webnovel

Senjaksara

"Aku suka kamu nja" Ucap Aksara dengan Wajah serius. "Tapi, kamu tau aku belum siap aksa" Posisi duduknya tak tenang kini, bibir nya kelu, dada nya berdegub kencang. Ia tak menyangka secepat ini Aksara akan menjatuhkan hati nya. "Aku akan berjuang. Sampai kata Iya itu keluar dari mulut kamu" Dan kini, aku benar-benar jatuh hati padamu. Rasa yang selama ini ku fikir hanya sebuah empati sebatas sahabat ternyata empati melebihi ekspetasi di luar nalar ku sendiri. Dengan sabar kau mengajariku arti bahagia lagi. Setelah lama tertatih mati karena di hujam semesta berkali-kali. Kini, aku merasa waktu tidak akan indah nikah tak ku habiskan bersama mu Ini untuk kamu, Aksara terindah di planet Bumi.

QueenAyy · Teenager
Zu wenig Bewertungen
27 Chs

Duapuluh Lima

Bimo mencoba tegar hari ini, beberapa kawan kantor sudah datang kerumah Bastian dengan Baju serba hitam. Kesedihan juga nampak di antara mereka. Rendi, Bimo, Senja, Laura dan tanpa Bastian.

Bastian hanya tertidur pulas dengan kain yang sudah menutupi seluruh badannya, hari ini Bastian dinyatakan meninggal oleh pihak rumah sakit karena komplikasi yang ada di dalam tubuhnya.

Duka amat dalam dirasakan oleh Bimo sebagai sahabat Bastian, begitu juga dengan Rendi, Senja dan Laura yang menangis lalu mengusap air mata dengan tissu yang mereka bawa.

"Kenapa lo gak cerita sama gue lo sakit" gumam Bimo dalam hati.

Bagaimana tidak, Bimo adalah teman akrab Bastian semasa hidup, sudah seperti kakak beradik dan orang-orang menyebut mereka kembar. Bimo sedikit membuka kain yang menutupi wajah Almarhum Bastian, lalu mengingat kembali kisah yang sudah mereka jalani ber sama-sama.

"Udah bim, ikhlasin aja" ucap Rendi yang berada tepat di samping Bimo.

Senja mencoba menguatkan hati kehilangan sosok Bastian yang selalu menghiburnya di kala ia merasakan gundah atau sedang lelah, ia turut kehilangan sahabat sekaligus keluarga terdekatnya kini.

Mencoba menangkan Laura yang sedang terisak, dalam diri Laura ia menyayangkan kepergian Bastian di saat ia sudah mulai menaruh rasa Cinta dan mulai melupakan Rendi. Laura menyesali perbuatannya tadi pagi ketika membentak Bastian dan ia tak ada pada detik-detik terakhir nafas Bastian.

Terlihat Ibu Bastian duduk diujung kepala putranya yang sedang berbaring tak bernyawa, dengan airmata yang terus mengalir, kehilangan putra semata wayang yang begitu ia cintai selama ini.

Ambulance pun sampai, Orang-orang pun menggotong tubuh Almarhum Bastian dan memasukan ke dalam Ambulance, diikuti dengan Ibu serta sanak saudara. Sementara Rendi, Bimo, Laura dan Senja membuntuti dari belakang menaiki mobil Rendi.

Ambulance pun di berangkat kan, sirine dibunyikan dan pelayat yang menaiki motor pun mengibarkan bendera kuning tanda orang meninggal. Begitu juga mobil Rendi yang sudah di tempeli bendera kuning di bagian spion.

Perlahan Rendi mengikuti Ambulance dan kerumuman motor yang mengkawal Jasad Bastian ke peristirahatan terakhir nya. Tak ada raut wajah bahagia yang terpancar kini, masing-masing dari mereka mengingat kejadian atau memori indah bersama Almarhum Bastian.

Bimo mengelus batu Nisan yang bernama kan BASTIAN SUHENDRA BIN HENDRA Lahir 20 Agustus 1998 Wafat 3 Juni 2020. Air mata Bimo tak terbendung, ia memeluk batu Nisan tersebut pipinya pun banjir air mata kini.

"Cepet banget lo ninggalin gue bas, kenapa lo gak ajak gue" teriak Bimo dalam mobil.

"Udah bim udah, ikhlasin" ucap Senja di bangku belakang bersama dengan Laura, dan Rendi hanya terdiam menahan air mata nya, mencoba kuat menghadapi kenyataan yang ada.

"Gimana gue bisa ikhlas, gue kehilangan sahabat, keluarga gue" isak Bimo, membuat Laura juga ikut kalut dalam suasana lagi, terdengar Laura juga terisak.

"Kenapa lo nangis ra? ha? kenapa? nyesel lo sekarang udah nyia-nyiain Bastian? ngerasain kan lo kehilangan orang yang sayang sama lo, ini baru awal ra, nanti lo pasti akan lebih kehilangan dan merasa bersalah" ucap Bimo yang tak bisa menahan emosi.

Laura hanya terdiam, menutupi kedua telinga dengan tangannya dan masih terus menangis, Senja yang berada di samping Laura pun memeluk gadis yang sedang terguncang jiwanya tersebut.

"Udah ra, Bimo lagi emosi" ucap Senja lirih.

"Udah bim yang merasa kehilangan Bastian bukan cuma lo, tapi gue dan kita semua, jangan main salah-salah an kita do'ain aja Bastian tenang disana, dia pasti sedih liat kita gini" ucap Rendi yang masih fokus mengemudi.

Dan semuanya pun terdiam.

Beberapa saat kemudian pun mereka sampai di pemakaman umum Daerah Jakarta, terlihat pihak Ambulance sudah siap untuk membuka pintu belakang dan membawa Almarhum Bastian untuk di kuburkan.

Bimo dan Rendi sudah bersiap untuk membantu membopong keranda tersebut, mereka berdua berada di barisan depan dan barisan belakang di isi oleh keluarga Bastian.

Dengan perlahan mereka menyusuri pemakaman menuju liang lahat yang sudah digali oleh tukang gali kuburan, beberapa tukang gali pun sudah siap untuk membantu proses pemakaman Almarhum Bastian.

***

Nadhira sudah bersiap untuk pergi kali ini, ia mengaca dan merapihkan sedikit make up yang ada diwajah nya, ia tersenyum bangga dan mulai mencari handphonenya.

Ia memencet nama Noval dan mulai menelponnya. Ia menunggu jawaban dari laki-laki tersebut, namun tak kunjung ada jawaban. Ia pun mulai mengirimkan pesan untuk Noval.

"Hari ini jadi kan kamu anter aku ke toko buku" tulis Nadhira di dinding handphonenya.

Noval yang sedang sibuk pun mendengar ada chat dan mulai membuka handphonenya, ia tak bisa mengangkat telpon karena sibuk dengan pekerjaan nya yang menumpuk, Noval pun membuka handphonenya dan terlihat panggilan tak terjawab serta satu pesan dari Nadhira.

Ia mengingat bahwa ia sudah janji dengan Gadis itu untuk mengantarnya ke toko buku untuk mencari buku yang diperlukan Nadhira. Noval memijat Keningnya perlahan, lalu membalas pesan Nadhira dan mengiyakan untuk pergi ke toko buku bersama.

Nadhira pun girang, ia lalu pergi ke salon untuk bersiap diri saat nanti bertemu dengan Noval. Ia menuruni tangga dengan perlahan dan mencari kunci mobilnya, ia mengingat ingat dimana terakhir kali ia menaruh kunci tersebut.

Nadhira merogoh kantong dan tas nya, namun yang ia temukan hanya kertas parkir dan beberapa uang koin.

"Ck... Mana sih kunci gue" gumamnya.

"Bii... Bibik liat kunci saya gak?" teriak Nadhira.

Pembantunya pun menghampiri Nadhira dengan terburu-buru.

"Diatas kulkas kayanya non, tadi Non Nadhira lupa abis makan kuncinya ditaro meja makan, makanya saya taro di kulkas" ucap Bibi.

"Ihh mana ambilin cepetan" perintah Nadhira dengan wajah kesal.

Bibi pun sedikit berlari mengambil kunci mobil Nadhira di kulkas dapur rumah itu, lalu kembali lagi untuk menyerahkan nya kepada Nadhira.

"Oh iya, saya mau pulang malem hari ini, gak usah masak, terus kalo papa telpon bilang aja saya kerja sampek lembur, kalo kamu bilang terus ngadu ke papa, awas ya saya pecat kamu" ucap Nadhira mengancam.

"Tt... tapi Non.. Anu" ucap Bibi terbata-bata.

"Ahh sstttt.. Jangan bawel" ucap Nadhira dan Bibi hanya terdiam takut.

Nadhira pun keluar dan mulai menaiki mobil meninggalkan pekarangan rumahnya. Perlahan ia mengemudikan mobilnya menuju salon langganan yang biasa merias dirinya, ia sudah tak sabar akan bertemu dengan Noval.

"Yaa, mending lah daripada Aksara yang miskin, putus dari Aksara gak rugi juga gue sih, bisa deket sama cowok tajir kek Noval" ucapnya dengan nada bangga.

"Liat aja pasti bentar lagi Noval bakalan jatuh ke pelukan gue, gue bisa kuasain perusahaan nya dan perusahaan gue makin besar gue makin kaya" sambung nya diiringi dengan gelak tawa.