"Mereka nggak boleh dekat lagi apalagi menikah, Pa," hardik Mama Kinanti dia bahkan sampai melayangkan jari telunjuknya dengan penuh emosional pada Papa Galih.
Pria yang telah dibekali sabar yang melimpah sejak menikah itu menerima saja dengan legowo setiap tindakan sang istri padanya. Apapun itu asalkan bukan ditinggalkan oleh Mama Kinanti dia akan menerimanya tanpa berbasa-basi.
"Kenapa?" tanya Papa Galih dengan polosnya. Kadang ekspresi Papa Galih yang seolah tak menunjukkan rasa bersalah itu yang membuat Mama Kinanti geram.
"Galuh itu adik kamu, kamu nggak amnesiakan? Penyebab dia benar-benar pergi meninggalkan kita adalah ambisimu yang terlalu kuat untuk menjodohkan mereka." Mama Kinanti semakin berang. Untunglah kamar utama dilengkapi mode kedap suara jadi orang yang berada di luar ruangan tidak akan mendegarkan perdebatan mereka.
"Aku dan Galuh bukan saudara kandung, Ma."
"Dia hanya adik angkatku," tambah Papa Galih.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com