Insting seorang istri itu tidak pernah salah. Begitu dengan Mama Kinanti yang telah mengabdikan dirinya untuk menjadi istri yang berbakti untuk Papa Galih selama puluhan tahun silam.
"Sari memang kenapa?" Papa Galih berusaha untuk berkilah, semoga saja ini bisa. Dan semoga saja Papa Galih bisa bebas dari mata elang sang istri yang jika pemiliknya sangat tajam bagaikan singa buas yang siap untuk menerkam mangsa buruannya.
Mama Kinanti menggeleng, mungkin juga dia masih merasa gamang dengan apa yang dia rasakan saat ini.
Hal itu justru membuat Papa Galih bisa menyunggingkan senyum renjananya. Papa Galih kembali menarik Mama Galih untuk masuk ke dalam dekapannya.
"Coba jelaskan pelan-pelan kamu mimpiin Sari apa barusan," titah Papa Galih dengan nada yang terdengar sangat syahdu di kedua telinga Mama Kinanti.
"Aku mimpi Sari berteriak minta tolong ke aku."
DEG~~~
Lagi-lagi jantung Papa Galih seperti sedang terhunus oleh sebuah timah panas. Sakit. Perih.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com