"Apakah kau menyukainya?"
"Tidak, aku tidak bisa memakan apa yang kau beri. Aku menyukai aroma daging yang kau bawa. Seandainya saja jika aku masih hidup, aku pasti sudah pernah mencoba steak yang kau makan juga,"
"Apa kau mau? Akan ku sisihkan setengah porsi untukmu,"
"Benarkah? Terimakasih Nala,"
Nala tersenyum senang. Ia menoleh ke samping kanan dan kirinya, yang terdapat banyak orang yang tidak terlihat di dunia nyatanya.
Ya, Nala seorang indigo. Dikata indigo pun sebenarnya salah, karena ia memiliki bakat berperang dalam hal-hal ghaib dan mengobati orang yang sakit akibat terkena ilmu hitam. Namun, kebanyakan orang pasti tidak percaya dengan hal-hal mistis yang terus terjadi pada kehidupan Nala. Tapi, Nala sendiri sangat menikmatinya. Walaupun dikata orang aneh dan introvert, ia membuktikan sendiri, bahwa dirinya itu adalah anak cerdas tanpa banyak orang yang tahu.
"Nala, apa kamu akan pergi kuliah lagi hari ini?" tanya seorang nenek yang merupakan leluhur Nala yang senantiasa menemani keseharian Nala.
"Iya mbah, aku ada jadwal kuliah pada hari ini. Mbah sudah makan?" ujar Nala memastikan bahwa eyang leluhurnya itu sudah makan walaupun beda dunia.
"Sampun nduk, (sudah nak)" jawab si mbah.
"Nala, kenapa kamu diem aja? Lagi komunikasi ya? sama siapa?"
Mama Nala datang dari arah lain membawa tas plastik yang besar.
"Iya ma. Sama Mbah uti sama Edo,"
"Oalah. Yasudah toh, abis ini kamu berangkat kuliah kan? Tiati yaa. Kamu dah gede ga perlu bunda anter kan?"
"Ih mama apaan sih. Nala bisa berangkat sendiri kok,"
"Yasudah. Tiati dijalan ya,"
Nala bersalaman dengan mamanya sebelum mengambil tas kuliahnya dan bersiap-siap untuk berangkat.
"Jangan lupa doa. Naik jangan kebut-kebutan. Dijalan jangan ngelamun ya!" ucap mama mengingatkan Nala agar berhati-hati dalam berkendara.
"Siap mama. Doa tentu yang utama. Yang lainnya, Nala ga jamin ya ma. Hahahaha,"
🐣
"Mampus telat. Mana hari pertama lagi,"
Nala berdiri di depan pintu dengan jantung yang berdegup kencang. Nyalinya seakan menciut akibat dirinya yang ragu-ragu akan masuk kelas atau tidak.
"Bodo amat. Yang penting absen,"
Nala memberanikan dirinya mendorong pintu kelas dan tersenyum ramah pada dosennya. Walaupun ia menjadi tontonan mahasiswa.
"Maaf pak saya telat. Di parkiran ramai," ujar Nala meminta izin.
"Karena ini hari pertama langsung duduk aja mbak,"
"Makasih pak,"
Nala menatap sekeliling mencari teman se-gengnya. Mereka tengah duduk dikursi kanan paling belakang. Nala pun menghampiri mereka dan duduk dikursi yang disisakan temannya untuknya.
"Huu kebiasaan telat. Makanya bangun pagi dong,"
"Apasih rei, yang penting kan dateng," ujar Nala setengah berbisik.
"Diharapkan yang telat tadi jangan ngomong sendiri ya. Karena masih hari pertama saya berbaik hati tidak memberikan point untuk anda, tapi kalau perkuliahan berjalan normal, pastinya ada point untuk anda,"
Nala pun menunduk dan tersenyum malu. Kini ia menjadi pusat perhatian mahasiswa di kelasnya.
Akhirnya, perkuliahan pun berjalan lancar di hari itu. Nala dan teman-temannya pun memutuskan untuk nongkrong di mcD karena mereka ingin melepas rasa rindu mereka.
"Heh. Aku mau tanya, apa bener si Bian itu keluar dari kampus kita? Katanya dia daftar di akademi kepolisian ya?" ujar Nala membuka pembicaraan.
"Bian siapa?" tanya Ayu bingung.
"Kok kamu tau Nal? Hayooo... kalian udah tukeran wa ya?" ujar Nika menggoda.
"Ngawur. Pernah denger aja sih dari temennya dia," elak Nala.
"Bian siapa sih?" tanya Ayu mengulang kalimatnya.
"Itu loh. Temennya si Arkan kan pernah suka sama si Nala," ucap Nika.
"Hah? Moso sih? Kok aku baru tau. Moso beneran suka sama kamu nal?" ujar Ayu kaget.
"Lah... Ayu ketinggalan berita nih. Pas semester kemarin aja dia nempel-nempel ke Nala terus. Sampe ke tempat parkiran pun ditungguin ama dia. Niatnya mo ngajakin pulang bareng mungkin," ucap Rei.
Pletak
"Aduh," seru rei mengaduh kesakitan akibat mendapat sentilan keras di dahinya.
"Ngawur ni kalo ngomong," ujar Nala puas setelah menyentil dahi Rei.
"Hahaha, aku bener kan? Eh tapi sekarang kasian si Nala, gada yang ngegebet lagi. Yang ngegebet dah ilang. Bay bay jauh-jauh hahaha," ujar Rei tertawa senang.
"Gitu amat ama temen sendiri. Untung sayang," ujar Nala.
"Maaf aku masih normal Nal," ucap Rei.
"Pandemi kek gini, kampus kita bakalan kena libur ga ya? Univ lain udah pada libur ni. Kok kita belum ya?" tanya Azqy yang secara tiba-tiba.
"Nunggu surat edaran ae qy. Mesti bentar lagi kita bakalan kuliah onlen kok," ujar Nika.
"Bakalan kangen nih ama kalian kalo beneran jadi kuliah onlen," ujar Ayu.
"Halah. Sekarang puas-puasin aja dulu kangen-kangenannya. Sapa tau besok udah mulai liburnya," ucap Nala yang disetujuin oleh teman-temannya yang lain.
"Nanti kalo udah mulai kuliah onlen, kita jangan lupa kabar-kabaran lewat chat yaa," ujar Azqy.
"Siap nyaii,"
🐣
Keesokan harinya dikeluarkanlah perintah untuk kuliah online. Nala mau tak mau aktif di grup wa untuk mencari tau informasi perkuliahannya.
"Ga kuliah nal?" tanya Mama Nala saat melihat Nala yang hanya duduk berdiam diri di depan hp-nya.
"Diliburkan ma. Tapi gantinya kuliah online,"
"Kuliah online tu ngapain?"
"Aku gatau ma. Ini baru di infoin caranya kuliah onlen kek gimana,"
"Karena hari ini kakak libur. Gimana kalo kita ke rumah tante Dian aja? Mama bosen dirumah. Tu adek sekalian diajak,"
"Yaudah deh ma. Sekalian refreshing. ATHAAAA MAU IKUT GA?"
Nala menghampiri adik satu-satunya itu yang kini tengah terbaring sembari memainkan hpnya.
"Mau ikut ga?" tanya Nala lagi.
Atha meletakkan hpnya lalu menoleh ke arah kakaknya dan menatap datar.
"Ke?" ucapnya dengan nada cuek.
"Rumah tante Dian. Ikutan ga? Kan kamu sekalian bisa main sama si Dea ama si Fais," ujar Nala.
"Kapan?"
"Besok. Ya sekarang lah. Buruan ganti. Yang paling lama ganti kan kamu,"
"Iya iya. Udah sana keluar. Kalo kakak kelamaan disini aku ga bakalan kelar ganti bajunya!"
Nala melangkahkan kakinya keluar dari kamar adiknya dan menuju kamarnya untuk bersiap-siap juga.
Setelah mengganti bajunya. Ia mengambil kunci mobil yang terletak di atas kulkas dan berjalan menuju mobilnya untuk memanaskan mesin mobil.
"Maskernya weh dipake!" ujar Atha dari arah belakang sambil melempar masker hitam dan ditangkap baik oleh Nala.
"Makasi,"
🐣
"Weee mabar yok,"
"Kuy. Buruan login ml weh,"
"Rank ku dah GM 1 loh De, bentar lagi mau ke epic,"
"Yaelah kak. Aku masi GM 3, maen rank aja pa gimana kak?"
"Lah. Kasian si Atha sama si Fais dong, moso suruh mabar berdua doang. Dahlah pan kapan ae,"
Sementara di ruang tamu. Mama Nala dan tante Dian sibuk ngegosip.
"Nala libur to mbak?" tanya tante Dian.
"Keliatannya sih, tapi katanya pandemi gini jadi kuliah onlen kok,"
"Enak to, tiap hari jadi dirumah nda perlu ke kampus. Ni si Dea juga lagi nunggu pengumuman dari sekolahnya,"
Mama Nala mengambil gelasnya yang sudah disediakan oleh tante Dian yang berisikan es teh dan segera meminumnya.
"Kemaren si ibu minta di beliin pot taneman. Cuma aku nya gamau yan, nanti takutnya kalo bawa ibu ke toko taneman buat beli pot, malah beli yang laen. Tau sendiri kan ibu orangnya kek gimana," ucap mama Nala mengalihkan topik pembicaraan.
"Halah. Ibu tu emang sukanya gitu mbak, kamu kalo beli gausah bawa ibu mbak. Jadi, kalo mau main kerumahnya ibu langsung udah ada potnya tinggal dikasi ke ibu doang," ujar tante Dian.
"Yoo besok tak beliin," ucap mama Nala.
"Oiya mbak. Udah tau belom? Kemaren kan aku sama mbak Ana maen kerumahnya ibu, sekalian besuk. Nah, ibu tu tiba-tiba cerita ke kita. Kalo ada anak kostnya yang nyari cewe. Lah ibu kebingungan mau dikenalkan sama siapa. Kalo dikenalin sama anakmu aja gimana mbak? siapa tau Nala nya mau," ujar tante Dian.
"HE?" teriak mama Nala kaget.
"Iya mbak. Anaknya yang ngekost cowo, dah kerja di BUMN. Lumayan loh mbak, anaknya tekun ibadah, udah gitu ganteng, mana kerja di BUMN lagi mesti kan pinter mbak. Beuh, masa depannya Nala terjamin mesti," ucap tante Dian lagi.
"Biarin Nala fokus kuliah dulu yan. Mikirin soal jodoh entar kalo Nala dah kerja aja," ujar mama Nala sembari memikirkan perkataan tante Dian.
Kreekkk
Sebuah pintu kamar terbuka lebar dan menampakkan Nala yang tengah keluar dan membawa cangkir miliknya.
Nala menatap aneh pada tante Dian dan mamanya. Ia merasa bahwa kedua manusia itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan bagi Nala.
"Eh Nala. Tante mau tanya. Nala suka cowo ganteng kan?"