perutnya memang masih kosong sejak pagi, tidak peduli sekuat apa dirinya berusaha untuk memuntahkannya, namun tidak ada apa pun yang keluar. Setiap rasa sakit yang tubuhnya rasakan saat ini seolah mengingatkannya akan apa yang baru saja dialaminya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara sirine berbunyi dari kejauhan. Mendengar bunyi sirine tersebut, Gu Xiaoran dengan segera berusaha mengatur emosinya. Dia terlihat cepat-cepat bangkit berdiri dan meninggalkan tempat itu sambil menahan rasa sakit yang dirasakannya.

***

Keesokan harinya, selebriti dan artis papan atas memenuhi kapal pesiar paling mewah di negara ini. Kapal pesiar yang sangat besar dan mewah yang terkenal dengan nama Kapal Pesiar Imperial Club tersebut, memiliki 7 lantai yang lengkap dengan fasilitas hiburan malam non-stop yang tentunya dilengkapi dengan para DJ dan musik yang menghentak.

Mengenakan gaun merah yang menawan, Gu Xiaoran terlihat menggandeng lengan Han Ke sambil berkeliling menyapa para tamu undangan dengan manis. Demi merayakan pesta pertunangannya dengan mereka, Han Ke telah mengundang para petinggi-petinggi dan para kalangan elit untuk hadir di kapal pesiar yang memiliki luas kira-kira 100 meter persegi ini. Setiap acara tampak berjalan dengan rapi dan teratur, sementara setiap tamu yang datang terlihat sangat menikmati acara dan makanan yang disajikan dengan indahnya.

Setelah kejadian tadi malam, sungguh sebuah ironi rasanya jika hari ini Gu Xiaoran harus melenggangkan tubuhnya di atas karpet merah yang telah digelar mewah baginya. Sebab, pemilik kapal pesiar yang sangat mewah ini tidak lain dan tidak bukan adalah Mo Qing, pria yang kemarin berbuat semaunya terhadap dirinya.

Gu Xiaoran telah berjanji untuk menikah dengan Han Ke. Keduanya sebenarnya telah mengurus surat nikah mereka, akan tetapi pria itu memaksa untuk mengadakan resepsi pertunangan terlebih dahulu. 3 bulan kemudian, setelah mendapatkan surat nikah, barulah kembali mengadakan resepsi pertunangan. Dengan begini, itu artinya pria tersebut memiliki dua kali kesempatan untuk memamerkan kesuksesan dirinya. Resepsi pertunangan ini jelas tidak lain adalah untuk merayakan kesuksesan perusahaan Xinhe.

Gu Xiaoran tahu benar, Han Ke membuat pesta besar-besaran seperti ini pastilah untuk menunjukkan ke semua orang bahwa dirinya telah berhasil mengalahkan perusahaan Shengtang dan membuat perusahaan itu gulung tikar. Dia juga ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang yang tidak menyimpan dendam masa lalu dan sangat murah hati, sehingga rela menikahi putri satu-satunya dari Gu Zhengrong yang telah mengakibatkan kehancuran perusahaan Shengtang.