Jenis kelamin urusan belakang
Yang paling utama berlubang.
_________________________________________
Kepala Yusuf masih pusing efek menenggak alkohol terlalu banyak tadi malam, sehingga ketika bangun, ia bermalas-malasan di atas kasur sambil memandangi langit-langit kamar. Tak ada Mario disampingnya, entah pergi kemana laki-laki yang membuat Yusuf meraih titik kenikmatan tertinggi tadi malam. Yusuf mengusap bekas tidurnya, tersenyum tipis, masih tak menyangka jika ia sudah meniduri temannya sendiri.
Kekhawatiran menyelimuti diri Yusuf, khawatir jika Mario berubah dan kembali menghindar. Khawatir jika Mario menanyakan kenapa Yusuf bernafsu menidurinya. Apa yang harus Yusuf jawab. Mabuk? Yusuf memang mabuk, tapi ia sadar apa yang ia lakukan tadi malam, dan jelas terasa kenikmatan pantat Mario yang ia gagahi.
Baru saja Yusuf mengakui jika yang ia rasakan sangat nikmat. Tapi... memang kenyataannya seperti itu. Rasa yang ia raih tadi malam itu nikmat, dan Yusuf menyukainya. Hempasan pantat Mario, hisapan bibir Mario, tamparan tangan Yusuf di pantat Mario, jilatan bibir Yusuf di puting Mario, desahan Mario, semuanya Yusuf suka, semuanya nikmat. Membayangkan pergulatan semalam membuat penis Yusuf kembali mengeras.
Ceklek
Suara pintu kamar terbuka, sosok yang Yusuf setubuhi semalam muncul dari balik pintu. Yusuf yang masih telanjang bulat hanya menatap Mario tak bergerak, sebaliknya, penis Yusuflah yang bergerak. Penis sialan yang tidak bisa diajak kerjasama, malah meminta untuk diasah lagi. Mario berjalan mendekat, ia menghampiri Yusuf dan duduk di pinggir ranjang, Yusuf menarik selimut, menutupi bagian selangkangannya yang kembali nakal.
"Baru bangun?" tanya Mario meremas jemarinya sendiri, ia sudah rapi mengenakan bajunya kemarin.
Canggung? jelas suasana hari ini menjadi canggung. Jantung Yusuf menjadi berdegup tak karuan, layaknya bunyi genderang perang.
"Iya" jawab Yusuf malu-malu, "jam berapa?"
Mario melirik jam tangannya, "jam 10" jawab Mario.
"Serius!? waduuh!" Yusuf menepuk dahinya, "nggak enak gua sama Mister Singh."
"Udah gua bilang kok, Mister Singh maklum, yang lu minum semalem itu absinthe, kadar alkoholnya 68%, lu doang yang habis sebotol, yang lain boro-boro, segelas aja lama minumnya, lu doyan apa haus, untung lu nggak mati" celoteh Mario memarahi Yusuf.
"Terus semalem gua ngapain?" tanya Yusuf berpura-pura bodoh, "kok gua telanjang?"
"Jadi ... lu nggak inget apa-apa?" Mario balik bertanya.
Jelas Yusuf mengingatnya. Mana mungkin Yusuf lupa nikmatnya rasa pantat yang ia gauli semalam.
"Nggak" jawab Yusuf berbohong.
"Ooh" Mario manggut-manggut, "lu nggak kenapa-napa kok, baju lu basah, jadi gua copot" Mario tersenyum, ia juga berakting seolah tak terjadi apa-apa, "lu mandi gih!" Mario menyuruh Yusuf, ia beranjak dari kasurnya, "gua udah pamit sama Mister Singh, entar gua ambilin sarapan buat ngisi perut lu" sambung Mario meninggalkan Yusuf dan hilang di balik pintu.
Bukan itu jawaban yang ingin Yusuf dengar, entah kenapa Yusuf menginginkan Mario jujur mengatakan jika Yusuf sudah menyetubuhi Mario. atau mengatakan "yusuf, yang semalam enak".
Yusuf beranjak dari kasur dan segera mandi sekalian mandi wajib. Bentuk bokong Mario lagi-lagi hadir di otak Yusuf saat air shower membasahi tubuhnya. Rasa bokong terbaik dengan cita rasa khas yang membuat Yusuf nyaman dan menginginkannya lagi. Saat keluar dari kamar mandi, Yusuf mendapati sarapan pagi di atas kasur dengan nampan bulat yang besar. Ada kopi dan roti tawar lapis telor dan beberapa potong sosis. Yusuf tersenyum tipis, tidak menyangka jika Mario masih mengingat bahwa Yusuf lebih menyukai kopi hitam daripada kopi susu, Yusuf juga lebih menyukai roti tawar yang toppingnya asin daripada diberi selai manis. Mata Yusuf kemudian tertuju pada selembar note, ia ambil note dengan kertas warna hijau yang terselip di gelas kopi.
Abisin! hp gua lupa di cas, gua tunggu di kolam renang, kunci mobil lu ada di gua.
Yusuf tersenyum membaca note dari Mario. Ia berjalan mendekati jendela, karena jendela kamar ini langsung mengarah ke kolam renang. Ia melihat Mario sedang duduk sendirian di kolam renang. Yusuf bergegas untuk bersiap-siap, sarapan secepat kilat dan memakai pakaian yang dikenakannya kemarin, Yusuf tidak mau membuat Mario lama menunggu. Setelah semuanya beres, Yusuf meninggalkan kamar, menemui asisten Mister Singh untuk sekedar berbasa-basi dan pamit pulang, lalu ia menghampiri Mario yang masih duduk ganteng di kolam renang.
"Ayok! gua udah ganteng nih!" Yusuf mengerlingkan mata, membuat Mario tersenyum tipis dan mengangguk.
Mario memaksa untuk menyetir, ia mengatakan jika Yusuf masih belum sadar, Yusuf ini mabuk. Ia tidak mau terjadi sesuatu yang membahayakan, Terpaksa Yusuf menuruti saja keinginan Mario.
"Lu shalat jum'at kan? kita mampir di masjid atta'awun aja ya, nanti gua nunggu di warung terdekat" ujar Mario membuka obrolan.
"Lah iya, jum'at ya, tau gitu kita nggak usah pulang" ujar Yusuf yang memang lupa jika hari ini adalah hari jum'at.
"Enak aja! gua ada urusan lain, bukan mau liburan" ketus Mario.
"Buru-buru amat mau pulang, cupu" balas Yusuf meledek.
Mobil berhenti di depan masjid Atta'awun, Yusuf bergegas mengejar shalat jum'at. Zinah ya zinah, ibadah ya ibadah, tidak ada larangan bagi orang yang sehabis zinah untuk beribadah. Setelah selesai shalat jum'at, Yusuf menghampiri Mario yang duduk menghadap ke pepohonan hijau yang tumbuh di bawah warung, ia duduk membelakangi Yusuf.
"Seger ya, dingin, nggak kayak Jakarta" ujar Yusuf ikut duduk di samping Mario.
"Udah selesai? ayo pulang!" Mario beranjak dari tempat duduknya.
Yusuf menahan pergelangan tangan Mario, ia menatap wajah oriental Mario dengan penuh perasaan.
"Duduk!" titah Yusuf, "nggak perlu buru-buru."
Mario kembali duduk, ia memandangi pepohonan hijau dan menghirup segarnya udara siang yang tetap sejuk walau matahari sudah berada di atas kami. Yusuf memesan kopi hitam, diam dalam kebisuan bersama Mario. Setelah kopi pesanan Yusuf datang, Yusuf langsung menyeruputnya, suara seruputan itu memecah kebisuan antara Yusuf dan Mario di warung yang sepi pengunjung.
"Yo" ujar Yusuf membuka percakapan.
"Hmm" jawab Mario menggumam
Yusuf menarik nafas, lalu menghembuskannya pelan, "jangan berubah" lirih Yusuf.
Mario langsung melirik dan memberi tatapan ingin tahu, "maksudnya?" tanya Mario pada Yusuf.
"Sebenernya ... gua sadar apa yang udah gua lakuin semalam, gua emang mabok, tapi apa yang gua lakuin bukan diluar kesadaran, gua ... minta maaf" ucap Yusuf tak berani menatap Mario. Yusuf hanya fokus menatap ke depan, melihat pepohonan seperti yang dilakukan Mario sebelumnya.
"Gua rasa nggak ada yang perlu minta maaf dan dimaafin" jawab Mario, "berarti kita sama-sama sadar ngelakuin itu. Ya udahlah, udah kejadian juga, mau diapain lagi" nada bicara Mario penuh kepasrahan.
"Lu nyesel?" tanya Yusug melirik Mario, Yusuf menyulut rokok dan menghisapnya pelan.
"Nyesel? ada-ada aja pertanyaan lu" jawab Mario ikut mengambil sebatang rokok yang Yusuf letakkan diantara mereka berdua, menyulutnya dan menghisapnya, "buat homo kayak gua, ditidurin ama cowok ganteng, itu namanya dapet rejeki nomplok" ujar Mario lagi diiringi tawanya.
"Ganteng dari mana, ganteng kalo diliat dari atas monas pake sedotan" seloroh Yusuf membuat Mario kembali tertawa.
"Menurut gua, lu ganteng. Tapi kalo menurut orang enggak, ya terserah. Pendapat kan bisa beda-beda. Jadi ... gimana?" tanya Mario membuat Yusuf mengernyitkan dahi.
"gimana apanya?" tanya Yusuf.
"Gimana rasa gua? hahaha" Mario mengulang pertanyaan sambil tertawa.
Yusuf menatap Mario yang tertawa dengan menyunggingkan senyum terbaik yang ia punya. Yusuf meniupkan nafas panjang dari hidung, sedikit menggumam, lalu ia berkata, "enak" ujar Yusuf membuat Mario tertunduk malu. Yusuf melihat rona merah lucu di pipi kiri Mario.
"Gua nggak boong, enak Yo, gua nggak nyesel, gua suka" ujar Yusuf mengeluarkan unek-unek yang sejak tadi menggumpal di hatinya, "makasih ya, Yo."
"Enak aja makasih doang!" Mario memukul bahu Yusuf, "bayarlah, gua nggak gratis" ia tertawa lagi, kali ini benar-benar lepas dan tidak canggung lagi.
Yusuf mendekatkan wajahnya ke telinga Mario, "gua bayar pake kontol, mau?" bisik Yusuf terkekeh.
Mario kembali memukul bahu Yusuf, ia terkekeh juga, "sial lu."
Sejenak mereka kembali membisu, hanya ada suara seruputan kopi dari Yusuf dan hisapan rokok yang Mario dan Yusuf lakukan bersamaan. Bersama menatap ke arah depan, disibukkan dengan pikiran masing-masing.
"Makasih, Suf" Mario membuka obrolan.
"Makasih buat apa?" tanya Yusuf sambil mematikan sisa puntung rokok di asbak yang posisinya ada tengah-tengah mereka berdua.
"Cuma sama lu, gua bisa jadi diri gua sendiri, tanpa ada yang harus gua tutup-tutupi" jawab Mario, ia ikut mengakhiri hisapan di rokoknya dan mematikan sisa puntung seperti yang Yusuf lakukan.
Yusuf menjawabnya dengan senyum dan menaikkan alis, sambil menepuk punggung Mario, "nggak ada yang berhak ngehakimi lu, lu punya hak memilih jalan hidup lu sendiri" ujar Yusuf berusaha memberikan semangat.
"Kalo gua minta lagi, boleh yo?" tanya Yusuf diiringi tawa kecil.
"Ngaco!" Mario mendelik, "gua nggak sejahat itu ngejerumusin temen sendiri."
"Daripada lu gonta-ganti pasangan seks, bahaya di lu, mending cari buka lowongan, atau rekrut gua aja, nih ... gua udah ngajuin lamaran pekerjaan, menjadi temen ngentot Mario Stevanus" ujar Yusuf ertawa terbahak-bahak.
"Dasar hyper, semua lubang diembat" ledek Mario, "gua pake pengaman, cuma ama lu doang yang khilaf nggak pake."
"Emangnya gua nggak? gua juga pake, cuma ama lu doang yang enggak" ujar Yusuf tak mau kalah.
Bisu kembali menghampiri, diam menyelimuti kembali. Mereka Hanya sesekali saling curi-curi tatap dan tersenyum ketika tatapan mereka bertemu.
"Jadi gimana?" tanya Yusuf serius. Yusuf memang serius karena ia menyukai rasa nikmat yang dihasilkan saat menggenjot pantat Mario.
"Everyday ... I am free, just set your time" jawab Mario tertawa, "aduuh ... gila!" Mario terkekeh sampai mengaduh.
"Laper, pesen makan dulu aja ya" cetus Yusuf dijawab anggukan Mario.
"Mas, toge goreng dua porsi, yang satu pedes, yang satu nggak usah" Mario berteriak ke penjaga warung.
Yusuf terperangah karena Mario paham kesukaan Yusuf, Mario juga paham jika Yusuf menyukai masakan pedas, "bukannya lu nggak suka toge?" tanya Yusuf.
"Togenya buat lu, gua mau kuahnya aja. Lagian gua udah makan tadi di villa" jawab Mario tersenyum.
Setelah kenyang. Yusuf dan Mario melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Jakarta, Yusuf mengambil alih kemudi dan menuju pintu masuk tol. Saat ingin mengambil kartu tolnya, tak sengaja kartu yang Yusuf pegang terjatuh di bawah kakinya. Yusuf berusaha menggapai kartu itu, namun ia sedikit kesulitan karena harus tetap melajukan pelan mobilnya.
"Minta tolong kek, sini gua ambilin" ujar Mario melepas seatbelt. Setengah tubuh bagian atasnya masuk diantara kaki Yusuf. tangannya bertumpu memegang selangkangan Yusuf. Mario tidak perduli, ia tak sungkan meletakkan tangannya disana. Penis Yusuf langsung berdenyut dan menggeliat, ditambah lagi melihat bokong Mario yang menungging, bokong yang ia suka.
"Nggak bisa dipegang dikit, dasar ngacengan!" ledek Mario memberikan kartu tol pada Yusuf.
"Pernah nyepongin orang yang lagi nyetir Yo?" tanya Yusuf terkekeh, "sepongin gua lagi nyetir dong."
"Jangan gila! gua tuker lu ama struk tol" sungut Mario. Yusuf hanya tertawa mendengarnya.
Perjalanan mereka lanjutkan menuju Jakarta. Tak berselang lama Mario tertidur pulas di samping Yusuf, tidurnya sama sekali tidak berisik dan tidak mendengkur sama sekali. Tidurnya betul-betul anteng dan wajahnya ganteng. Yusuf membiarkannya tidur, tak ingin mengganggu ketenangan Mario dan terus melajukan mobil hingga sampai di Jakarta. Yusuf keluar tol untuk langsung menuju rumah kost Mario. Ia menghentikan mobil tepat di depan pagar rumah Mario namun Mario belum juga bangun.
"Yo, udah sampe" Yusuf menepuk pipi Mario pelan.
Mario menggeliat dan menarik lengan Yusuf, Mario melingkarkan lengan Yusuf di lehernya. Tiba-tiba Mario tersadar dan segera melepas lilitan lengan itu.
"S ... sorry" lirih Mario.
"Masih kaku aja, kan gua udah diterima jadi karyawan yang ngelayanin bossnya ketika pengen" seloroh Yusug tertawa, "tapi karyawannya nih yang lagi pengen, gimana boss? mau ngewe lagi."
"Dasar kuda liar" gerutu Mario, "gua capek, mau istirahat" Mario melepas seatbeltnya dan keluar dari mobil Yusuf.
Yusuf membuka kaca memberi Mario senyum, "tar malem kemana? ikut gua yok!"
"Nggak deh, gua mau ke rumah cici gua, besok aja malam minggu" tolak Mario membuat Yusuf sedikit kecewa. "makanya cari pacar biar ada yang nemenin" sambung Mario.
"Kalo gua punya pacar, kasian pacar gua" jawab Yusuf mengencangkan seatbelt yang sedikit ia kendorkan karena membangunkan Mario.
"Kenapa bisa kasian?" tanya Mario heran.
"Iya kasian, harus gua entot tiap hari" jawab Yusuf tertawa.
"Mesum lu laknat, cari pacar buat diewe doang" sungut Mario.
"Ya udah, gua balik, besok gua nginep Yo, siapin alat tempur" ujar Yusuf menginjak pedal gas dan pergi meninggalkan Mario.
* * *
Setelah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian, Yusuf merebahkan diri di sofa ruang tamu apartemen yang ia sewa. Yusuf memang sengaja menyewa apartemen, alasannya adalah selain bisa bebas, Yusuf tidak suka cibiran tetangga dengan tingkah lakunya yang suka diluar batas norma kewajaran. Sepulang dari mengantar Mario, Yusuf sempat tidur dan baru bangun setelah maghrib.
Sedang asyik bersantai, terdengar ketukan pintu apartement Yusuf. Ketukannya lima kali, Yusuf tau siapa pelakunya. Dengan malas Yusuf berjalan menuju pintu untuk membukakannya.
"Congratulations, wohoo!!" Yogi langsung berseru memeluk Yusuf erat.
Tepat seperti perkiraan Yusuf. Yogi si penjahat kelaminlah pelakunya. Hanya Yogi yang mengetuk pintu apartemen Yusuf sebanyak lima kali.
"Widiih ... menang tender gede, wajib dirayain nih!" seru Yogi lagi.
"Iya, gua traktir, mau kemanapun lu mau, gua bayarin!" ujar Yusuf meyakinkan.
Yogi dengan cuek duduk di sofa tanpa disuruh, tamu tidak tahu diri, berasa di rumah neneknya saja.
"Cari cabe kuy!" cetus Yogi memberikan usul.
"Bebas, tapi cariin yang bisa dianal" ujar Yusuf memberi syarat.
"Susah peler ...," Yogi merebahkan punggungnya, "cewek Indonesia masih nganggep dientot dari belakang itu aneh."
"Cari bule lah" jawab Yusuf, "lu tau tempatnya nggak dimana?"
"Lu pikir kita di Bali" Yogi melempar bantal kecil pada Yusuf, "di club-club Jakarta lu liat sendiri, kebanyakan cowok bule, cewek bule mana ada" ujarnya menambahkan lalu Yogi menggumam, seolah menemukan sebuah ide, "lu cari banci pinggir jalan aja yang mau dianal."
"Anjing!" umpat Yusuf balas melempar bantal yang tadi sempat dilemparkan Yogi, "pantat lu aja ler, gua pake."
"Fuck you bitch!!" Yogi mengacungkan jari tengahnya, "lu mau bikin gua nggak bisa ngeden lagi, mau bikin pantat gua poh" ujar Yogi tertawa sambil mempraktekan mulutnya yang megap-megap seolah liang pantat.
"Ler, ngopi ajalah, nggak usah dugem, foya-foya mulu ngabisin duit, belum lagi bayarin ongkos ngebungkus cewek" lanjut Yogi sok bijak.
"Lu yang ngusulin peler, kenapa lu bertingkah kayak lu yang jadi korban, bangsat!" hardik Yusuf tak serius.
"Gua mau tobat, mau idup serius, punya satu pacar aja, nggak mau neko-neko lagi" ujar Yogi tampak serius, tidak biasanya si penjahat kelamin seserius ini, "kenapa jadi mellow yak, yuklah cabut, ada coffeeshop baru di daerah Kemang, tempatnya bagus, kesana aja lerr"
"Ya udah kuy!" jawab Yusuf berdiri dari duduknya disusul Yogi.
_________________________________________